Salin Artikel

Cerita Petugas Medis Hadapi Covid-19: Tertular, Trauma hingga Tetap Laksanakan Tugas

JAKARTA, KOMPAS.com - Satu tahun sudah pandemi Covid-19 melanda Tanah Air.

Para petugas medis secara otomatis menjadi garda terdepan dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Selain harus terus memberikan pelayanan medis untuk menyembuhkan pasien Covid-19, mereka juga sangat rentan tertular, kehilangan rekan, dan bahkan menghadapi resiko paling parah, yakni kritis dan meninggal dunia.

Seperti yang dialami Dokter Spesialis Penyakit Dalam di salah satu rumah sakit di Surabaya, Raden Ayu Adaninggar.

Sebagai dokter spesialis penyakit dalam, Ninggar sempat juga terpapar virus corona. Ia mengatakan bahwa sempat merasa takut dan putus asa.

"Sempat merasa putus asa karena ini penyakit belum ada obatnya. Aku juga sempat merasa trauma karena isolasi mandiri hampir satu bulan bikin tidak bisa ketemu anak," cerita Ninggar kepada Kompas.com, Rabu (3/3/2021).

Bahkan setelah sembuh Ninggar meminta waktu sementara untuk menenangkan diri dan kembali menguatkan tekad untuk kembali melayani masyarakat.

Namun, saat kembali bertugas, Ninggar justru dihadapkan pada situasi harus merawat salah seorang kolega dokter yang mengalami gejala berat Covid-19.

"Datangnya sudah dalam posisi parah. Sepertinya tertular dari pasien yang berobat ke klinik pribadinya. Aku ikut merawat karena sudah terjadi komplikasi, namun karena datangnya sudah terlambat, jadi tidak bisa tertolong," sebut Ninggar.

Kejadian itu membuat Ninggar sempat kehilangan semangat. Ia yang baru pulih, kembali bertugas dan harus menyaksikan rekan seniornya meninggal dunia.

"Saat saya sudah mulai move on, saya kok dapat pasien yang teman sejawat, dan tidak bisa menolong karena datang dalam kondisi berat. Rasa trauma saya muncul lagi. Pengalaman itu jelas-jelas tidak terlupakan," ujar dia.

Sebagai tenaga medis, Ninggar menyadari bahwa saat ini semua masyarakat mengalami kesusahan akibat pandemi Covid-19.

Maka tak jarang banyak tenaga medis harus berhadapan dengan pasien dan keluarga yang marah-marah.

Untuk Ninggar, ini adalah hal yang harus dihadapi oleh para tenaga medis.

"Ada sebagian (masyarakat) seperti itu, saya berusaha memaklumi, karena kondisi pandemi tidak enak untuk semua orang. Mungkin karena masyarakat tidak bisa menyalahkan keadaan, dan pemerintah, jadi kadang tenaga medis yang kena," tuturnya.

Menanggapi masyarakat yang sering memberi penilaian negatif terhadap para tenaga medis, Ninggar merasa bahwa jika ada pilihan untuk tidak merawat pasien Covid-19, pilihan itu pasti akan diambil oleh para tenaga medis.

Ketimbang mendapatkan insentif dari pemerintah, lebih baik tidak mendapatkannya, tapi juga tidak melayani pasien Covid-19.

"Bukan berarti karena dapat insetif dari masyarakat kita para petugas medis senang-senang, kita juga berkorban banyak. Resiko terpapar tinggi dan harus memakai masker bahkan sampai di dalam rumah, karena kami tidak ingin keluarga kami terpapar," jelasnya.

Saat ini menurut Ninggar selain tindakan medis yang harus dikedepankan adalah pendekatan psikologis pada para pasien Covid-19.

Sebab menjalani isolasi baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri itu sama-sama memiliki beban emosional.

Ninggar merasakan itu saat karena ia seorang penyintas Covid-19 dan mengerti betul apa yang dirasakan seorang pasien yang harus mengisolasi diri.

"Saya saja dua minggu isolasi dirumah sudah bosan sekali. Saya masih mending ada suami yang menemani, maka saya paham pasien yang diisolasi itu mudah stres," ungkapnya.

Maka satu hal yang penting dilakukan adalah pendekatan psikologis, agar membuat pasien Covid-19 tenang dalam proses penyembuhan.

"Kita dokter dan perawat beberapa jam sekali memberi semangat. Karena kalau dalam ruang isolasi, pasien video call dengan keluarga aja tetap merasa kesepian. Ada faktor emosional yang harus diperhatikan, maka kami harus effort juga untuk menghibur mereka," katanya.

Ninggar berharap pemerintah dan juga masyarakat tidak boleh lengah meski pandemi Covid-19 sudah berjalan satu tahun.

Ia mengatakan bahwa virus Covid-19 akan terus ada, dan satu-satunya jalan adalah tidak boleh bosan untuk terus hidup dengan menggunakan protokol kesehatan.

"Kita lihat faktanya bahwa penyakit ini masih ada, ya kita jangan lengah, kita bosen, kita jenuh, tapi kita harus berdampingan (dengan Covid-19), dengan selalu menerapkan protokol kesehatan," pungkasnya.

https://nasional.kompas.com/read/2021/03/03/17354211/cerita-petugas-medis-hadapi-covid-19-tertular-trauma-hingga-tetap-laksanakan

Terkini Lainnya

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke