Salin Artikel

Waspada Varian Delta Telah Mendominasi di Indonesia dan Bersiap Kemungkinan Terburuk...

JAKARTA, KOMPAS.com - Data Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI pada 6 Juli 2021 menunjukkan ada sebanyak 553 kasus varian baru virus Corona di Indonesia. 

Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari enam varian baru virus Corona yaitu Alpha, Beta, Delta, Eta, Iota, dan Kappa.

Dari keenam varian itu, varian Delta terlihat paling mendominasi di Indonesia dibandingkan varian lainnya yaitu sebanyak 436 kasus. Kemudian varian Beta berada pada urutan kedua dengan jumlah 57 kasus, 51 Alpha, 5 Eta, 2 Kappa, dan 2 kasus varian Iota.

Kepala Pusat Genom Nasional Lembaga Eijkman Safarina G Malik mengatakan, dominasi varian Delta ini disebabkan karena varian ini memang jauh lebih mudah menular dibandingkan dengan yang lainnya.

"Tren dominasi varian Delta ini juga terjadi di negara lain, seperti di Inggris dan Amerika Serikat,” ujar Safarina kepada Kompas.id.

Bahkan, varian Delta telah menggeser berbagai varian lain yang telah lebih dulu menyebar.

"Karakter virus begitu, mana yang paling kuat dan menulari ke inang, itu yang akan menjadi mayoritas,” katanya.

Sebanyak 436 kasus varian Delta tersebar di sembilan provinsi di Indonesia. DKI Jakarta merupakan provinsi yang paling terbanyak kasus varian asal India ini yaitu 195.

Disusul Jawa Barat 134 kasus, Jawa Tengah 80 kasus, Jawa Timur 13 kasus, Banten 4 kasus, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur masing-masing 3 kasus, dan 1 kasus di Gorontalo.

Dominasi varian Delta turut memicu lonjakan kasus yang pada Selasa (6/7/2021) kembali memecahkan rekor terbanyak dengan tambahan 31.189 kasus baru dalam sehari.

Bahkan berdasarkan catatan Kompas.com, dalam sepekan terakhir sejak 30 Juni 2021 ada lima rekor kasus baru Covid-19. Pada 30 Juni sebanyak 21.807 orang diketahui positif Covid-19.

Selanjutnya jumlah kasus baru kembali mencapai rekor setelah bertambah 25.830 kasus pada 2 Juli. Kemudian pada 3 Juli jumlah kasus baru kembali mencatatkan angka tertinggi yaitu 27.913.

Dan pada 5 Juli, rekor kembali tercatat setelah ada penambahan 29.745 kasus dalam sehari.


Bersiap lonjakan kasus

Epidemiolog Indonesia di Griffith University Dicky Budiman mengatakan, dengan dominasi varian Delta di Indonesia, kita harus lebih bersiap terhadap lonjakan kasus yang diperkirakan memuncak di Jawa sekitar pertengahan Juli 2021.

"Pemerintah harus merespons data ini dengan benar. Pengalaman di banyak negara, untuk meresponsnya harus perkuat respons, apa pun vaksin harus dipercepat untuk mengurangi jumlah orang berpotensi jadi berat jika terinfeksi walaupun tetap bisa tertular,” ujarnya.

Namun, vaksinasi saja tidak bisa jadi solusi. ”Kita harus perkuat deteksi dan isolasi penyebaran virus ini sejak di hulu melalui tes dan lacak yang masif. Sejauh ini tes tidak memadai. Harusnya kalau ditemukan 20.000 kasus aktif hari ini, besoknya minimal harus tes sebanyak 400.000, ini kita masih jauh,” katanya.

Pembatasan mobilitas dan penerapan protokol kesehatan di masyarakat juga harus diperketat lagi.

"Kalau pembatasan dan protokol kesehatan masih longgar seperti sekaarang ini, lonjakan kasus akan semakin mengkhawatirkan dan pastinya angka kematian akan terus meningkat,” jelasnya.

Dicky mengatakan, hasil pelacakan di Australia pada kasus yang terjadi di salah satu pusat perbelanjaan South Wales menunjukkan penularan varian Delta bisa berlangsung dalam hitungan detik saat orang berpapasan tanpa masker.

Dalam momen transmisi yang terekam di CCTV, virus didapati bisa bertahan di udara cukup lama sehingga seseorang bisa menghirupnya dan kemudian terinfeksi.

Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam keterangan pers juga mengatakan, varian Delta sebagai, ”varian yang paling mudah menular yang diidentifikasi sejauh ini”.

Ia juga memperingatkan bahwa virus itu sekarang menyebar di setidaknya 85 negara. Varian ini terutama mengkhawatirkan di negara-negara yang memiliki keterbatasan cakupan vaksin.


Skenario terburuk

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, selama dua pekan ke depan merupakan masa kritis bagi Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19.

Hal ini dikarenakan kasus Covid-19 di Indonesia diprediksi akan terus mengalami kenaikan dan melampaui 40 ribu kasus baru dalam sehari.

"Angka ini bisa akan terus naik seperti hari kemarin 29.000, bisa saja mungkin nanti kita sampai ke 40.000 atau pun lebih," ujar Luhut dalam konferensi pers daring yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (6/7/2021).

Mengantisipasi kemungkinan tersebut, kata Luhut, pemerintah telah menyiapkan berbagai skenario jika seandainya situasi Covid-19 di Indonesia benar-benar jatuh ke situasi terburuk.

Dengan menambah jumlah fasilitas kesehatan misalnya. Kemudian juga menambah stok oksigen. Dalam 2-3 hari terakhir pemerintah telah menambah stok oksigen yang didatangkan dari berbagai wilayah, seperti Morowali, Cilegon, dan Batam.

Perihal obat-obatan, kata Luhut, pemerintah akan memastikan ketersediaannya, termasuk paket obat ringan untuk pasien isolasi mandiri. Termasuk membuka peluang bantuan dari negara tetangga seperti Singapura dan China.

Luhut meminta masyarakat tak khawatir terkait hal ini. Dan jangan pula meremehkan terhadap berbagai upaya yang tengah dilakukan pemerintah.

"Jadi semuanya kekuatan kita kerahkan, jadi jangan ada yang menganggap underestimate bahwa Indonesia ini tidak bisa mengatasi masalah," kata Luhut.

https://nasional.kompas.com/read/2021/07/07/14503121/waspada-varian-delta-telah-mendominasi-di-indonesia-dan-bersiap-kemungkinan

Terkini Lainnya

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke