Salin Artikel

Mari Wawas Diri dan Berkontribusi Atasi Covid-19

SEKARANG ini kita hidup di masa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebab, seluruh dunia, termasuk seluruh wilayah negara kita, mulai dari kota hingga ke desa, sedang berada di jantung perjuangan melawan pandemi Covid-19.

Menghadapi situasi genting demikian, tak pantas kita berbicara, bersikap dan berperilaku sembrono. Sebaliknya, kita perlu lebih wawas diri guna mengenal siapa diri kita dan mencari tahu apa yang bisa kita kontribusikan untuk mengatasi pandemi tersebut,

Wawas diri

Oleh media, saya dikutip beberapa kali telah mengajak sesama anak bangsa untuk mawas diri. Ternyata, menurut novelis Khrisna Pabichara, (Jawa Pos, 30 Juni 201), istilah mawas diri adalah salah kaprah. Istilah yang seharusnya adalah wawas diri.

Melalui artikel ini saya kembali mengajak kita semua untuk wawas diri dan berkontribusi secara positif guna mengatasi pandemi Covid-19.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata wawas artinya melihat (memeriksa, mengoreksi) diri sendiri secara jujur; introspeksi. Mewawas diri berarti meninjau, meneliti, atau mengamati diri sendiri.

Menurut Tesaurus Bahasa Indonesia, sinonim dari kata wawas diri adalah bercermin, berkaca, introspeksi, belajar, mencontoh.

Menurut Wikipedia, wawas diri sama maknanya dengan introspeksi atau refleksi diri yaitu proses pengamatan terhadap diri sendiri dan pengungkapan pemikiran dalam yang disadari, keinginan, dan sensasi.

Proses tersebut berupa proses mental yang disadari dan biasanya dengan maksud tertentu dengan berlandaskan pada pikiran dan perasaannya.

Wawas (mindful) perlu terus diasuh. Kewawasan (mindfulness) mesti terus diasah. Setia bersama wawas alamat bersua dengan waras.

Wawas diri sangat penting untuk dimiliki oleh setiap orang. Terlebih, di tengah kebijakan New Normal yang mengharuskan masyarakat menerapkan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) karena pandemi Covid-19.

Wawas diri membuat kita memiliki kemampuan untuk melihat diri sendiri dari sudut pandang orang lain. Kemampuan ini tidak alami; hewan dan bayi manusia di bawah 18 bulan tidak memiliki mawas diri (Brownell et al., 2007).

Hewan piaraan misalnya, tidak akan pernah memiliki rasa bangga atau malu atau emosi yang dihasilkan dari kewawasan diri.

Kewawasan diri berkembang saat kita berinteraksi, dan itu memungkinkan kita untuk membangun struktur sosial yang kompleks dan memahami bagaimana hal-hal bermain dalam suatu sistem.

Kewawasan diri yang berkembang dengan baik membantu kita bertutur kata dengan bahasa yang santun, tidak memprovokasi, tidak suka menuding dan berperilaku baik.

Wawas diri juga membuat kita mampu mengantisipasi perilaku orang lain, berpartisipasi dan bekerja sama dengan orang lain untuk mengatasi masalah bersama.

Kewawasan diri bisa saja dihambat oleh sistem keluarga yang lemah, pendidikan yang tak bermutu, pergaulan sosial yang buruk dan informasi media sosial yang tak terkendali. Hal tersebut membuat orang tak mampu memahami realitas dan enggan melihat hal positif pada orang lain.

Memang, di berbagai media massa dan media sosial beredar informasi palsu bahwa Covid-19 adalah sebuah konspirasi. Namun, dengan kewawasan diri yang baik, siapa pun pasti akan meragukan informasi seperti itu.

Orang awam tidak dituntut memahami seluk beluk Covid-19 sebagaimana para ilmuwan dan professional di bidang medis.

Namun, dengan kewawasan diri yang baik kita sudah bisa ikut berpartisiasi untuk menangani Covid-19. Karena kalau Covid-19 itu diibaratkan dengan air berlumpur maka dengan kewawasan diri saja kita tergerak untuk mencari solusi guna menjernihkannya kembali.

Dengan kewawasan diri, sebetulnya juga kita bisa lebih rendah hati mengakui bahwa ada hal yang di luar pemahaman kita. Oleh karena itu, berkenaan dengan Covid-19 ini kita harus percaya pada mereka yang ahli.

Secara biologis, kita semestinya percaya pada keterangan ahli di bidang virologi bahwa penyakit ini baru bagi manusia dan bisa menular dengan sangat cepat apabila kita tidak patuh pada protokol kesehatan.

Dengan kewawasan diri, kita semestinya mampu melihat bahwa pemerintah pusat dan daerah, Satgas Covid-19, para tenaga medis, Polri, Satpol PP, dan TNI dan para relawan bekerja sedang berpikir dan bekerja keras untuk mengatasi pandemi tersebut.

Kerja keras itu akan berhasil apabila semua komponen bangsa ini ikut ambil bagian sesuai porsinya masing-masing.

Tetapi orang yang lemah kewawasan dirinya biasanya enggan berpartisipasi, suka mengritik, bahkan memprovokasi menentang pemerintah dan segala kebijakannya.

Mereka juga dengan mudah menilai bahwa upaya pengendalian pandemi sebagai tidak tepat dan tidak optimal.

Mereka pun gemar memengaruhi warga bangsa sehingga lengah menjalankan prokes dengan menyebarkan narasi kontraproduktif seperti: “Tidak ada kematian akibat Covid-19, masker itu omong kosong, vaksin itu proyek dan lain sebagainya.”

Memang, garisnya kabur apakah pasien meninggal karena Covid-19 atau kurang perawatan? Namun, yang terbaik adalah mentaati prokes, menghindari paparan dan ikuti program vaksinasi sehingga kita tidak menjadi pasien.

Menemukan solusi bersama-sama

Mengapa kita sebagai bangsa harus wawas diri dan tanpa mundur berperang melawan Covid-19? Mengapa kita harus menemukan solusi atas pandemi ini secara bersama-sama?

Melalui kewawasan diri, setiap kita mampu melihat bahwa realitas baru sedang terjadi. World Economic Forum (WEF) ke 51 di Davos akhir Januari 2021 lalu mencirikan kondisi dunia sekarang sebagai berikut:

Pertama, now is global. Dalam konteks Covid-19, kita perlu bercermin bahwa realitas ini baru pertama kali terjadi di semua negara, semua bangsa, kota, dan komunitas.

Artinya, kita berhadapan dengan pandemi yang sama, dan sedang berpikir dan bergabung dalam perjuangan yang sama untuk mengatasinya.

Kedua, now is transversal. Artinya, kita sedang dalam perjuangan lintas sektoral di semua sektor dan layanan.

Ketiga, now is urgent. Situasi sekarang sangat mendesak karena sedang dalam pertarungan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mengharuskan kita untuk bertindak sangat cepat dan efektif.

Kempat, now is similar to everybody. Ini adalah pertama kalinya kita dapat belajar dan mereplikasi solusi, di mana pun kita berada di dunia.

Forum tersebut membenarkan mengapa penyakit Covid-19 menjadi global pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kebebasan dan kecepatan yang kita gunakan dalam perjalanan dalam skala global adalah salah satu kendaraan penularan yang paling efisien dan mendorong pertumbuhan eksponensial virus di seluruh dunia.

Tantangan kita lebih besar hari ini, tetapi senjata tempur kita juga lebih kuat. Ekonomi data, kolaborasi antara ilmuwan dan informasi dalam opini publik menjadi sangat relevan dalam perjuangan ini.

Dengan sekitar separuh dunia terkunci (lockdown), kita menghadapi tantangan besar untuk mempertahankan normalitas relatif dalam penyediaan layanan public seperti air, limbah, energi, transportasi, menjaga hukum dan ketertiban, menjamin rantai pasokan, mendukung usaha kecil dan menjamin pelayanan kesehatan bagi semua.

Jadi, dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, seluruh komponen bangsa ini siapapun dan apapun latar belakang, perlu wawas diri dan tahu diri.

Dengan kata lain, kita perlu bercermin diri guna melihat siapa diri kita sesungguhnya? Kita perlu instrospeksi dan bertanya kepada diri sendiri: apa peran yang dapat kita ambil untuk mengatasi pandemi Covid-19?

Melalui cara itu kita akan semakin tergerak untuk berkontribusi dan bekerja sama dengan sesama warga bangsa guna mencegah penyebaran Covid-19.

Dengan kewawasan diri yang baik, kita dapat saling memberi contoh atau teladan bagi sesama untuk mengadopsi perilaku baru dan cara hidup baru yang lebih sehat sehingga segera keluar dari pandemi Covid-19. Kita pasti bisa! 

https://nasional.kompas.com/read/2021/08/10/06285421/mari-wawas-diri-dan-berkontribusi-atasi-covid-19

Terkini Lainnya

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke