Salin Artikel

Menyingkap Dinasti Politik

Sistem ini sering kali melibatkan pemilihan anggota keluarga yang memegang kendali atas negara atau wilayah. Struktur kekuasaan ini diwariskan secara turun-temurun.

Dinasti politik adalah fenomena yang telah ada dalam sejarah manusia sejak zaman kuno hingga saat ini.

Bersamaan pula dinasti politik memiliki beberapa sistem nilai filsafat, yang didasarkan pada keyakinan bahwa hanya keluarga tertentu yang memiliki hak untuk memerintah.

Hal ini sering disebut dengan konsep hak “darah biru” untuk memerintah, yang berarti bahwa anggota keluarga tersebut dianggap memiliki hak istimewa untuk berkuasa.

Kendati demikian, salah satu argumen yang sering digunakan untuk mendukung dinasti politik adalah bahwa mereka menciptakan stabilitas dalam pemerintahan.

Karena pemerintahan diwariskan dari generasi ke generasi, hal ini dapat mengurangi ketidakpastian dan konflik dalam proses pemilihan.

Keterkaitan peraihan kekuasaan

Keterkaitan antara dinasti politik dan peraihan kekuasaan mencakup berbagai aspek. Salah satu ciri utama dinasti politik adalah warisan kekuasaan dari generasi ke generasi.

Ini berarti bahwa anggota keluarga tertentu secara otomatis menjadi penerus dalam pemerintahan, baik sebagai kepala negara, raja, atau pemimpin lainnya. Warisan ini memastikan kelanjutan dinasti tersebut dalam menjalankan pemerintahan.

Dinasti politik cenderung meneruskan kebijakan dan strategi pemerintahan yang telah ada sebelumnya. Ini dapat menciptakan stabilitas dan kontinuitas dalam kebijakan, yang dapat mendukung perkembangan ekonomi, sosial, dan politik dalam jangka panjang.

Keterkaitan antara dinasti politik dan kekuasaan sering kali disokong oleh legitimasi sejarah dan budaya.

Rakyat mungkin memiliki keyakinan dalam warisan keluarga tersebut dan percaya bahwa mereka adalah pemimpin yang sah dan berhak atas kekuasaan. Legitimasi ini dapat membantu menjaga stabilitas pemerintahan.

Dinasti politik sering kali membangun sistem patronase, di mana mereka memberikan dukungan dan keuntungan kepada mereka yang mendukung pemerintahan dinasti.

Hal ini dapat menciptakan jaringan kekuasaan yang kuat dan memastikan kesetiaan terhadap keluarga penguasa.

Juga dinasti politik sering memiliki kendali yang kuat atas aparat pemerintah, termasuk militer dan aparat keamanan. Hal ini memungkinkan mereka untuk mempertahankan kekuasaan mereka dan mengendalikan perubahan politik yang mungkin terjadi.

Bersamaan pula anggota keluarga dalam dinasti politik sering diberikan jabatan penting dalam pemerintahan, baik sebagai menteri, gubernur, atau pemimpin militer.

Ini memastikan bahwa keluarga tersebut tetap terlibat dalam pengambilan keputusan dan memegang kendali atas sebagian besar aspek pemerintahan.

Menjaga identitas

Dinasti politik sering kali berusaha untuk memelihara tradisi yang telah ada dalam negara. Mereka berperan dalam menjaga identitas, antara lain pada Dinasti Kim di Korea Utara.

Keluarga Kim telah memerintah Korea Utara sejak berdirinya negara tersebut pada 1948. Kim Il-sung, Kim Jong-il, dan Kim Jong-un adalah tiga pemimpin paling terkenal dari dinasti ini.

Kemudian juga Dinasti Al Saud di Arab Saudi. Dinasti Al Saud telah memerintah Arab Saudi sejak berdirinya negara pada 1932.

Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud, yang kemudian diturunkan pada putranya, Muhammad bin Salman, menjadi pemimpin saat ini.

Begitu pula Dinasti Bush di Amerika Serikat. Walaupun Amerika Serikat bukanlah monarki, dinasti Bush telah memainkan peran signifikan dalam politik AS.

George H.W. Bush dan George W. Bush adalah dua presiden AS yang berasal dari keluarga ini.

Meski begitu dinasti politik dapat menjadi sumber kontroversi, terutama jika pemerintahan keluarga tersebut dianggap otoriter atau melanggar hak asasi manusia.

Namun, mereka juga dapat menciptakan stabilitas dalam beberapa kasus dan memainkan peran penting dalam sejarah dan perkembangan negara atau wilayah tertentu.

Dinasti politik memiliki potensi menjadi sumber kontroversi karena sejumlah alasan, dan ini sangat tergantung pada bagaimana pemerintahan keluarga tersebut dijalankan. Salah satu masalah utama dengan dinasti politik adalah kemungkinan terjadinya otoritarianisme.

Ketika pemerintahan keluarga memiliki kendali yang sangat besar atas negara atau wilayah, terdapat risiko bahwa hak-hak individu dan kebebasan sipil dapat terpinggirkan.

Pemimpin dinasti sering kali memiliki kekuasaan yang tidak terbatas, dan hal ini dapat mengarah pada penindasan politik, sensor informasi, dan pembatasan kebebasan berpendapat.

Dinasti politik sering kali dapat menghasilkan korupsi dalam pemerintahan. Anggota keluarga atau kroni politik yang dekat dengan dinasti tersebut mungkin merasa kebal hukum dan berhak atas sumber daya negara.

Hal ini dapat mengarah pada penyalahgunaan kekuasaan, pencurian dana publik, dan ketidakadilan dalam distribusi sumber daya.

Dinasti politik juga sering kali berhubungan dengan ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam masyarakat.

Anggota keluarga penguasa cenderung mendapatkan akses istimewa ke peluang ekonomi, pendidikan, dan kekayaan. Ini bisa merugikan warga biasa yang tidak memiliki hubungan dengan keluarga penguasa.

Pemerintahan keluarga yang otoriter seringkali melanggar hak asasi manusia. Ini bisa termasuk penahanan sewenang-wenang, penyiksaan, eksekusi tanpa pengadilan, dan pelanggaran hak-hak dasar seperti kebebasan berpendapat dan beragama. Pemerintahan Kim di Korea Utara adalah kasus yang mencolok dalam hal ini.

Namun, dinasti politik dapat pula menciptakan stabilitas dan kemajuan ekonomi, serta berperan dalam pelestarian budaya dan identitas nasional.

Terdapat situasi di mana pemerintahan keluarga telah memainkan peran penting dalam pembangunan dan modernisasi suatu negara, seperti di Qatar dengan Dinasti Al Thani.

Dinasti Al Thani telah memimpin Qatar sejak abad ke-19 dan pemerintahan keluarga ini telah memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas politik di negara tersebut.

Qatar telah menghindari konflik internal yang seringkali merusak stabilitas di banyak negara di kawasan Timur Tengah.

https://nasional.kompas.com/read/2023/10/26/16151631/menyingkap-dinasti-politik

Terkini Lainnya

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Nasional
Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Nasional
Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke