Salin Artikel

Menuju Kampanye Bermutu

Pasangan Anies Baswedan- Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD memulai tahapan merebut hati dan pikiran 204,8 juta pemilik suara di dalam dan luar negeri.

Masa kampanye ini juga menandai kelima kalinya rakyat Indonesia memilih presiden dan wakil presiden pasca-Orde Baru.

Permasalahannya bagaimana caranya agar kampanye kali ini lebih bermutu daripada kampanye pilpres sebelumnya?

Roderick P. Hart (2000) dalam bukunya Campaign Talk: Why Elections Are Good for Us menekankan pentingnya apa yang disampaikan politisi ketika masa kampanye. Opini yang sayup-sayup terdengar di keriuhan kekecewaan sikap tindak para politisi.

Menurut Hart, bahkan di saat layar televisi ramai menyiarkan kampanye, banjir iklan politik, jajak pendapat di media atau abad 21 ini pendengung (buzzer) di media sosial yang mengubah kampanye bak arena para profesional pemasaran, masa kampanye penting jika tercipta dialog.

Hart meyakini bahwa kampanye memainkan peran penting dalam menjaga demokrasi, terutama karena kampanye menciptakan dialog antara kandidat, pers, dan rakyat.

Dalam setiap kampanye, rakyat yang hadir memilih kata-kata mereka dengan berbeda kepada calon pemimpinnya. Menurut Hart, ini menjadi tantangan yang membuat frustasi bagi siapa pun yang mencoba memahami isu-isu tersebut.

Namun, Hart meyakini bahwa proses ini baik karena kampanye memberi tahu masyarakat tentang isu-isu, membuat masyarakat lebih peka terhadap kekhawatiran orang lain, dan mendorong voters untuk memberikan suara atau setidaknya meningkatkan pemahaman kita terhadap dunia politik.

Dialog menjadi persyaratan utama jika ingin menciptakan kondisi bahwa kampanye berperan penting menjaga demokrasi.

Persoalannya setelah empat kali kampanye pemilu presiden di Indonesia cenderung didominasi situasi monolog, alih-alih dialog.

Memang ada tanya jawab antara juru kampanye sebagai komunikator dengan peserta pemilu. Namun seringkali jurkam tidak memperkenankan perbedaan pendapat.

Di acara debat presiden yang muncul bukannya perbedaan sudut pandang, tetapi justru kesamaan pandangan.

Semua kegiatan dibungkus dengan kata dialog, tetapi hakikatnya yang terjadi adalah monolog. Monolog adalah ketika komunikator menciptakan situasi mendominasi, mengeksploitasi, bahkan mendistorsi informasi lawan bicara.

Wayne Brockriede dalam tulisannya Arguers as Lovers (1972) mengklasifikasikan tiga komunikator.

Ia menganalogikan tindakan komunikator yang memaksakan argumen sebagai sebuah pemerkosaan. Lawan bicara dipandang sebagai objek untuk dimanipulasi.

Komunikator mempertahankan superioritasnya di bidang intelektual agar argumennya berhasil atau di bidang interpersonal untuk merendahkan orang lain.

Jenis komunikator kedua adalah komunikator perayu. Jika komunikator pemerkosa bertindak secara coercive, maka komunikator perayu bersikap secara persuasif.

Teknik komunikasi yang dipakai di antaranya mengabaikan pertanyaan, membenarkan kesimpulan, menarik isu yang tidak relevan, dan melahirkan prasangka. Semuanya untuk memastikan persetujuan melalui wacana rayuan.

Penyalahgunaan bukti juga mengandung sikap dan niat rayuan. Praktik-praktik seperti menyembunyikan informasi, mengutip di luar konteks, mengutip otoritas atau saksi secara keliru, merusak suatu situasi faktual, menarik kesimpulan yang tidak dapat dijamin dari bukti serta mencari persetujuan melalui penggunaan argumen yang menarik. Hal ini sering muncul di iklan politik walau tidak semua iklan.

Komunikator ketiga, menurut Wayne, disebut komunikator pecinta. Komunikator pecinta adalah komunikator yang memandang lawan bicaranya sebagai manusia.

Ia ingin menciptakan keseimbangan kekuasaan ketika berkomunikasi. Hubungan antara komunikator dengan komunikan adalah bilateral.

Ia peduli dengan argumen rekannya untuk menghindari fanatisme yang mungkin mendorongnya untuk melakukan pemerkosaan atau rayuan. Ia juga rela untuk dikritik oleh lawan bicaranya.

Jika komunikator pemerkosa dan komunikator perayu adalah pelaku monolog, maka komunikator pecinta adalah pelaku dialog.

Dapat disimpulkan pula bahwa yang menentukan suatu percakapan (baca: kampanye) termasuk monolog bukanlah bentuknya. Melainkan karakter dan perilaku komunikatornya.

Agar kampanye pilpres 2024 makin bermutu, maka karakter dan perilaku para juru kampanye diharapkan termasuk kategori komunikator pecinta.

Jika hal itu terjadi, dalam bahasa Martin Buber, maka itulah situasi ketika Ich-Es diganti oleh Ich-Du; ketika liyan (yang lain) tidak lagi dipandang sebagai objek yang dapat dimanipulasi.

Melainkan dianugrahi kebebasan dan tanggungjawab yang mengubah individu semula benda menjadi persona (sebagai bukan benda).

Karena hanya pecinta yang mempertaruhkan diri, hanya pecinta yang dapat tumbuh, dan hanya pecinta yang sama-sama dapat mencapai interaksi yang sungguh-sungguh.

https://nasional.kompas.com/read/2023/12/09/08480361/menuju-kampanye-bermutu

Terkini Lainnya

MK Sebut 106 Sengketa Pileg 2024 Masuk ke Tahap Pembuktian Pekan Depan

MK Sebut 106 Sengketa Pileg 2024 Masuk ke Tahap Pembuktian Pekan Depan

Nasional
Ingatkan Tuntutan Masyarakat Semakin Tinggi, Jokowi: Ada Apa 'Dikit' Viralkan

Ingatkan Tuntutan Masyarakat Semakin Tinggi, Jokowi: Ada Apa "Dikit" Viralkan

Nasional
Komisi II Setuju Perbawaslu Pengawasan Pilkada 2024, Minta Awasi Netralitas Pj Kepala Daerah

Komisi II Setuju Perbawaslu Pengawasan Pilkada 2024, Minta Awasi Netralitas Pj Kepala Daerah

Nasional
Sri Mulyani Irit Bicara Soal Skema 'Student Loan' Imbas UKT Mahal

Sri Mulyani Irit Bicara Soal Skema "Student Loan" Imbas UKT Mahal

Nasional
Angka IMDI 2023 Meningkat, Indonesia Disebut Siap Hadapi Persaingan Digital

Angka IMDI 2023 Meningkat, Indonesia Disebut Siap Hadapi Persaingan Digital

Nasional
Kejagung Koordinasi dengan KIP soal Transparansi Informasi Publik

Kejagung Koordinasi dengan KIP soal Transparansi Informasi Publik

Nasional
Penerbangan Jemaah Bermasalah, Kemenag: Performa Garuda Buruk

Penerbangan Jemaah Bermasalah, Kemenag: Performa Garuda Buruk

Nasional
Kemenkes Minta Masyarakat Tidak Khawatir atas Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura

Kemenkes Minta Masyarakat Tidak Khawatir atas Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura

Nasional
Kasus Simulator SIM, Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi

Kasus Simulator SIM, Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi

Nasional
Bobby Berpeluang Diusung Gerindra pada Pilkada Sumut Setelah Jadi Kader

Bobby Berpeluang Diusung Gerindra pada Pilkada Sumut Setelah Jadi Kader

Nasional
Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pramono Anung: Tanya ke DPP Sana...

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pramono Anung: Tanya ke DPP Sana...

Nasional
Pimpinan MPR Temui Jusuf Kalla untuk Bincang Kebangsaan

Pimpinan MPR Temui Jusuf Kalla untuk Bincang Kebangsaan

Nasional
Kemenkes: Subvarian yang Sebabkan Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Belum Ada di Indonesia

Kemenkes: Subvarian yang Sebabkan Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Belum Ada di Indonesia

Nasional
Sri Mulyani Cermati Dampak Kematian Presiden Iran terhadap Ekonomi RI

Sri Mulyani Cermati Dampak Kematian Presiden Iran terhadap Ekonomi RI

Nasional
Menteri ATR/Kepala BPN Serahkan 356 Sertifikat Tanah Elektronik untuk Pemda dan Warga Bali

Menteri ATR/Kepala BPN Serahkan 356 Sertifikat Tanah Elektronik untuk Pemda dan Warga Bali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke