JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli epidemiologi Indonesia dari Griffith University Dicky Budiman meminta Presiden Joko Widodo agar mengurangi aktivitas yang dapat menimbulkan kerumunan massa.
Jika meminimalisir aktivitas kerumunan dalam rangka kunjungan kerja, Jokowi disebut Dicky, dapat menjadi contoh bagi pejabat-pejabat lainnya.
"Tentu memang presiden ini sulit untuk membatasi kunjungan karena tanggung jawab besar, tapi keharusan dalam konteks saat ini, minimalisir potensi kerumunan, keramaian menjadi sangat penting dan ini (bisa) menjadi contoh juga pada pejabat lain," ujar Dicky kepada Kompas.com, Minggu (6/2/2022).
Dicky berpendapat, kegiatan kerja-kerja presiden dalam rangka kenegaraan memang harus dilakukan untuk melihat perkembangan-perkembangan negara.
Namun, Jokowi diharapkan bisa mengurangi risiko adanya kerumunan yang dapat terjadi dari kegiatan kenegaraan tersebut, khususnya di daerah.
"Dalam konteks saat ini bukan tidak boleh, tapi bagaimana caranya supaya tidak ada kerumunan atau kalaupun ada kerumunan, yang terbatas," kata Dicky.
"Misalnya mau outdoor, orangnya yang diundang, terpilih, karena beliau kan diamankan juga dari potensi risiko (terpapar Covid-19) itu," terang dia.
Menurut Dicky, saat ini tidak ada jaminan orang yang telah divaksin tiga dosis akan aman dari paparan virus corona. Oleh sebab itu, menurut dia, mengurangi potensi adanya kerumunan massa seharusnya dapat dipertimbangkan dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini.
"Karena tidak ada jaminan lho siapa yang sudah di-booster atau sudah tiga kali dosis tidak terpapar Covid-19, tidak ada jaminan juga. Ini artinya ada potensi satu, memberi keteladanan, kedua, untuk kemananan beliau juga kan selain memberi contoh," tutur Dicky.
Video yang merekam kegiatan Jokowi bagi-bagi kaus di tengah kerumunan warga viral di media sosial baru-baru ini. Rupanya, peristiwa itu terjadi saat Jokowi kunjungan kerja ke Pasar Porsea di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Rabu (2/2/2022).
Dalam video, terlihat Jokowi yang baru turun dari mobil dikerumuni masyarakat. Warga tampak ingin mendekati Jokowi sambil terus meneriakkan namanya.
Meski sudah dihalangi petugas keamanan dan Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres), antusiasme warga untuk mendekati presiden tak terbendung.
Jokowi lantas memberikan sejumlah kaus berwarna hitam kepada para warga. Mengetahui hal tersebut, masyarakat semakin antusias dan berebutan menerima kaus yang dilemparkan Jokowi.
Penjelasan Istana
Terkait hal ini, pihak istana kepresidenan angkat bicara. Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono mengatakan, ke depan pihak istana akan berupaya meminimalisasi terjadinya kerumunan.
"Mungkin wilayah gunakan pengeras suara untuk ingatkan (warga agar tak berkerumun)," kata Heru kepada Kompas.com, Sabtu (5/2/2022).
Heru mengatakan, kegiatan bagi-bagi kaus yang dilakukan presiden akan melihat situasi masyarakat di lapangan.
"Iya kita lihat situasi saat di lapangan, tergantung kondisi masing-masing," ujarnya.
Sebelumnya, Heru mengatakan bahwa antusiasme warga di Kabupaten Toba terhadap kehadiran Jokowi sangat tinggi.
"Mereka sangat antusias. Contohnya di Kabupatan Dairi sejak 1974 tahun baru ini presiden hadir di kabupaten itu sehingga antusias," jelas Heru ketika dikonfirmasi pada Jumat (4/2/2022).
Ketika disinggung apakah ada cara lain agar momen menyapa presiden dan pembagian kaus tidak menimbulkan kerumunan, Heru mengatakan, hal itu sulit dilakukan.
"Sulit ya kalau keinginan masyarakat ingin menyapa presiden. Mereka diimbau sebelumnya untuk menggunakan masker oleh kepala wilayah," kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/06/15003671/kegiatan-jokowi-timbulkan-kerumuan-epidemiolog-minta-diminimalisir