JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Hissein Brahim Taha, di Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin (7/8/2023).
Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin membahas berbagai isu, mulai dari pembakaran kitab suci Al-Qur'an hingga Rohingya.
"Pertama adalah terkait dengan isu pembakaran Al Quran. Presiden dan Sekjen OKI kembali menyampaikan posisi mengutuk keras pembakaran kitab suci Al Quran tersebut dan Presiden mengharapkan bahwa OKI harus terus memperjuangkan untuk prevent atau mengurangi dan memberantas islamphobia yang banyak sekali saat ini terjadi," ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dalam keterangannya dilansir siaran pers Sekretariat Presiden, Senin.
Kedua, lanjutnya, Presiden Jokowi dan Sekjen OKI berbicara mengenai masalah Afghanistan, terutama yang berkaitan dengan akses pendidikan bagi perempuan dan anak-anak perempuan.
Retno mengatakan, OKI menyampaikan apresiasi terhadap Indonesia yang terus konsisten menyuarakan dan membantu akses pendidikan bagi perempuan di Afghanistan.
"Selain itu, OKI juga mengapresiasi partisipasi ulama Indonesia di dalam kunjungan para ulama OKI di Afghanistan dan sebentar lagi akan ada kunjungan ulama OKI yang kedua ke Afghanistan di mana ulama-ulama Indonesia juga akan ikut serta," jelasnya.
Ketiga, Presiden Jokowi dan Sekjen OKI membahas mengenai isu Palestina. Retno menuturkan bahwa Sekjen OKI sangat menghargai posisi Indonesia untuk membela kepentingan perjuangan Palestina selama ini.
Keempat, Presiden Jokowi dan Sekjen OKI berdialog mengenai masalah Rohingya.
Menurut Retno, Sekjen OKI kembali menyampaikan apresiasi atas apa yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk suku Rohingya yang saat ini berada di kompleks pengungsian Cox's Bazar di Bangladesh.
Beberapa tahun lalu, Presiden Jokowi berkunjung langsung ke Cox's Bazar.
"Oleh karena itu, Presiden terus berkomitmen bersama dengan negara-negara anggota lain di ASEAN untuk terus menyuarakan kepentingan Rohingya di dalam pertemuan-pertemuan ASEAN," lanjut Menlu.
Di akhir pertemuan, Sekjen OKI mengharapkan agar Indonesia dapat terus aktif memberikan bantuan beasiswa kepada negara-negara di Afrika, terutama anggota OKI.
OKI menilai saat ini kondisi ekonomi Indonesia sangat baik dan terus berkembang.
"Indonesia saat ini ekonominya sangat bagus, terus berkembang, dan selama ini Indonesia sangat aktif, tidak hanya di OKI, tetapi di dalam berbagai isu dunia," tutur Retno.
Bertemu ketua parlemen sejumlah negara ASEAN
Retno melanjutkan, pada Senin sore, Presiden Jokowi punmenerima kunjungan kehormatan Ketua Parlemen Vietnam, Vuong Dinh Hue, beserta delegasi di Istana Merdeka, Jakarta.
Dalam pembukanya, Presiden Jokowi kembali menekankan peran penting parlemen sebagai cerminan keterwakilan rakyat.
"Bapak Presiden menyampaikan kembali bahwa parlemen merupakan cerminan dari keterwakilan rakyat dan rakyat ini adalah menjadi fokus dari kerja ASEAN dari sebagaimana yang diamanatkan oleh Piagam ASEAN," ujar Retno.
Menurut Retno, terdapat empat hal yang dibahas oleh Presiden Jokowi bersama Ketua Parlemen Vietnam.
Hal pertama adalah mengenai perbatasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
"Bapak Presiden menyampaikan bahwa sudah selesai, perundingan sudah selesai, sudah ditandatangani saatnya perjanjian diratifikasi. Oleh karena itu, Bapak Presiden mohon dukungan dari parlemen untuk proses ratifikasi," jelasnya.
Isu kedua yang dibahas Presiden Jokowi adalah mengenai masalah perdagangan dan investasi.
Menlu Retno menjelaskan bahwa nilai perdagangan Indonesia-Vietnam sangat baik, antara lain terlihat dari nilai perdagangan bilateral yang telah mencapai 14,2 miliar Dolar AS pada tahun lalu.
"Kedua belah pihak yakin bahwa target 15 miliar Dolar AS pasti akan tercapai karena targetnya 15 miliar pada 2028. Bapak Presiden juga meminta agar hambatan-hambatan perdagangan termasuk non-tariff barrier bisa dihilangkan terutama untuk produk farmasi dan gula dari Indonesia," ungkap Retno.
"Mengenai investasi, pihak Vietnam mengatakan komitmennya untuk terus memperbaiki sistem lingkungan investasi di Vietnam," paparnya.
Isu ketiga adalah mengenai energi terbarukan. Presiden Jokowi menyebut bahwa peran parlemen sangat penting agar pemerintah dapat mengakselerasi transisi energi.
"Sementara untuk ASEAN, Vietnam mengatakan mendukung penuh keketuaan Indonesia," katanya.
Setelah menerima kedatangan Ketua Parlemen Vietnam, Presiden Jokowi kemudian menerima kunjungan kehormatan ketua parlemen dari Thailand, Malaysia dan Laos.
Dengan ketiganya, Presiden Jokowi banyak membahas mengenai masalah ASEAN.
Selanjutnya, Presiden Jokowi dan para ketua parlemen sepakat mengenai pentingnya sentralitas ASEAN, terutama dalam menangani isu-isu di kawasan.
"Selama 56 tahun, ASEAN telah berhasil membuktikan sebagai kontributor perdamaian dan stabilitas kawasan," kata Retno.
Selain itu, Presiden Jokowi juga menekankan pentingnya ASEAN untuk terus mendorong implementasi Lima Poin Kesepakatan atau Five Point of Consensus terkait isu Myanmar.
"Bapak Presiden di dalam pertemuan dengan tiga speakers dari Thailand, Malaysia, Laos menyampaikan pentingnya ASEAN terus mendorong Myanmar, terutama dari pihak junta militer, untuk mengimplementasikan Five Point of Consensus," tambah Retno.
https://nasional.kompas.com/read/2023/08/07/22121761/jokowi-bertemu-sekjen-oki-bahas-persoalan-afghanistan-dan-rohingnya