Kalla sebelumnya mengundang Ma'ruf untuk berbincang ringan mengenai tugas-tugas wakil presiden yang akan diemban.
Sekitar pukul 09.54.WIB, Ma'ruf memasuki calon kantornya lewat gerbang depan, pertanda ia sudah menjadi wakil presiden.
Sebab, hanya presiden dan wakil presiden yang boleh masuk Kantor Wakil Presiden melalui gerbang depan.
Khas
Gaya pakaian Ma'ruf tak berubah saat ia berkunjung ke Kantor Wakil Presiden. Ia masih setia mengenakan sarung dipadu dengan jas serta peci hitam, dan serban putih yang menggantung di lehernya.
Ma'ruf identik dengan busana sarung yang dipadukan dengan jas. Gaya berbusana seperti itu sudah menjadi ciri khasnya jauh sebelum mencalonkan diri sebagai wakil presiden mendampingi Presiden Joko Widodo.
Sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Rais Aam Pengurs Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ma'ruf kerap menghadiri acara-acara formal dengan mengenakan sarung dan jas.
Saat datang ke Istana Negara untuk bertemu Presiden Joko Widodo, Ma'ruf juga kerap mengenakan sarung. Demikian pula saat mendaftarkan diri sebagai cawapres bersama Jokowi ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), Ma'ruf juga mengenakan sarung.
Bahkan ia juga mengenakan sarung saat bertemu Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada masa kampanye Pilpres 2019 di Singapura, Oktober 2018.
Kekhasan gaya berbusana Ma'ruf pun menjadi pertanyaan para wartawan saat ia berkunjung ke Kantor Wakil Presiden. Awak media bertanya apakah Ma'ruf akan tetap mengenakan sarung saat berkantor nanti.
"Lihat nanti saja, sampai hari ini saya masih pakai sarung, sebelum dilarang pakai sarung," ujar Ma'ruf menjawab pertanyaan para wartawan.
Ma'ruf Amin mengaku lebih nyaman memakai sarung lantaran sejak dulu sering mengenakannya, bahkan di acara yang bersifat formal. Namun, ia tak mempermasalahkan jika harus mengenakan celana panjang.
"Karena saya sudah pakai sarung ya nyaman, jika harus pakai celana juga bisa. Siap. Jadi pakai apa saja siap," tutur Ma'ruf.
Sarung diperkirakan muncul di Indonesia pada abad ke 14 yang dibawa oleh pedagang Arab dan India.
Berdasarkan catatan sejarah, sarung berasal dari Yaman yang terkenal dengan sebutan "futah".
Seiring berjalannya waktu, sarung di Indonesia menjadi busana yang identik dengan budaya Muslim, dan digunakan sebagai busana sehari-hari.
Soal aturan
Menanggapi gaya berbusana Ma'ruf, Juru Bicara Wakil Presiden Husain Abdullah menyatakan, tak ada aturan khusus yang mengatur pakaian kerja presiden dan wakil presiden.
Aturan mengenai pakaian hanya berbicara mengenai pakaian pada upacara resmi kenegaraan. Biasanya dalam acara tersebut pakaian yang ditentukan ialah Pakaian Sipil Lengkap (PSL) atau batik lengan panjang.
"Kalau secara diplomatik standarnya ada formal atau PSL, pakaian nasional, informal dan kasual. Jadi untuk acara resmi kenegaraan sarung belum termasuk. Tetapi bisa saja lebih fleksibel, misalnya bawahan sarung atasnya jas warna gelap," ujar Husain melalui pesan singkat.
Ia menambahkan, sedianya sarung bisa masuk dalam kategori pakaian nasional. Sebab, beberapa kepala negara seperti Perdana Menteri Myanmar dan Raja-raja Arab juga mengenakan sarung dan gamis sebagai pakaian nasional saat sesi diplomasi antarnegara.
"Saya senang bahkan bangga kalau lihat Pak Ma'ruf Amin pakai sarung. Mudah-mudahan beliau tidak mengubah stylenya. Tetap aja seperti saat ini setelah beliau resmi menjabat sebagai Wapres," ujar Husain.
https://nasional.kompas.com/read/2019/07/05/07360941/sarung-maruf-amin-kala-anjangsana-ke-kantor-wakil-presiden