Hal itu disampaikan ketika berkunjung ke Kantor Dewan Pers, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (30/11/2023) untuk berdialog dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Mulanya, Ganjar mengungkap dirinya mengadakan riset kecil kepada masyarakat ketika menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah.
Ia khawatir praktik koruptif di internal pemerintah menjadi budaya dan dianggap wajar.
"Saya takut, wajar biasa, menjadi biasa, kemudian distempeli budaya. Loh kan bahaya ini. Bahaya ini. Budayawan protes, kita juga protes," kata Ganjar.
"Nah pada saat itulah Bapak Ibu, apakah menurut Anda pemerintah ini koruptif? Jawabannya, iya," lanjut dia.
Ia kemudian menemukan dua masalah pemerintah. Itu didapat dari riset pribadi yang dilakukan kepada masyarakat Jateng.
Pertama, kata Ganjar, pejabat lupa pada masyarakat usai terpilih di Pemilu.
Menurut dia, kondisi itu sudah menjadi penyakit umum.
Bahkan, lanjut Ganjar, pemerintah juga mendadak sulit ditemui, sedangkan masyarakat terus menagih janji-janji mereka.
Masalah kedua, Ganjar menyinggung birokrasi rumit apabila tidak disertai uang.
Ia mencontohkan ada seorang yang sulit menjadi PNS karena tidak memiliki orang dalam.
Tak sampai di situ, Ganjar bercerita ketika ia didatangi seseorang dan ditawari uang setelah memperingatkan agar tak ada lagi setoran.
Namun, Ganjar tak menjelaskan setoran yang dimaksud. Ia hanya menyampaikan menolak tawaran uang itu.
"Karena saya dikira berchandya. Diantarkan lah saya. 'Bapak, Anda saya kasih dua pilihan. Yang paling simpel minta maaf. Yang kedua, kasihkan duit ini kepada yang berhak," tutur Ganjar.
https://nasional.kompas.com/read/2023/11/30/14574261/di-hadapan-pwi-ganjar-apakah-pemerintah-ini-koruptif