Arsul mengatakan, pihaknya akan bertanya kepada para loyalis Suharso tentang apa yang ingin mereka lakukan ketika dipimpin Pelaksana Tugas Ketua Umum Muhammad Mardiono.
"Kalau alasan pribadi 'Nanti saya enggak bisa lagi duduk di PPP kalau katakanlah dipimpin Pak Mardiono', ya kita hormati. 'Sekarang sampeyan apa, misalnya apa pingin mengundurkan diri atau apa' kita harus menghormati itu," kata Arsul dalam wawancara khusus di program Gaspol! Kompas.com, Selasa (13/9/2022).
"Tapi kami tidak akan melakukan katakanlah pemberhentian atau pemecatan. Jadi kita akan tanya, kita akan tanya, karena memang orang tidak bisa dipaksa," ujar Arsul.
Arsul mengatakan, pendekatan itu diambil karena PPP ingin menjaga soliditas partai setelah pergantian pucuk pimpinan dari Suharso ke Mardiono.
Ia pun mengeklaim perselisihan yang terjadi di PPP ini tidak seburuk konflik sebelumnya saat pengurus PPP di tingkat daerah terbelah ke kubu Suryadharma Ali, Djan Faridz, dan Romahurmuziy.
Menurut Arsul, saat ini pengurus PPP di tingkat pusat hingga daerah kompak mendukung Mardiono sebagai Pelaksana Tugas Ketua Umum sebagaimana telah disahkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
"Tapi bahwa dari 46 pengurus harian ada yang karena kedekatan pribadi kemudian lebih tetap dengan Pak Suharso, sebut saja loyalisnya Pak Suharso, itu memang tidak bisa kami pungkiri," kata dia.
Namun, Arsul menegaskan, pihaknya akan tetap merangkul para loyalis Suharso dengan berbicara dari hati ke hati.
"Tidak boleh kemudian kami semua (bilang) 'Kalau lo enggak loyal, lo keluar, lu gue pecat', enggak, bukan begitu pendekatannya, kita pendekatannya akan bicara dengan hati," kata Arsul.
https://nasional.kompas.com/read/2022/09/13/17250261/waketum-sebut-ppp-tak-akan-pecat-loyalis-suharso