Salin Artikel

Ramai soal Slogan "Partai Wong Cilik" Jelang Pemilu 2024, Dinilai Hanya untuk Kepentingan Politik

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo, menilai, jargon "partai wong cilik" alias partai rakyat kecil yang belakangan banyak digunakan partai politik Tanah Air tak lebih dari sekadar slogan.

Embel-embel itu dipakai untuk mencitrakan parpol sebagai yang paling dekat dengan rakyat kecil. Namun, di balik itu, ada misi meraup suara sebanyak-banyaknya dari masyarakat.

Tujuan akhirnya agar partai mendapat keuntungan dan kekuasaan.

"Partai wong cilik ini kan branding. Bagaimana usaha partai mendekatkan diri dengan konstituennya karena mau enggak mau di piramida populasi Indonesia paling besar ya ada di lapisan bawah atau wong cilik itu," kata Kunto kepada Kompas.com, Rabu (28/9/2022).

Kunto mengatakan, publik sesungguhnya dapat menilai, apakah label partai wong cilik ini sejalan dengan perangai parpol, atau hanya sekadar label belaka.

Menurutnya, sejauh ini, slogan itu lebih banyak memberikan janji kosong.

"Dan kalau menurut saya, citra partainya wong cilik ini bisa jadi hanya slogan kosong dan sudah banyak masyarakat yang tidak percaya," ucapnya.

Boleh jadi, citra partai wong cilik lantas diterjemahkan parpol melalui tindakan-tindakan yang sebenarnya tidak dibenarkan dalam demokrasi.

Misalnya, memanfaatkan situasi bencana atau krisis dengan memberikan bantuan ke masyarakat kecil, tetapi dibarengi kampanye kader partai.

Dalam proses tersebut sangat mungkin terjadi politik uang (money politics), pembelian suara (vote buying), hingga pembagian uang atau barang berkedok politik (pork barrel) dari politisi ke masyarakat sipil.

"Ini sangat berbahaya bagi demokrasi. Namun, bagi warga ya itulah yang disebut sebagai partainya wong cilik, yang bisa menyediakan uang bantuan dalam waktu yang cepat ketika warganya sangat membutuhkan," ucapnya.

Maka, lanjut Kunto, dengan adanya praktik-praktik ini, tidak heran jika pada akhirnya parpol-parpol yang melabeli diri mereka partai wong cilik lebih mendapat tempat di hati masyarakat.

"Kalau situasi ekonomi semakin buruk, sangat mungkin money politic ini sangat efektif nanti di 2024. Dan peluang partai yang mengaku uang cilik ya selama dia melakukan money politic menurut saya peluang untuk dipilihnya besar," tutur dosen Universitas Padjadjaran itu.

Sebagaimana diketahui, belakangan, istilah partai wong cilik ramai dipakai oleh sejumlah partai politik, seperti PDI Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Gerindra.

Dalam pertemuan elite PDI-P dan PKB, Minggu (25/9/2022), Ketua DPP PDI-P Puan Maharani menyebut partainya dan PKB sama-sama partai wong cilik. Buktinya, kata Puan, pertemuan para elite partai digelar di warung pecel, bukan tempat mewah.

"Jadi kalau biasanya pertemuannya itu di kantor, di rumah, ini kok malah di tempat pecel. Ya ini karena kami PKB dan PDI-P itu partainya wong sendal jepit, wong cilik. Di grassroot (akar rumput) itu kami selalu bersama. Memang begitu grassroot PDI-P dan grassroot PKB," kata Puan di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu.

Gerindra juga mengeklaim julukan serupa. Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad bilang, partainya dan PKB terbuka untuk bekerja sama dengan PDI-P pada pilpres mendatang.

Sebab, ada kesamaan antara ketiga partai, yakni sama-sama sebagai partai wong cilik.

"Semua secara simbolik merefleksikan sebagai partai kerakyatan. Ya Gerindra juga ada kesamaan, kan kami juga partai kerakyatan," kata Dasco saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (26/9/2022).

https://nasional.kompas.com/read/2022/09/29/10121981/ramai-soal-slogan-partai-wong-cilik-jelang-pemilu-2024-dinilai-hanya-untuk

Terkini Lainnya

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke