JAKARTA, KOMPAS.com – Guna mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus penularan Covid-19, pemerintah melarang dilaksanakannya kegiatan yang memicu kerumunan serta perayaan penyambutan Tahun Baru 2021 di tempat umum.
Kendati demikian, masyarakat yang berencana melakukan perjalanan wisata ke tempat-tempat pariwisata tetap diperbolehkan. Sepanjang, dapat dipastikan bahwa mereka tidak sedang terpapar virus corona serta menerapkan protokol kesehatan yang tepat.
Selain itu, salah satu kewajiban yang harus dilakukan masyarakat yaitu melakukan pengetesan Covid-19.
Langkah antisipasi yang dilakukan pemerintah itu pun mendapatkan sambutan positif. Bahkan sejumlah pegiat sektor pariwisata meyakini kebijakan itu akan mendorong wisatawan untuk pergi ke tempat pariwisata.
Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) Luhut Binsar Pandjaitan meminta, agar pemerintah daerah seperti di Provinsi Bali, dapat memperketat protokol kesehatan di rest area, hotel dan tempat wisata.
“Kami minta untuk wisatawan yang akan naik pesawat ke Bali wajib melakukan tes PCR H-2 sebelum penerbangan ke Bali serta mewajibkan tes rapid antigen H-2 sebelum perjalanan darat masuk ke Bali,” kata Luhut seperti dikutip dari laman resmi Kemenko Marves, Selasa (15/12/2020).
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi itu pun meminta kepada Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Kepala BNPB Doni Monardo, serta Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk segera mengatur prosedur tersebut.
“Saya minta hari ini SOP penggunaan rapid tes antigen segera diselesaikan,” ucapnya.
Mendapat dukungan
Pengusaha travel agen, TX Travel, Anton Thedy, mendukung rencana tersebut. Menurut dia, selama ini masih banyak wisatawan yang khawatir berkunjung ke Bali karena pengecekan kondisi hanya didasari pada hasil rapid test.
Dengan adanya kewajiban swab test, ia optimistis sektor pariwisata Bali akan bangkit. Sebab, masyarakat akan semakin yakin bahwa wisatawan yang berkunjung ke Bali tidak terinfeksi virus corona.
"Bali sangat lengang, dan ini perlu dukungan dari kita semua. Kenapa Bali lengang? Karena ada ketakutan terbang dengan pesawat yang sebelumnya hanya rapid test," kata Anton dalam diskusi virtual bertajuk “Menerapkan Protokol Kesehatan Menjelang Liburan Akhir Tahun”, Selasa.
Ia pun berkeyakinan, meski harga swab test tinggi, hal itu tidak akan menyurutkan keinginan wisatawan untuk pergi ke Bali.
Bahkan, kata dia, dengan adanya kewajiban itu justru akan mengubah peta kondisi pariwisata Bali menjadi lebih baik. Anton menambahkan, kondisi sektor pariwisata perlu segera dibenahi, karena memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian nasional.
Sementara itu, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menuturkan, pemerintah sedang menyelesaikan aturan tentang pelaku perjalanan antarkota. Aturan ini disusun karena setiap kali libur panjang selesai, terjadi tren lonjakan kasus Covid-19.
Selain itu, aturan ini juga disusun untuk memetakan risiko akibat mobilitas sosial saat pandemi Covid-19.
“Pemerintah saat ini sedang melakukan finalisasi kebijakan terkait dengan pelaku perjalanan. Terutama (perjalanan) antarkota,” ucap Wiku dalam konferensi pers virtual yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa.
Dalam sepekan terakhir, Satgas mencatat, positivity rate kasus Covid-19 meningkat 4,29 persen, yaitu dari 13,81 persen pada pekan lalu menjadi 18,1 persen pada pekan ini. Ia mengakui bahwa kenaikan positivity rate ini merupakan kondisi yang mengkhawatirkan.
Menurut Wiku, kondisi itu terjadi lantaran kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan mulai menurun. Oleh karena itu, ia meminta agar pemerintah daerah terus melakukan optimalisasi peran Satgas di wilayah masing-masing.
Ubah strategi
Penerapan protokol kesehatan ketat yang ingin diterapkan oleh pemerintah didukung dengan upaya mengubah strategi penjualan bisnis pariwisata oleh pelaku usaha.
Jika sebelumnya, banyak pelaku usaha yang menawarkan paket wisata grup, kini mereka justru sibuk dengan menjual paket road trip.
Road trip merupakan istilah bagi wisatawan yang melakukan perjalanan menggunakan kendaraan pribadi.
"Misalnya group, namanya group pasti berkelompok bersama-sama, ada dua hingga enam orang digabung menjadi satu perjalanan. Itu kebiasaan lama. Kebiasaan baru, kita ubah istilah, bepergian bukan group tour tapi road trip," kata Anton.
Liburan secara road trip, lanjutnya, wisatawan tidak akan bergabung menjadi satu dalam kendaraan yang sama.
Dalam satu kendaraan itu, biasanya merupakan orang yang sudah dikenal atau keluarga.
"Nah, mereka dalam kendaraan masing-masing, lalu berkumpul di satu tujuan wisata. Saya ambil contoh, kami adakan ke Tanjung Lesung, begitu masuk, semua aktivitas ada di satu tempat di sana. Soal physical distancing tentu dapat dilakukan karena luasnya tempat," ujarnya.
https://nasional.kompas.com/read/2020/12/16/11464971/swab-test-strategi-pemerintah-untuk-pulihkan-pariwisata