JAKARTA, KOMPAS.com - Gelombang keempat Covid-19 di Indonesia diperkirakan belum mencapai puncak.
Ahli Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman memproyeksi, puncak gelombang keempat yang didominasi oleh subvarian Omicron BA.5 terjadi pada akhir Agustus 2022.
Semula, Kemenkes memproyeksi puncak kasus terjadi pada pertengahan Juli 2022 dengan estimasi puncak kasus BA.4 dan B.5 sekitar 16.000 hingga 17.000 kasus. Hingga Rabu (10/8/2022) pukul 12.00 WIB, kasus Covid-19 bertambah 5.926 kasus dalam 24 jam terakhir.
"Saya lebih cenderung memprediksi paling cepat itu akhir Agustus puncaknya kalau melihat kondisi terkini. Walaupun bukan tidak mungkin sebelum (akhir Agustus) ini (mencapai puncak), namun tampaknya kecil (kemungkinan)," ucap Dicky kepada Kompas.com, Kamis (11/8/2022).
Dicky berujar, mengacu pada negara-negara lain, puncak kasus subvarian BA.5 ini memang lebih lambat dibanding subvarian sebelumnya. Di negara lain, puncak kasus subvarian BA.5 terlihat memakan waktu lebih dari 1 bulan.
Selain tingkat pelacakan dan pemeriksaan yang rendah, masyarakat kini memiliki modal imunitas yang lebih tinggi karena mendapat vaksin. Hal ini jauh berbeda saat varian Delta menyerang pada Juli 2021 ketika jumlah vaksinasi masih rendah.
"Selain memang juga keterbatasan testing, ini juga agak cukup menyulitkan melihat peta situasi sebenarnya. Jadi saat ini saya lihat belum dan bahkan ada kemungkinan akhir Agustus," tutur dia.
Dicky bilang, vaksin tetap menjadi langkah yang paling efektif untuk menghambat pertumbuhan virus.
Meskipun kecepatan penularan BA.5 sangat masif dan mampu menginfeksi ulang (reinfeksi) ulang, vaksin menjaga pertahanan orang yang terinfeksi.
"Tetap modal imunitas dari vaksinasi itu berfungsi efektif. Setidaknya membuat mereka yang terinfeksi tidak bergejala, atau kalau bergejala jadi lebih ringan. Jumlah virus yang bisa bereplikasi dalam tubuhnya lebih kecil sehingga perlu waktu," tutur Dicky.
Karena itu, kata Dicky, virus memerlukan waktu lama untuk mencapai puncak. Virus akan mencari kelompok yang paling rawan di suatu komunitas, yang kemungkinan besar belum mendapat vaksin.
Di sisi lain dia menyebut, puncak gelombang bukan akhir dari pandemi Covid-19. Virus Covid-19 terus bermutasi menjadi varian baru. Teranyar, subvarian BA.4.6 terindikasi ada di 43 negara.
"Gelombang berikut tetap ada apalagi sekarang ada BA.4.6 atau potensi varian atau subvarian barunya. Dunia ini masih rawan, kecakupan vaksinasi dunia atau global masih belum ideal," jelas Dicky.
https://nasional.kompas.com/read/2022/08/11/15063051/mundur-epidemiolog-prediksi-puncak-kasus-ba5-di-akhir-agustus