Salin Artikel

Cerita Caleg: Menangis Saat Minta Restu Keluarga hingga Datangi 712 Titik

Dapil itu mencakup wilayah Grobogan, Pati, Blora dan Rembang.

Ia mengungkapkan, ada tiga alasan yang membuat dirinya memutuskan menjadi caleg.

Pertama, sebagai pimpinan partai, ia merasa punya kewajiban untuk memacu sesama kader yang juga menjadi caleg.

"Kedua, saya ingin agar masyarakat mendapat alternatif baru di dapil saya, karena faktanya dari beberapa periode anggota DPR yang sudah duduk di DPR tidak cukup membawa aspirasi mereka. Ini yang dirasakan oleh mereka sehingga saya memberanikan diri untuk maju," kata Mansuri kepada Kompas.com, Senin (8/4/2019).

Menurut dia, ada tiga komunitas besar masyarakat di dapilnya, yaitu nelayan, petani, dan pedagang pasar.

Saat bertemu para konstituen ini, kata Mansuri, masih banyak yang merasa kepentingan mereka tidak disuarakan oleh anggota DPR yang saat ini tengah menjabat.

Sebagian besar dari tiga komunitas itu merasa seperti tidak punya wakil di DPR.

"Ternyata banyak sekali persoalan yang mereka hadapi. Sehingga saya menyimpulkan, anggota DPR yang sudah bertahun-tahun itu, tidak cukup mampu dan menyerap aspirasi mereka. Masih banyak keluhan, masih banyak masalah," kata dia.

Alasan ketiga, ia ingin menggugah kaum milenial untuk melek politik. Salah satunya dengan mengajak mereka bergabung sebagai relawan atau tim suksesnya.

Mansuri juga mendorong kader muda partai Garuda untuk maju sebagai caleg DPRD kabupaten, kota atau provinsi.

"Tiga alasan itu yang mendorong saya untuk maju dari partai Garuda," kata dia.

Menangis di hadapan keluarga

Sebelum memutuskan menjadi caleg, Mansuri mengumpulkan keluarga besarnya. Hal itu dilakukan untuk memohon restu dari mereka.

Saat itu, Mansuri menangis di hadapan keluarga besarnya. Sebab, meski menjabat sebagai Sekjen Partai Garuda, ia merasa tak memiliki kemampuan finansial yang besar.

Sebagai caleg, ia juga tak ingin menghamburkan uang apalagi harus melakukan politik uang selama kampanye.

Ia bersyukur keluarga besarnya mendukungnya untuk maju sebagai caleg.

"Kekuatan ini yang sesungguhnya yang saya yakini mampu menggerakan roda pemenangan. Ternyata benar setelah keluarga besar, saya tangisi mereka, karena memang saya bukan caleg yang memiliki finansial besar. Bukan caleg yang bisa menghamburkan uang dan tidak akan menghamburkan uang untuk money politic," ujar Mansuri.


"Door to door"

Dengan bantuan keluarga besar dan relawan, Mansuri berkampanye dari pintu ke pintu (door to door) rumah warga. Selain itu, ia juga menemui komunitas-komunitas masyarakat secara langsung dan tokoh-tokoh masyarakat setempat.

Mansuri merasa pendekatan personal kepada calon pemilih sangat efektif.

Kunjungan itu ia lakukan bersama relawan dari wilayah tempat pemungutan suara (TPS). Mereka membantu sosialisasi cara memilih di TPS dan memperkenalkan dirinya kepada calon pemilih.

"Saya mencoba mengikat hubungan kekeluargaan, hubungan hati, persaudaraan dengan masyarakat agar mereka mau bergerak dengan sendirinya," kata dia.

Mansuri menilai, persaingan di dapilnya sama dengan persaingan di dapil lain. Setiap caleg memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Ia tetap optimistis bisa memenangkan kontestasi pemilihan.

"Kami menggunakan berlapis dari TPS itu kelompok mudanya bergerak, orangtua dan keluarga juga bergerak," ujar Mansuri.

Sudah datangi 712 titik

Selama masa kampanye, Mansuri mengaku sudah mendatangi 712 titik. Ia merasa senang sudah bertemu banyak orang.

Melalui cara inilah ia menyerap berbagai aspirasi warga.

"Saya ketemu banyak orang ini sudah ke 712 titik saya bertemu dengan tokoh dan kelompok masyarakat. 712 titik itu persoalannya sangat berbeda-beda," ujar dia.

Di sisi lain, ia memiliki duka tersendiri dalam kampanye. Sebab, masih ada kelompok masyarakat yang mencoba meminta uang atau bantuan lainnya untuk kepentingan mereka.

Menghadapi situasi itu, Mansuri tetap menolak membantu mereka. Ia melihat praktik seperti itu harus ditekan dalam kontestasi pemilihan.

Hal itu dinilainya tidak sehat bagi proses Pemilu 2019.

"Ya, saya enggak bilang sapi perahan ya, tapi menurut saya pola ini harus diubah, enggak sehat. Harus adu gagasan, ide, konsep, menurut saya itu lebih baik dibanding kita money politic ya, kita melakukan cara-cara yang dilarang undang-undang," kata dia.

Logistik dan dana kampanye

Mengenai persoalan logistik dan dana kampanye, Mansuri melibatkan keluarga hingga warga untuk gotong royong.

Mereka bisa memberikan donasi atau membantu kampanyenya dengan cara lain. Ia bersyukur banyak pihak yang dengan sukarela membantu.

"Ada yang bantuin saya bikin spanduk, kalender, ya, macem-macem. Saya bersyukur keluarga sangat solid, sahabat-sahabat saya, teman-teman SD saya, teman SMP saya cukup solid bergerilya. Ini menurut saya cukup efektif ya. Ini menjadi pola yang paling murah dalam proses pencalegan," kata dia.

Meski banyak menerima donasi dan bantuan, Mansuri tak memungkiri mengeluarkan kocek pribadinya. Salah satu alokasi terbesar, ia habiskan untuk transportasi dirinya dari Jakarta ke Jawa Tengah.

"Saya setiap minggu walaupun sekali, harus bolak-balik ke Jakarta. Ya paling tidak habis untuk (tiket) pesawat, operasional dari Semarang ke Rembang, paling tidak menutup kekurangan teman-teman di bawah seperti operasional tim untuk door to door beberapa saya bantu," katan Mansuri.

Meski demikian, Mansuri tak bisa menjelaskan kisaran dana yang sudah dikeluarkan.

"Saya agak sulit ya menghitung kisarannya karena konsepnya gotong royong, semua pihak memberikan kontribusi untuk meng-cover yang ada," ujar dia.


Haram setor dana ke partai

Mansuri menegaskan, tak ada uang yang ia serahkan ke partai sebagai syarat maju menjadi caleg.

Ia menjelaskan, semua tingkatan pengurus partai dari pusat hingga daerah dilarang memungut uang tertentu ke caleg-caleg Partai Garuda.

"Semua tingkatan diharamkan untuk memungut kontribusi ke caleg-caleg partai Garuda, dan memang kita punya cara agak berbeda," kata dia.

Ia mencontohkan, bagi caleg yang ingin mendapat nomor urut bagus, maka caleg tersebut harus mendapatkan banyak rekomendasi dari kelompok-kelompok masyarakat.

"Kelompok pedagang misalnya, harus mengusulkan siapa yang layak menjadi caleg sesuai musyawarah, mereka nantinya menentukan seseorang untuk maju sebagai caleg. Di beberapa daerah sudah sangat efektif dan bahkan diperhitungkan masyarakat. Walaupun itu pendatang baru," kata dia.

Perbaikan sistem pemilu

Mansuri menilai, masih ada masalah-masalah terkait Pemilu 2019. Ia tak membantah bahwa biaya politik di Indonesia cukup mahal.

Hal itu dinilainya mempersempit peluang bagi siapa saja untuk berhak maju sebagai caleg.

Apalagi ketika orang tersebut dianggap berintegritas. Namun, karena tidak kuat secara finansial, dia harus mengurungkan niatnya. Persaingan politik pun menjadi tidak setara.

Meski demikian, masalah itu masih bisa disiasati.

"Caleg kami di tingkat kabupaten yang mereka tidak memiliki kemampuan secara finansial tetap sangat diperhitungkan oleh masyarakat daerahnya. Karena mereka itu menggunakan pendekatan personal, silaturahim, justru itu membuka hati masyarakat untuk menentukan pilihan atau bahkan berkomitmen kepada dia," ujar Mansuri.

Mansuri juga menyinggung maraknya ujaran kebencian dan hoaks yang juga dilakukan elite politik. Ia khawatir, jika masalah-masalah itu dibiarkan, kualitas politik Indonesia tidak akan berubah.

"Maka saya meminta proses pemilu yang sekarang terjadi harus diubah bahwa demokrasi itu adalah proses yang membahagiakan tidak gontok-gontokan, tidak adu kekuatan finansial, tapi fokus adu gagasan, adu konsep, adu straregi dan bisa mewakili rakyatnya," ujar dia.

"Saya mendorong agar masyarakat dan para politisi untuk bisa mengerti bahwa kondisi negara ini sudah sangat sulitnya. Kasihan nanti anak cucu kita. Kita harus menyusun pola yang berbeda ya," lanjut Mansuri.

https://nasional.kompas.com/read/2019/04/09/12583051/cerita-caleg-menangis-saat-minta-restu-keluarga-hingga-datangi-712-titik

Terkini Lainnya

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke