Salin Artikel

Menkes Temukan Buku Panduan Bernuansa "Bullying" Calon Dokter Spesialis di RS

Buku panduan tersebut bernuansa perundungan atau praktik bullying kepada calon dokter spesialis.

Selain buku panduan, Budi menemukan fakta beberapa calon dokter spesialis kerap mendapat kata-kata kasar.

"Kata-kata yang sangat kasar, ngomong mengenai binatang ke anak-anak. Binatang-binatang sudah rendah itu kelasnya, kata-kata yang sangat rasialis. Kemudian juga ada buku panduan yang harus diikuti," kata Budi dikutip dari konferensi pers pemberian sanksi kepada 3 rumah sakit, Jumat (18/8/2023).

Budi mengungkapkan, buku panduan tersebut tidak ada hubungan sama sekali dengan materi pendidikan atau pembelajaran yang seharusnya diterima oleh calon dokter spesialis.

Calon dokter spesialis ini kerap dimanfaatkan untuk memenuhi keinginan para senior yang memakan dana hingga puluhan bahkan ratusan juta rupiah.

"Apalagi kalau di buku panduan itu mencantumkan harus beli ini, harus sewakan ini, sehingga keluar juga uang dan kita cek bisa puluhan juta per bulan atau ratusan juta per tahun. Ini bukan praktik-praktik yang baik dan ini terjadi di rumah milik Kemenkes," ucap Budi.

Kejadian-kejadian ini, kata Budi, tidak bisa dibiarkan. Banyaknya praktik bullying lantas membuatnya membuka kanal pengaduan melalui WhatsApp 081299799777 dan situs web https://perundungan.kemkes.go.id/.

"Jadi saya tidak mungkin bisa membiarkan rumah yang dimiliki oleh Kemenkes terjadi praktik-praktik yang tidak menunjukkan budaya bangsa Indonesia, budi pekerja yang luhur, penuh cacian rasialis, kata-kata yang memanggil juniornya memanggil nama hewan," kata Budi.

"Kemudian ada aturan di rumahnya Kemenkes yang mewajibkan bahwa seseorang itu sebagai peserta didik (melakukan hal yang) tidak ada hubungan dengan pendidikan sama sekali, malah harus mengeluarkan uang dan tertulis terdokumentasi. Itu enggak bagus," ucap Budi.

Menkes juga menemukan para dokter residen kerap dijadikan asisten atau pembantu pribadi dokter senior. Tugasnya jauh dari pendidikan calon dokter spesialis yang harusnya diterima.

Laporan lain yang ia terima, banyak dokter residen yang diminta membuatkan tugas para dokter senior, meliputi tugas menulis jurnal, membuat penelitian, dan lain-lain. Hal ini membuat para junior tidak mendapatkan hak yang semestinya untuk belajar.

Jenis perundungan lainnya bahkan melibatkan uang. Budi menerima beberapa laporan yang meminta dokter residen mengumpulkan uang bernilai puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Uang tersebut akan dipakai untuk keperluan senior yang bermacam-macam, misalnya, kata Budi, membayar rumah kontrakan untuk dokter senior berkumpul, dengan nilai mencapai Rp 50 juta per tahun.

Ada pula yang meminta dokter residen membelikan makanan untuk para dokter senior.

"Praktik suka sampai malam, sama rumah sakit dikasih makan malam. Makan malamnya enggak enak, kita maunya makanan Jepang. Jadi tiap malam mesti keluarkan Rp 5-10 juta untuk seluruhnya ngasih makan-makanan Jepang," kata Budi dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Kamis (20/7/2023).

"Atau misalnya, seminggu sekali mau pertandingan bola, suruh sewain lapangannya. Kemudian sewain sepatunya. Junior mesti mengeluarkan uang mengumpulkan untuk itu," ujar dia.

https://nasional.kompas.com/read/2023/08/18/13275671/menkes-temukan-buku-panduan-bernuansa-bullying-calon-dokter-spesialis-di-rs

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke