Diah mengatakan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus duduk bersama untuk memperbaiki ekosistem agar tidak terjadi banjir seperti yang terjadi dalam dua hari terakhir.
"Kalau ekosistem tak diperbaiki, tidak menutup kemungkinan banjir akan kembali terjadi. Ini harus menjadi perhatian bersama. Makanya pemerintah daerah di Jabodetabek termasuk kawasan puncak harus duduk bersama merencanakan perbaikan lingkungan,” kata Diah dalam keterangan tertulis, Kamis (2/1/2020).
Menurut Diah, banjir yang terjadi di Jabodetabek sejak Rabu (1/1/2020) kemarin menunjukkan adanya kerusakan lingkungan.
Diah menyebut, pemerintah harus menyediakan ruang terbuka hijau seluas 30-40 persen serta memastikan adanya daerah resapan air.
"Tidak mungkin bicara pengelolaan air tanpa resapan air, tanpa resapan kita mungkin membendung kapasitas debit air yang demikian besar," ujar dia.
Di samping itu, Diah juga meminta pemerintah memperbaiki pengelolaan sampah karena menurut dia sampah juga menjadi salah satu penyebab banjir.
Hujan yang mengguyur sejak Selasa (31/12/2019) hingga Rabu (1/1/2020) mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah Jabodetabek.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, orang meninggal dunia akibat banjir.
“Saat ini BNPB masih terus melakukan pendataan dari berbagai sumber dan kemungkinan jumlah korban bisa bertambah,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi (Kapusdatinkom) BNPB Agus Wibowo dalam keterangan tertulis, Selasa (2/1/2020).
Catatan redaksi:
Berita ini telah mengalami perubahan isi dan judul terkait nama narasumber.
https://nasional.kompas.com/read/2020/01/02/15371191/diah-pitaloka-kalau-ekosistem-tak-diperbaiki-banjir-mungkin-datang-lagi