Hal tersebut disampaikan Bintang di webinar bertajuk ""The Beauty of Batik as Cultural Heritage on Hands of Women" dalam rangka 4th ASEAN Ministerial Meetings on Women (AMMW), Senin (11/10/2021).
"Jumlah perempuan yang terlibat dalam industri batik akan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam hal fashion dan perdagangan batik," ujar Bintang.
Terlebih lagi, kata dia, saat ini terdapat sekitar 47.000 unit usaha batik yang tersebar di 101 sentra batik.
Setidaknya, ujar Bintang, bidang tersebut mempekerjakan lebih dari 200.000 orang perempuan sebagai pembatik.
"Batik sebagai bagian dari industri fashion mengalami pertumbuhan yang tinggi dan stabil, bahkan pada masa pandemi," kata Bintang.
Data Kementerian Perindustrian menunjukkan, nilai bersih ekspor batik adalah 21,5 juta dollar AS pada tahun 2020.
Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya, yang mencapai 18 juta dollar AS.
"Tidak heran karena batik diakui oleh UNESCO sebagai karya agung warisan lisan dan takbenda kemanusiaan," kata dia.
Bintang mengatakan, bagi Indonesia, batik tidak hanya produk seni lukis kain, tetapi juga merupakan ekspresi hangat dari kesejahteraan budaya dan spiritual bangsa.
Dengan demikian, ujar dia, membuat dan memakai batik bagi orang Indonesia adalah membenamkan identitas diri dan warisan budaya dan spiritual.
Apalagi, menurut dia, batik sangat terkait erat dengan perempuan dan mode di samping merupakan bagian dari industri kreatif.
"Indonesia memperjuangkan kemajuan industri kreatif, termasuk batik, sebagai kontributor potensial pemulihan ekonomi," ucap Bintang.
https://nasional.kompas.com/read/2021/10/11/15045791/menteri-pppa-yakin-jumlah-perempuan-di-industri-batik-akan-meningkat