Salin Artikel

Kerja Maraton TGIPF demi Bongkar Penyebab Tragedi Kanjuruhan

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) bekerja maraton untuk mencari penyebab terjadinya tragedi kelam Kanjuruhan yang mengakibatkan 132 orang meninggal dunia dalam laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya awal bulan ini.

Dalam upaya mencari akar permasalahan tersebut, TGIPF telah melakukan investigasi lapangan di tiga kota, yakni di Malang, Surabaya, dan Jakarta. Dari hasil investigasi, TGIPF menyatakan telah menemukan beberapa bukti penting, salah satunya gas air mata yang ditembakkan polisi ke suporter.

Saat ini, TGIPF tengah memeriksa kandungan gas air mata tersebut di laboratorium.

Di Jakarta, TGIPF memeriksa beberapa pihak untuk dimintai klarifikasi terkait penyelenggaraan pertandingan itu. Pemeriksaan dilakukan di Kantor Kemenko Polhukam pada Selasa (11/10/2022).

Ada empat pihak yang diperiksa, yakni PSSI, PT Liga Indonesia Baru (LIB), PT Indosiar Visual Mandiri sebagai pemegang hak siar pertandingan, serta diskusi dengan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) atas investigas yang telah mereka lakukan.

Direktur Utama PT LIB Akhmad Hadian Lukita menegaskan bahwa pihaknya siap bertanggung jawab atas tragedi yang turut membuat ratusan orang mengalami luka-luka itu.

“Saya akan bertanggung jawab terhadap apa yang harus saya pertanggungjawabkan,” ucap Lukita terbata-bata.

Ia pun menyatakan bahwa peristiwa Kanjuruhan merupakan pelajaran berharga bagi dunia sepak bola nasional. Ia pun menyampaikan duka cita kepada keluarga korban yang ditinggalkan.

“Mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita semua seluruh stakeholder sepak bola,” terang dia.

Jam tayang jadi wewenang PT LIB

Sementara itu, Direktur Program dan Produksi Indosiar dan SCTV Harsiwi Achmad membantah bahwa pihaknya mengatur jam tayang pertandingan Arema kontra Persebaya saat tragedi itu terjadi.

Menurut dia, pengaturan jam tayang Liga 1, termasuk dalam hal ini pertandingan saat itu, telah ditentukan oleh PT LIB yang dikoordinasikan dengan Indosiar.

“Jadwal tayang itu sudah disusun oleh LIB, dikoordinasikan dengan Indosiar, kemudian dalam perjalanannya terjadi dinamika dan ending-nya memang LIB yang menentukan tayang, kemudian Indosiar harus mengikuti jadwal tayang tersebut,” ujar Harsiwi yang mewakiki PT Indosiar Visual Mandiri.

Ia pun membantah bahwa pertandingan itu sengaja ingin ditayangkan pada malam hari karena pertimbangan jam prime time di televisi. Demikian halnya saat dikonfirmasi mengenai adanya kepentingan iklan rokok sehingga jam tayang dilangsungkan pada malam hari.

“Saya kemukakan itu tidak benar,” katanya.

Harsiwi menegaskan bahwa sejak 2018 hingga saat ini, tidak pernah ada iklan rokok dalam penyelenggaraan Liga 1. Iklan rokok justru baru muncul setelah pertandingan selesai.

“Karena itu namanya time signal rokok, itu waktu tertentu di mana rokok itu masuk. Itu jam 21.30 kan baru boleh beriklan,” katanya.

Sementara itu, Ketua Komite Wasit PSSI Ahmad Riyadh mengungkapkan bahwa penyelenggaraan pertandingan pada malam hari dilakukan setelah ada rekomendasi dari aparat kepolisian.

Menurut dia, pertandingan itu tidak akan berjalan apabila tidak ada rekomendasi itu.

“Tetap malam pun juga ada rekomendasi dari Polres. Tidak mungkin pertandingan berjalan tanpa rekomendasi dari pihak keamanan,” ungkap dia.

Selain itu, pihaknya juga berharap FIFA tak menjatuhkan sanksi kepada Indonesia buntut tragedi Kanjuruhan.

“Insya Allah kita berdoa FIFA enggak ngasih sanksi karena ini adalah perbuatan lokal, bukan perbuatan masif dari pemerintah,” terang dia.

Kantongi video kunci

Sementara itu, Komnas HAM mengaku telah mengantongi video kunci penyebab terjadinya tragedi Kanjuruhan.

Komisioner Komnas HAM Choirul Anam menyebut bahwa video tersebut bersifat sangat penting karena merekam peristiwa penyebab tragedi Kanjuruhan.

“Banyak dokumen, banyak video dan sebagainya, termasuk video yang menurut kami menjadi video sangat kunci kenapa peristiwa itu terjadi, sangat kunci,” tegas Anam.

Video kunci tersebut didapatkan Komnas HAM ketika melakukan investigasi pasca-tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022).

Anam mengatakan, video tersebut akan disampaikan kepada publik pada saat Komnas HAM menyelesaikan laporan akhir hasil investigasi.

“Sangat kunci. Nanti kita sebutin di laporan akhir,” terang dia.

Anam juga mengaku mendapatkan beberapa video penting yang merekam peristiwa kericuhan di tragedi Kanjuruhan.

Akan tetapi, dari sekian banyaknya video penting tersebut, hanya satu video tunggal yang dianggap sangat penting.

“Semua video penting bagi mengungkap peristiwa ini, tapi salah satunya video kunci kami dapatkan,” imbuh dia.

Secara terpisah, Ketua TIGPF Mahfud MD mengatakan, hari ini, Rabu (12/10/2022), timnya akan melakukan analisis atas temuan investigasi yang mereka lakukan. 

Ia pun berharap agar laporan hasil investigasi itu bisa diserahkan ke Presiden Joko Widodo pada Jumat (14/10/2022), atau lebih cepat dari target yang ditentukan Presiden.

“Diharapkan laporannya sudah bisa saya serahkan kepada Presiden pada hari Jumat,” kata Mahfud.

Terkait laporan tersebut, Mahfud mengatakan, TGIPF akan berbicara langsung dengan FIFA apabila terdapat sesuatu yang perlu dikoreksi mengenai aturan yang telah ditetapkan oleh FIFA.

“Tapi, bila ada kaitannya dengan peraturan perundang-undangan kita, maka kita akan merekomendasikan terobosan hukum untuk memastikan jalannya pertandingan dan kompetisi sepak bola nasional yang sehat dan bertanggung jawab,” ungkap dia.

https://nasional.kompas.com/read/2022/10/12/08443831/kerja-maraton-tgipf-demi-bongkar-penyebab-tragedi-kanjuruhan

Terkini Lainnya

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke