Kebiasaan baru yang dimaksud, yakni menjaga jarak satu sama lain, mengenakan masker di tempat umum, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sesering mungkin dan tidak membuat kerumunan.
"Biasanya karena (efek positif kebiasaan baru) dirasakan ada kebaikan, keuntungan, manfaat dan setelah dirasakan lebih banyak, maka orang mengikuti ya," ujar Meutia dalam konferensi pers di BNPB, Selasa (4/8/2020).
"Jadi, ada satu pemahaman mengenai manfaat, biasanya kebiasaan yang baik dan ditiru banyak orang, tapi itu akan berjalan cukup lama untuk menjadi kebudayaan," lanjut dia.
Meutia menjelaskan, proses waktu tersebut merupakan hal yang wajar.
Apalagi, kebudayaan merupakan wujud dari aktivitas yang memiliki makna luas serta mendalam.
Kebudayaan juga menyangkut pola pikir dan perilaku, tidak hanya satu orang saja, melainkan masyarakat.
"Jadi, ada pola pikir kenapa mereka harus melakukan sesuatu dan perilakunya apa yang dilakukan, ada kebiasaan," ujar Meutia.
"Cara melakukan kebiasaan itu juga dilakukan dengan cara-cara tertentu untuk mempertahankannya secara turun-temurun," lanjut dia.
Meski demikian, mengingat kebiasaan baru di tengah pandemi Covid-19 dinilai cukup mudah dilakukan.
Oleh sebab itu, Meutia yakin waktu yang dibutuhkan masyarakat untuk secara konsisten menerapkan kebiasaan baru tidak akan berlangsung lama. Asalkan, sosialisasi dilakukan secara gencar.
https://nasional.kompas.com/read/2020/08/04/11160731/satgas-butuh-waktu-lama-masyarakat-konsisten-terapkan-kebiasaan-baru