Salin Artikel

Strategi Nasdem Menggaet Cak Imin

Walau jumlah pemilih di Jawa Timur masih kalah dengan Jawa barat yang mencapai 35.714.901, menguasai suara dan menang di Jawa Timur menjadi kunci kemenangan untuk Pilpres 2024.

Rumus umum untuk memenangkan Pilpres tentu saja “menyapu” bersih suara di Jawa, walau hal tersebut sulit terjadi mengingat terjadinya fragmentasi pilihan pasangan capres-cawapres.

Andai skenario yang maju di Pilpres 2024 tetap tiga pasangan capres-cawapres, maka distribusi suara pemilih di Jawa tentu akan terbagi kepada tiga pasangan tersebut.

Sebaliknya jika yang maju di Pilpres 2024 pada akhirnya ada empat pasang, maka perebutan 115.384.664 suara pemiilih di Jawa akan semakin ketat karena kemungkinan terjadinya distribusi suara menjadi semakin terfragmentasi.

Selama ini Jawa Tengah dikenal sebagai “kandang” banteng atau basis PDIP sehingga besar kemungkinan Ganjar Pranowo unggul di provinsi yang menyumbang suara 28.289.413 pemilih tersebut.

Tentu saja Ganjar tidak bulat mengambil semuanya, bakal ada suara yang mengalir ke Prabowo Subianto maupun Anies Baswedan.

Banten bisa jadi menjadi perebutan suara antara Prabowo dan Anies, sementara Ganjar bisa mengambil sisa-sisa suara.

Jawa Barat juga memiliki tipikal yang hampir sama dengan Banten, suara pemilih menjadi perebutan antara Prabowo dan Anies, sementara Ganjar bisa “mencuri” suara di wilayah Cirebon, Karawang, Sumedang, Majalengka, Subang, Pangandaran, Ciamis, Banjar serta Bekasi.

Jakarta juga menjadi ladang suara yang diperebutkan secara merata oleh ketiga capres tersebut.

Tidak ada relasi yang linear antara hasil Pilkada 2018, yang memenangkan Anies, dengan pola Pilpres 2024 nanti.

Kembali ke Jawa Timur, seperti bisa diibaratkan dengan Normandia yang menjadi kunci kemenangan pasukan sekutu dalam memenangkan Perang Dunia II, mememangkan Jawa Timur adalah “harga mati” dari setiap pasangan cappres-cawapres di laga Pilpres 2024.

Pemilihan sosok Ketua Umum Partai Kebangkita Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar sebagai pendamping capres Anies Baswedan oleh Surya Paloh dan Nasdem tidak terlepas dari strategi “Operasi Overlord” untuk menguasai Normandia atau Jawa Timur.

Pijakan kemenangan di Jawa Timur – walau masih sebatas skenario – adalah memecahkan kode enigma yang menjadi kunci kemenangan di Jawa Timur, yakni “memikat hati” Nadhliyin di kantung-kantung suara basis Nadhatul Ulama berada.

Basis suara Nadhatul Ulama yang berada di Kawasan Tapal Kuda mencakup Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo, Bondowoso dan Banyuwangi.

Kemudian ditambah suara Pulau Madura dari sebaran empat kabupaten masing-masing Bangkalan, Sampang, Sumenep serta Pamekasan.

Capres dan cawapres yang memiliki “koneksi” dengan kalangan Nadhliyin, tentu sangat diuntungkan dengan potensi meraup suara.

Belum lagi “suara langit” yang direpresentasikan oleh pengasuh pondok pesantren begitu “ampuh” memberi kontribusi bagi kemenangan capres-cawapres.

Sementara kawasan Mataraman yang meliputi Madiun, Kediri, Bojonegoro, Malang, Batu, Gresik, Jombang, Mojekerto, Ngawi, Trenggalek hingga Pacitan menjadi basis-basis suara PDIP, Gerindra, Golkar, Demokrat. Dengan demikian, baik Prabowo maupun Ganjar memiliki peluang yang sama besar.

Sesumbar Cak Imin versus sikap PBNU

Berkali-kali Cak Imin sesumbar kalau suara dan himbauan Ketua Umum Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf tidak akan memengaruhi raihan suara PKB di kalangan Nadhliyin.

Menjadi tekad Gus Yahya sejak memimpin PBNU agar NU tidak ditarik-tarik ke wilayah politik praktis. Tidak ada capres yang di-endorse PBNU, apalagi jika ada oknum yang mengatasnamakan NU dan membawa-bawa nama NU untuk kepentingan politik.

Merujuk hasil Pemilu Legeslatif 2019 lalu, Jawa Timur ternyata tidak dikuasai PKB dengan mutlak. Justru PDIP menjadi jawara dengan meraup 20 kursi DPR dan PKB mengambil 19 kursi parlemen pusat,

Menjadi menarik lagi, hasil survei Litbang Kompas yang dipublikasikan pada 21 Agustus 2023, PKB hanya mendulang 10,2 persen suara pemilih NU secara nasional (Kompas.com, 06/09/2023).

Walaupun prosentase ini naik dari sebelumnya di angka 8,5 persen dari survei Litbang Kompas periode Januari 2022, tetapi tetap saja PKB harus “siaga satu”.

Ganjar dan PDIP justru memiliki “tabungan” suara di kalangan pemilih NU. Elektabilitas PDIP menjadi yang teratas di mata pemilih dari Nadhliyin. PDIP meraup 22,9 persen, disusul Gerindra di angka 19,9 persen.

Pemilih kalangan NU banyak tersebar di Jawa Timur. Masih dari eksplanasi survei Litbang Kompas, di kalangan responden NU di Jawa Timur suara PKB masih tetap “keok” dengan suara PDIP, tetapi PKB mengugguli Gerindra.

PDIP mendapat porsi 32 persen, PKB memperoleh 18,6 persen serta Gerindra di angka 13,7 persen.

Dengan fakta-fakta di atas, resultan kemenangan PKB bisa jadi malah merosot mengingat nama Anies Baswedan kurang “menjual” di kalangan Nadhliyin.

Sebaliknya Ganjar atau Prabowo akan semakin “moncer” bila menggaet pasangannya yang berpotensi menambah suara.

Prospek pasangan Amin di Jawa Timur

Langkah gerakan cepat “blitzkrieg” yang dilancarkan Nasdem dan PKB dengan mendeklarasikan pasangan Anies Baswedan dan Cak Imin di Surabaya (2 September 2023) sebetulnya tetap saja tidak akan mendapatkan elektoral besar seperti yang diharapkan Surya Paloh.

Walau Surya Paloh akan menggerakan infanterinya Nasdem dan kendaraan lapis bajanya PKB serta dukungan serangan udara siaran televisi miliknya - Metro TV - tetap saja meninggalkan Demokrat adalah kerugian besar.

Belum lagi potensi keberadaan PKS di Koalisi Perubahan juga begitu berseberangan dengan spektrum pemilih PKB.

Menggaet Cak Imin semestinya memiliki dasar kalkulasi elektoral yang lebih besar ketimbang elektoral yang dimiliki Agus Harimurti Yudhoyono.

Padahal basis masa AHY dan Demokrat adalah suara-suara yang “berseberangan” dengan pendukung rezim Jokowi. Artinya suara bulat yang anti-Jokowi dari Demokrat dipastikan akan melabuhkan suaranya kepada Anies Baswedan.

Saya cenderung berada di skenario pemilihan Cak Imin oleh Surya Paloh dan Nasdem lebih dikarenakan daya pikat terhadap “kendaraan politik” yang dimiliki Cak Imin, yaitu PKB.

Spekulasi Paloh terhadap PKB tentunya adalah aliran suara Nadhliyin yang berbasis di Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Paloh dan Nasdem sadar diri, daya tarik Anies di Jawa Timur dan Jawa tengah masih rendah.

Raupan suara Anies dan Cak Imin yang ingin disebut sebagai pasangan “Amin” terhadap pemilih di luar Jawa adalah bonus untuk melengkapi raihan suara di Jawa.

Namun jangan lupakan pula, para pendukung Abdurrahman Wahid alias Gus Durian yang merasa Cak Imin telah “mengkudeta” kepemimpinan Gus Dur, ikut menjadi faktor pengurang suara bagi Cak Imin.

Apakah keputusan Surya Paloh dan Nasdem memasangkan Anies Baswedan dan Cak Imin adalah kesalahan atau malah menjadi pemenang dan menggantikan Jokowi – Ma’ruf Amin? Tentu hasil akhirnya akan kita ketahui bersama usai perhelatan Pilpres 2024 berakhir.

"Agama seharusnya dapat melindungi kepentingan seluruh umat, masyarakat. Umat Islam diajarkan agar menebarkan Islam sebagai rahmat, rahmatan lil 'alamin, rahmat untuk semesta alam. Bukan rahmatan lil islami, tok”. – Yaqut Cholil Qoumas.

Pernyataan yang disampaikan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas di acara Tablig Akbar Idul Khotmi Nasional Thoriqoh Tijaniyah ke-231 di Pondok Pesantren Az-Zawiyah, Tanjung Anom, Garut, Jawa Barat (4 September 2023), semoga tetap menjadi ingatan bersama di tahun politik yang kian “menghangat” ini.

https://nasional.kompas.com/read/2023/09/07/06303271/strategi-nasdem-menggaet-cak-imin

Terkini Lainnya

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Nasional
Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Nasional
Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

Nasional
Lemhannas Kaji Dampak Meninggalnya Presiden Iran dalam Kecelakaan Helikopter

Lemhannas Kaji Dampak Meninggalnya Presiden Iran dalam Kecelakaan Helikopter

Nasional
Emil Dardak Sindir Batas Usia yang Halangi Anak Muda Maju saat Pemilu

Emil Dardak Sindir Batas Usia yang Halangi Anak Muda Maju saat Pemilu

Nasional
Masyarakat Sipil Minta DPR Batalkan Pembahasan Revisi UU TNI karena Bahayakan Demokrasi

Masyarakat Sipil Minta DPR Batalkan Pembahasan Revisi UU TNI karena Bahayakan Demokrasi

Nasional
Aksi Cepat Tanggap Kementerian KP Bantu Korban Banjir Bandang dan Longsor di Sumbar

Aksi Cepat Tanggap Kementerian KP Bantu Korban Banjir Bandang dan Longsor di Sumbar

Nasional
Bertemu PBB di Bali, Jokowi Tegaskan Akar Konflik Palestina-Israel Harus Diselesaikan

Bertemu PBB di Bali, Jokowi Tegaskan Akar Konflik Palestina-Israel Harus Diselesaikan

Nasional
Lemhannas: Transisi Kepemimpinan Jokowi ke Prabowo Relatif Mulus, Tak Akan Ada Gejolak

Lemhannas: Transisi Kepemimpinan Jokowi ke Prabowo Relatif Mulus, Tak Akan Ada Gejolak

Nasional
Jokowi Sampaikan Dukacita atas Meninggalnya Presiden Iran

Jokowi Sampaikan Dukacita atas Meninggalnya Presiden Iran

Nasional
Laporkan Dewas KPK yang Berusia Lanjut ke Bareskrim, Nurul Ghufron Tak Khawatir Dicap Negatif

Laporkan Dewas KPK yang Berusia Lanjut ke Bareskrim, Nurul Ghufron Tak Khawatir Dicap Negatif

Nasional
Bertemu Presiden Fiji di Bali, Jokowi Ajak Jaga Perdamaian di Kawasan Pasifik

Bertemu Presiden Fiji di Bali, Jokowi Ajak Jaga Perdamaian di Kawasan Pasifik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke