Pernyataan Yusril yang dimaksud soal sistem proporsional terbuka tidak pro terhadap ideologi partai politik. Hal ini membuat partai politik mengalami kemunduran struktural.
"Dengan sikap Prof Yusril tersebut, maka makin jelas bagaimana PDI Perjuangan dan PBB hadir sebagai partai ideologi," kata Hasto kepada Kompas.com, Kamis (9/3/2023).
“Kami menempuh jalan ideologi, sementara yang lain jalan liberalisme," ujarnya lagi.
Hasto mengakui, jalan yang ditempuh PDI-P sebagai partai ideologi tentu tidak mulus dan menemui jalan terjal.
Akan tetapi, ia meyakini bahwa PDI-P kokoh pada prinsip mendukung sistem pemilu proporsional tertutup.
Menurutnya, sistem pemilu tertutup mencegah lahirnya calon anggota legislatif (caleg) yang hanya bermodal popularitas dan kekayaan.
"Sebab, menjadi anggota legislatif itu dituntut untuk menyelesaikan masalah rakyat saat ini, dan merancang masa depan Indonesia melalui keputusan politik," ujarnya.
"Dalam peran strategis tersebut, maka caleg harus dipersiapkan melalui kaderisasi kepemimpinan," kata Hasto lagi.
Hasto mengatakan, dari proporsional tertutup, partai politik akan mencari sosok caleg yang bermodalkan keahlian, dedikasi, dan kompetensi melalui kaderisasi.
Sementara itu, jika proporsional terbuka modalnya adalah popularitas dan kekayaan.
“Secara empiris, proporsional terbuka mendorong bajak-membajak kader ala transfer pemain dalam sepakbola, kecenderungan kaum kaya dan artis masuk ke politik, primordialisme dan ada partai karena ambisinya. Lalu, ambil jalan pintas merekrut isteri, anak, atau adik pejabat dan menguatlah nepotisme," ujar Hasto.
Lebih lanjut, Hasto mengungkapkan kelemahan dan kekurangan sistem proporsional terbuka. Salah satunya caleg yang lahir secara instan.
Hal itu berakibat pada rendahnya tingkat kepuasan terhadap partai politik dan lembaga legislatif.
"(Parpol dan lembaga legislatif) selalu berada di urutan paling bawah dari lembaga negara lainnya. Mengapa? Sebab, pragmatisme politik merajalela," kata Hasto.
Diberitakan sebelumnya, Yusril Ihza Mahendra menganggap bahwa sistem pemilu proporsional terbuka yang telah diterapkan Indonesia sejak 2004 membuka sisi gelap sistem ini.
Menurut Yusril, sistem proporsional terbuka telah melemahkan partai politik secara struktural.
"Partai politik tidak lagi mengejar fungsi asasinya sebagai sarana penyalur, pendidikan, dan partaisipasi politik yang benar," kata Yusril ketika memberi keterangan sebagai pihak terkait dalam sidang lanjutan uji materi terkait sistem proporsional terbuka di Mahkamah Konstitusi, Rabu (8/3/2023).
Orang-orang yang berpikiran sama, diasumsikan membentuk partai politik tertentu berdasarkan pikiran itu.
"Sementara partai ideologis ini kan cuma tinggal dua, PDI-P sama PBB. Yang lain-lain kan partai pragmatis semua, bukan partai ideologis. Tidak ada akar ideologisnya," ujar Yusril kepada wartawan, Rabu.
https://nasional.kompas.com/read/2023/03/09/23135731/dukung-pernyataan-yusril-soal-sistem-pemilu-pdi-p-kami-tempuh-jalan-ideologi
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan