Ia meminta semua kader partai tidak terpengaruh hasil survei hingga menjadikan mereka merasa berada di zona nyaman.
"Kalau kalian lalai dan sudah terpengaruh, saya bilangnya zona nyaman, itu kenapa saya selalu bertanya apa maksud kalian masuk dalam partai ini," kata Megawati, Selasa.
Sebab, menurut dia, keberadaan PDI-P saat ini bukan ditentukan oleh hasil survei, melainkan kontribusi semua kader.
Dia kemudian mengatakan kepada semua kader yang hadir bahwa dirinya lebih senang ketika PDI-P dianggap partai kecil.
"Partai yang dulu benar-benar kecil, selalu diremehkan, partai sandal jepitlah, wong cilik-lah. Saya bilang, selalu saya bangga berada di dalam (partai itu). Mereka yang wong cilik dan sandal jepit itu," tutur Megawati.
Untuk itu, Megawati meminta semua kader PDI-P introspeksi diri terkait tujuan awal masuk partai.
Jika ada yang masuk PDI-P hanya karena ingin merasakan zona nyaman, Megawati meminta kader itu untuk mundur saja.
"Tidak ada gunanya, karena saya membentuk partai ini adalah kita bisa mengorganisir kekuatan rakyat menjadi solid. Bersama kita untuk maju ke depan bagi Indonesia raya. Jadi kalau ada yang tidak setuju, silakan mundur," tegasnya.
Sebagai informasi, PDI-P kerap berada di posisi teratas elektabilitas partai politik yang tercatat di sejumlah survei nasional.
Misalnya, hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) memperlihatkan, jika pemilihan umum (pemilu) dilakukan sekarang, PDI-P mendapat dukungan paling besar.
"Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) mendapatkan dukungan paling besar yaitu 23,7 persen, disusul Gerindra 9,2 persen, serta Golkar 8,3 persen," papar Direktur Riset SMRC Deni Irvani dalam rilis surveinya, Kamis (9/6/2022).
Kemudian, hasil survei Litbang Kompas Juni 2022 juga menunjukkan elektabilitas PDI-P masih tertinggi.
Berdasarkan survei yang melibatkan 1.200 responden tersebut, elektabilitas PDI-P masih berada di posisi teratas dengan elektabilitas 22,8 persen.
https://nasional.kompas.com/read/2022/06/21/11512621/megawati-pdi-p-dulu-diremehkan-partai-sandal-jepitlah-tapi-saya-bangga