Sebab, apabila terjadi banjir, tempat pengungsian rawan menjadi klaster penyebaran virus corona.
"Dengan banyaknya pengungsi, potensi cukup besar terjadi penularan di lokasi pengungsian dan bisa menimbulkan klaster baru," ucap Wiku dalam keterangan pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (25/9/2020).
Ia meminta masyarakat mematuhi protokol kesehatan selama di tempat pengungsian, mulai dari memakai masker, menjaga jarak, serta mencuci tangan secara rutin.
Selain itu, ia meminta pemerintah daerah memastikan adanya sirkulasi udara di lokasi pengungsian.
Dengan adanya sirkulasi udara yang baik, risiko penularan Covid-19 bisa diminimalkan.
"Jika memang tidak memungkinkan untuk jaga jarak maka sebisa mungkin pemerintah setempat memastikan adanya sirkulasi udara yang baik, sinar matahari yang cukup, dan selalu menjaga kebersihan pengungsian," tutur Wiku.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga kebersihan lokasi pengungsian agar masyarakat terhindar dari penyakit yang biasa timbul saat musim hujan seperti, demam berdarah dengue (DBD), lepra, tifus, diare, dan penyakit kulit.
"Semua penyakit ini dapat menurunkan imunitas sehingga masyarakat menjadi rentan tertular oleh Covid-19," kata dia.
Adapun kasus baru positif Covid-19 di Indonesia kembali menembus rekor tertinggi, Kamis (24/9/2020). Berdasarkan data Satgas, ada penambahan 4.634 orang yang positif Covid-19.
Dengan penambahan itu, total ada 262.022 kasus Covid-19 di Indonesia. Sebanyak 191.853 telah dinyatakan sembuh. Namun, ada 10.105 pasien meninggal dunia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/09/24/19152461/satgas-covid-19-minta-pemda-waspadai-munculnya-klaster-pengungsian