Pertama, Ganjar menegaskan bahwa tata ruang di daerah harus disesuaikan dengan peta kerawanan bencana di daerah tersebut.
"Satu, tata ruang, tata ruangnya mesti firm betul sehingga ketika akan dilakukan sebuah pemanfaatan di atasnya mesti memperhatikan satu perencanaan," kata Ganjar seusai kampanye di Donggala, Sulawesi Tengah, Senin (4/12/2023).
Ganjar melanjutkan, hal kedua yang harus dilakukan adalah menyiapkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan relawan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.
Menurut Ganjar, masyarakat yang sudah teredukasi akan mempunyai sistem peringatan dini terhadap bencana yang mengandung kearifan lokal.
"Sehingga kalau terjadi sesuatu mereka bisa menangani dan menyelamatkan diri sendiri. Kami punya beberapa contoh-contoh berbasis komunitas yang bisa melakukan itu," kata politikus PDI-P itu.
Dalam kunjungannya di Donggala, Ganjar mengungkit pengalamannya sebagai gubernur Jawa Tengah ketika memberikan bantuan kepada warga Donggala dan daerah sekitar saat diguncang bencana gempa bumi pada 2018 lalu.
Ganjar menuturkan, ketika bencana terjadi, banyak kalangan masyarakat di Jawa Tengah yang tergerak untuk memberikan bantuan kepada korban terdampak bencana.
"Mereka iuran dan kemudian 'pak kita bangunin sekolah yok'. Akhirnya 8 sekolah berhasil kita resmikan dan 1 rumah ibadah, masjid waktu itu," ujar dia.
Ganjar mengaku terkesan dengan banyaknya bantuan yang terkumpul karena ia merasa tidak menbayangkan apa yang dialami oleh masyarakat di Sulawesi Tengah saat bencana terjadi.
"Pasti kalau kita mengalami ini yg juga banyak orang yang saya yakin tidak siap, penting ketika kita menyusun program kemudian memitigasi soal kebencanaan ini," kata Ganjar.
"Ini juga menjadi concern kami bagaimana Indonesia yang menjadi laboratorium bencana ini betul-betul dipersiapkan dengan perencanaan yang baik," imbuh dia.
https://nasional.kompas.com/read/2023/12/04/17193871/ganjar-bicara-mitigasi-bencana-saat-kampanye-di-donggala-soroti-tata-ruang