Pertemuan itu juga dihadiri Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya.
Lewat akun instagram resminya, @gusyaqut, Menag mengungkapkan, pertemuan terjadi selama lebih dari dua jam.
Yaqut mengatakan, pada pertemuan tersebut, dia belajar dari Megawati mengenai cara berpolitik tanpa baper (bawa perasaan) dan prasangka berlebihan.
"Saya bersyukur berkesempatan kembali berdiskusi dengan beliau. Selain asupan tadi, saya belajar bagaimana cara berpolitik tanpa baper dan prasangka berlebihan," tulis Yaqut lewat akun instagram.
Kompas.com telah mendapat izin dari Yaqut untuk mengutip pernyataan yang ia unggah di akun instagram tersebut.
Selain itu, dari Megawati, Yaqut juga mengaku mendapatkan asupan kebangsaan, politik, dan perspektif mengenai masa depan Indonesia.
"Sore tadi ngabuburit bersama Presiden RI ke-5 Ibu Megawati Soekarnoputri. Berbincang lebih dari 2 jam, saya bersama Ketum, Sekjen dan Bendum PBNU juga Sekjen PDI Perjuangan Mas Hasto, mendapatkan asupan kebangsaan, politik dan perspektif masa depan Indonesia dari tokoh yang sangat matang di dunia politik," tulis Yaqut.
Bahasa masa depan RI
Sekretaris Jenderal PDI-P, Hasto Kristiyanto mengatakan, pertemuan antara Menag, Gus Yahya, dan Megawati tersebut membahas seputar hal-hal strategis bagi masa depan bangsa dan negara.
"Hal-hal strategis itulah yang dibahas dengan suasana yang sangat akrab dan penuh semangat persaudaraan," ucapnya.
Hasto mengamukakan, PDI-P memandang NU memiliki peran yang besar dalam sejarah perjuangan bangsa. PDI-P mengatakan bahwa sejarah mencatat kepeloporan NU sejak berdiri pada 1926 memiliki visi dalam membangun semangat kebangsaan dan menggelorakan tekad perjuangan.
PDI-P juga memuji peran sentral NU sebagai perekat bangsa dan sangat kokoh membumikan Pancasila serta konstitusi dalam seluruh aspek kehidupan.
Hasto mengatakan, pada pertemuan itu Megawati menceritakan pengalamannya bersama dengan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
"Ibu Megawati banyak menceritakan pengalaman beliau bersama dengan Gus Dur, berziarah ke makam para Wali Songo, dan bagaimana situasi yang sulit ketika menghadapi pemerintahan yang otoriter, Orde Baru," ujar Hasto.
Sementara itu, Yahya atau akrab disapa Gus Yahya menyampaikan bagaimana skala prioritas kepemimpinannya untuk membangun NU. Yahya, kata Hasto, ingin membangun NU dengan lebih secara aktif merangkul berbagai komponen bangsa sesuai karakter dan kultur NU.
"Kultur NU yang memang terlahir sebagai solusi atas berbagai persoalan bangsa, namun sekaligus memberikan arah bangsa ke depan," ungkapnya.
Sementara itu, Menag Yaqut disebut menyampaikan berbagai tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara di dalam mewujudkan kohesivitas berbangsa yang satu. Menag Yaqut meminta semangat Pancasila betul-betul dipahami dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang rukun, aman dan bergotong royong.
"Semua menyepakati pentingnya menggandeng seluruh komponen bangsa agar membangun kesadaran terhadap berbagai ancaman yang bersifat ideologis yang bertujuan memecah belah bangsa," kata Hasto.
Mendengar pernyataan Yahya dan Yaqut, Megawati berulang kali mengucapkan syukur karena menjadi warga negara Indonesia. Utamanya, karena dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Hasto mengatakan, tanpa Pancasila tidak akan ada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Pembumian Pancasila melalui jalan Trisakti itulah yang harus dikedepankan," ujar dia.
PBNU beberapa waktu belakangan melakukan kunjungan silaturahmi ke partai politik. Sebelumnya, PBNU mengunjungi Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
https://nasional.kompas.com/read/2022/04/08/08391871/saat-ketum-pbnu-dan-menag-bertemu-megawati-bahas-masa-depan-ri