JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai, upaya menjaring pemilih muda tak cukup dilakukan melalui media sosial. Sebab, pendekatan melalui media sosial selama ini dinilai tidak cukup ampuh untuk meningkatkan elektabilitas.
Hal itu diungkapkan Hendri menanggapi kerapnya admin akun Twitter Partai Gerindra dalam merespons mention dari warganet dengan kalimat yang berisi kelakar atau berkonotasi akrab.
"Aktivitas media sosial tidak signifikan terhadap elektabilitas, untuk peningkatan popularitas iya, tapi kalau elektabilitas nggak signifikan," kata Hendri ketika dihubungi, Jumat (4/2/2022).
Sebagai contoh, interaksi antara akun Twitter Gerindra dengan warganet bernama @pohansss yang mengeluhkan kondisi cuaca panas. Dalam cuitannya, @pohansss menanyakan kegiatan apa yang sedang dilakukan Ketua Dewan Pembina Gerindra, Prabowo Subianto, di tengah situasi panas seperti saat ini.
"Kalau enggak salah, hari ini Pak Prabowo lagi panas-panasan juga kunjungan kerja di luar kota," tulis admin akun @Gerindra.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno mengatakan, sebenarnya Gerindra perlu fokus dalam menggarap seluruh segmen pemilih, tak hanya pemilih muda saja.
"Gerindra jangan latah ke kalangan millenial yang dalam banyak hal sangat apolitis dan alergi politik. Sebagian lainnya sudah terafilisi ke partai dan figur lain. Millenial itu cuma angka. Tak boleh terjebak di sana," ucapnya.
Untuk diketahui, jumlah pemilih berusia di bawah 20 tahun yang tercatat pada daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2019 lalu sebanyak 17,5 juta.
Jumlah ini diperkirakan akan bertambah cukup signifikan pada Pemilu 2024 mendatang.
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/04/20382981/pengamat-nilai-gerindra-tak-cukup-hanya-andalkan-medsos-untuk-kerek