Salin Artikel

Cerita Caleg: Blusukan ke Pelosok Sulawesi, Badaruddin Tidur di Warung saat Kampanye

Dapil III Sulawesi Selatan melingkupi sembilan kabupaten, yaitu Luwu Timur, Luwu Utara, Kota Palopo, Luwu, Toraja Utara, Tana Toraja, Enrekang, Pinrang, dan Sidrap. Sejumlah 112 caleg Bertarung untuk mendapatkan tujuh kursi kuota menuju Senayan di dapil tersebut.

Diakui Badaruddin, persaingan di dapilnya juga ketat karena beberap caleg merupakan petahana dan memiliki jabatan pemerintahan di Sulawesi Selatan.

Badaruddin bercerita, selama kampanye, ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari pertemuanya dengan masyarakat. Ia mengaku harus sabar dari kampanye yang ia lakukan pintu ke pintu lantaran ada sebagian masyarakat yang mau menerimanya dan ada yang tidak.

"Mereka (masyarakat) juga terkadang gembira jika didatengin. Ada juga yang tidak suka didatengin, ada yang marah, ada yang suka. Itulah suka duka saya di sana," ujar Badaruddin ketika dihubungi Kompas.com, Senin (8/4/2019).

Hal itu memaksa Badaruddin terkadang tidur di mobil bahkan hingga di warung pinggir jalan.

"Jadi kita sabar-sabar saja, dalam satu kali 24 jam sangat susah untuk istirahat. Terkadang tidur di mobil, masjid, hingga warung-warung," ungkapnya kemudian.

Sekretaris Jenderal Partai Berkarya ini mengisahkan, di dapilnya, tempat penginapan sangat susah ditemui. Sebab, hotel-hotel pun sangat minim dan sudah tutup jika sudah malam tidak seperti di kota.

Kendati demikian, Badaruddin menganggap hal tersebut sebagai pembelajaran hidup mengenal warga di dapilnya sembari mendengar aspirasi.

"Ya kita adaptasi lah sambil belajar hidup di daerah, ikut merasakan dan bergaul dengan masyarakat sambil mendengar aspirasi mereka," paparnya.

Badaruddin menuturkan, memilih terjun kembali menjadi caleg dari Partai Berkarya bukanlah hal yang mudah. Selain membangun citra diri di dapil, ia juga diminta berpartisipasi aktif dalam mempopulerkan nama partai.

Beban untuk bisa mendapatkan satu kursi kian berat karena ambang batas 4 persen yang harus dipenuhi oleh partai politik agar calegnya bisa lolos ke Senayan. Tak pelak, menurutnya, caleg-caleg yang bertarung sebagian besar merupakan kader partai.

"Ya karena memang harus caleg yang mengerti tentang visi dan misi Partai Berkarya itu sendiri yang kita utamakan. Itu bertujuan agar kita bisa menjual partai ini untuk dipilih lagi di pemilihan ke depannya," tuturnya.

Namun demikian, seperti diungkapkan Badaruddin, beban tersebut cukup terbantu dengan gotong royong biaya logistik dari caleg partai, dari tingkat DPR hingga DPRD kabupaten/kota.

Ia mengakui untuk bisa lolos ke parlemen memang membutuhkan biaya tinggi. Dirinya menyebutkan harus merogoh kocek di atas Rp 3 miliar. Biaya tersebut sebagian besar digunakan untuk alat peraga kampanye (APK).

"Yang jelas untuk caleg DPR RI kalau memang serius ya lebih dari Rp 3 miliar. Itu memang risiko, namun belum tentu jadi. Biaya untuk APK, akomodasi, dan opersional itu kan butuh biaya tinggi," katanya.

Maka dari itu, caleg DPRD kabupaten/kota di dapil Sulawesi Selatan juga membantu Badaruddin, khususnya dalam memasang APK, pergi-pulang ke dapil, operasional tim sukses, iklan, dan sebagainya.

Selain dibantu oleh caleg DPRD dari partai yang sama, Badaruddin mengemukakan, ia juga menggalang dana dari teman-teman sekolah dan mitra bisnisnya. Sebagian besar mereka membantu dalam mencetak kartu nama hingga kalender.

"Biaya yang saya keluarkan ada yang dari kantong sendiri, tapi ada juga dari teman-teman SMA dan teman bisnis. Ada bantu cetak kartu nama, bendera, dan lainnya," jelasnya.

Baginya, penggalangan dana solidaritas tersebut sudah biasa saat masa pemilu. Bantuan dari para caleg DPRD Berkarya juga dibutuhkan di lapangan untuk saling berbagi biaya kampanye.

Adapun untuk dana saksi, lanjut Badaruddin, juga dibebankan pada caleg. Namun dana tersebut juga dibantu oleh caleg DPRD.


Biaya Makin Tinggi

Badaruddin mengeluhkan biaya sebagai caleg semakin tinggi. Di Pemilu 2019 ini biaya yang ia keluarkan naik 20 persen dibandingkan saat ia menjadi caleg DPR RI di tahun 2014 dari Partai Golkar.

"Naik sekitar 20 persen ya dibandingkan pemilu 2014. Tapi tergantung wilayahnya juga sih, dulu saya di dapil Jakarta III ya, dibanding dapil Sulsel III, lebih tinggi di Sulsel," kata Badaruddin.

"Ya karena wilayah geografisnya luas dan di Sulsel transportasinya mahal, mulai dari perahu dan mobil. Tenaga dan biaya yang dikeluarkan cukup tinggi," sambungnya.

Selain biaya untuk kampanye diri sendiri, seperti diungkapkan Badaruddin, biaya untuk mengampanyekan partai juga besar. Ia harus membayar tim sukses untuk mendata warga yang ada di dapilnya untuk kemudian menjadi basis data partai. Biaya timses ke dapil pun tak murah, minimal ada barang yang dikasih ke warga, seperti kalender.

"Minimal ada kalender yang diberikan saat memperkenalkan partai, itu kan butuh biaya, miliaran juga mas," ungkapnya.

Diakuinya, biaya makin tinggi lagi karena sebagian besar masyarakat yang ia kunjungi banyak yang meminta NPWP atau nomor piro wani piro. Ia menyebutkan praktik politik uang masih tinggi di dapilnya. Segala macam dilakukan caleg untuk mempengaruhi pilihan warga.

"Salah satunya ya NPWP itu. Tapi saya mencoba menghindari itu dengan mengikuti aturan KPU," pungkasnya.

https://nasional.kompas.com/read/2019/04/12/08563151/cerita-caleg-blusukan-ke-pelosok-sulawesi-badaruddin-tidur-di-warung-saat

Terkini Lainnya

Mahfud Pesimistis dengan Pemberantasan Korupsi di Era Prabowo-Gibran

Mahfud Pesimistis dengan Pemberantasan Korupsi di Era Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Akui Langkah Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Polisi Gerus Reputasi Lembaga

KPK Akui Langkah Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Polisi Gerus Reputasi Lembaga

Nasional
Kasus Covid-19 Melonjak di Singapura, Anggota DPR: Kita Antisipasi

Kasus Covid-19 Melonjak di Singapura, Anggota DPR: Kita Antisipasi

Nasional
Mahfud Ungkap Hubungannya dengan Prabowo Selalu Baik, Sebelum atau Setelah Pilpres

Mahfud Ungkap Hubungannya dengan Prabowo Selalu Baik, Sebelum atau Setelah Pilpres

Nasional
Pesimistis KRIS BPJS Terlaksana karena Desain Anggaran Belum Jelas, Anggota DPR: Ini PR Besar Pemerintah

Pesimistis KRIS BPJS Terlaksana karena Desain Anggaran Belum Jelas, Anggota DPR: Ini PR Besar Pemerintah

Nasional
Soal RUU Kementerian Negara, Mahfud: Momentumnya Pancing Kecurigaan Hanya untuk Bagi-bagi Kue Politik

Soal RUU Kementerian Negara, Mahfud: Momentumnya Pancing Kecurigaan Hanya untuk Bagi-bagi Kue Politik

Nasional
Dampak Korupsi Tol MBZ Terungkap dalam Sidang, Kekuatan Jalan Layang Berkurang hingga 6 Persen

Dampak Korupsi Tol MBZ Terungkap dalam Sidang, Kekuatan Jalan Layang Berkurang hingga 6 Persen

Nasional
Mahfud MD Ungkap Kecemasannya soal Masa Depan Hukum di Indonesia

Mahfud MD Ungkap Kecemasannya soal Masa Depan Hukum di Indonesia

Nasional
Jalan Berliku Anies Maju pada Pilkada Jakarta, Sejumlah Parpol Kini Prioritaskan Kader

Jalan Berliku Anies Maju pada Pilkada Jakarta, Sejumlah Parpol Kini Prioritaskan Kader

Nasional
Kunker di Mamuju, Wapres Olahraga dan Tanam Pohon Sukun di Pangkalan TNI AL

Kunker di Mamuju, Wapres Olahraga dan Tanam Pohon Sukun di Pangkalan TNI AL

Nasional
Sebut Demokrasi dan Hukum Mundur 6 Bulan Terakhir, Mahfud MD: Bukan karena Saya Kalah

Sebut Demokrasi dan Hukum Mundur 6 Bulan Terakhir, Mahfud MD: Bukan karena Saya Kalah

Nasional
Bobby Resmi Masuk Gerindra, Jokowi Segera Merapat ke Golkar?

Bobby Resmi Masuk Gerindra, Jokowi Segera Merapat ke Golkar?

Nasional
[POPULER NASIONAL] Korps Marinir Tak Jujur demi Jaga Marwah Keluarga Lettu Eko | Nadiem Sebut Kenaikan UKT untuk Mahasiswa Baru

[POPULER NASIONAL] Korps Marinir Tak Jujur demi Jaga Marwah Keluarga Lettu Eko | Nadiem Sebut Kenaikan UKT untuk Mahasiswa Baru

Nasional
Poin-poin Klarifikasi Mendikbud Nadiem di DPR soal Kenaikan UKT

Poin-poin Klarifikasi Mendikbud Nadiem di DPR soal Kenaikan UKT

Nasional
Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Menkes: Pasti Akan Masuk ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Menkes: Pasti Akan Masuk ke Indonesia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke