Ia memprediksi puncak lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron terjadi hingga dua sampai tiga pekan ke depan atau di awal Maret 2022.
"Kita akan melihat tren peningkatan sampai kita prediksi bahwa di akhir Februari atau di awal Maret 2022 ini merupakan puncak kasus Omicron yang bisa diprediksi itu 3 kali sampai dengan 6 kali lebih tinggi daripada variasi Delta," kata Nadia dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (10/2/2022).
Meski akan terjadi lonjakan kasus, Nadia mengatakan, keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 akan terkendali.
Sebab, sebagian besar pasien Omicron mengalami gejala ringan dan tanpa gejala sehingga bisa melakukan isolasi mandiri maupun isolasi terpusat.
"Batuk, pilek, demam kemudian sakit tenggorokan dan saturasi oksigen lebih dari 95 persen tidak memiliki komorbid diharapkan untuk dapat melakukan isolasi mandiri baik di rumah ataupun di tempat-tempat isolasi terpusat yang sudah disediakan," ujarnya.
Lebih lanjut, Nadia mengatakan, vaksinasi Covid-19 masih menjadi salah satu upaya penanganan Covid-19 untuk memberikan perlindungan agar terhindar dari keparahan Covid-19.
"Untuk itu mari kita ajak lansia untuk mendapatkan vaksinasi karena saat ini vaksinasi lansia masih cukup rendah baru 55 persen," pungkasnya.
Untuk diketahui, puncak kasus Delta di Indonesia terjadi pada pertengahan Juli 2021. Saat itu kasus baru pernah mencapai 56.757 pada 15 Juli.
Sementara rata-rata kasus 7 hari tertinggi tercatat pada 19 Juli dengan 49.158.
Kasus Covid-19 baru melandai pada akhir Juli dan stabil di angka yang jauh lebih rendah hingga Desember 2021. Mulai Januari kasus Covid-19 kembali meningkat seiring dengan ditemukannya kasus Omicron pada akhir November 2021.
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/10/18532661/prediksi-kemenkes-puncak-kasus-omicron-lebih-tinggi-3-6-kali-dari-delta