Salin Artikel

Jadi, Prabowo-Sandiaga Unggul atau Tidak Versi Survei Internal BPN?

Berulang kali, mereka mengatakan, lebih percaya kepada survei internal.

Berdasarkan klaim BPN, hasil survei internal itu berbeda dari survei kebanyakan. Mereka mengaku lebih unggul dari pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Namun, BPN tidak pernah merilis detil besar elektabilitasnya. Termasuk mengenai metodologi yang digunakan, jumlah responden, hingga margin of error.

Unggul atau tidak?

Namun, tidak ada pernyataan yang selaras dari beberapa anggota BPN terkait survei internal mereka.

Juru bicara BPN Prabowo-Sandiaga, Imelda Sari, misalnya, mengakui bahwa pasangan Jokowi-Ma'ruf masih unggul berdasarkan survei internal.

Namun, selisih elektabilitas tersebut di bawah 10 persen.

"Kalau dari posisi survei yang kita lihat memang cukup ketat angkanya. Selisihnya cukup kecil. Kalau survei Litbang Kompas (selisihnya) 11 persen, kami di bawah 10 persen," kata Imelda dalam diskusi 'mengukur berbagai hasil survei' di Jakarta, Rabu (20/3/2019).

Namun pada hari yang sama juga, anggota Dewan Pengarah BPN, Fadli Zon justru mengatakan hal berbeda.

Tanpa menyebut angka, Fadli mengatakan, Prabowo-Sandiaga sudah unggul dari Jokowi-Ma'ruf berdasarkan hasil survei internal.

"Kalau menurut survei kami sih sudah melampaui walaupun masih tipis. Kami sangat optimistis bahwa Prabowo-Sandiaga sekarang leading dan menurut survei internal kami sudah melampaui petahana," ujar Fadli di Kompleks Parlemen Senayan.

Sementara itu, pada pekan sebelumnya, ada pernyataan lain yang berbeda dari Direktur Komunikasi dan Media BPN, Hashim Djojohadikusumo.

Hashim mengklaim, hasil survei internal BPN, elektabilitas Prabowo-Sandiaga ada yang mendekati pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin, adapula yang melampaui.

"Saya kira menggembirakan. Ada beberapa survei kita, ada yang mendekati dengan (paslon) 01, ada justru yang melebihi, melampaui. Ini kan kita pakai beberapa survei kan, saya kira cukup bagus," kata Hashim.


Punya dua survei

Juru debat BPN Prabowo-Sandiaga, Sodik Mudjahid, tidak heran dengan perbedaan klaim itu. Ia beralasan, BPN melakukan dua survei yang berbeda.

Namun, dia tidak menjelaskan apa perbedaan dua survei yang dimaksud hingga menghasilkan hasil yang berbeda.

"Pada survei plan A kami, hasilnya posisi kami sudah sama dengan petahana. Survei plan B, kami sudah melewati posisi petahana. Bahkan di beberapa provinsi lewatnya sudah besar," kata Sodik.

"Tetapi jangan tanya angka. Itu hanya untuk keperluan internal," tambah dia.

Meski hasilnya berbeda-beda, Sodik mengatakan, keduanya membawa kabar yang positif bagi pasangan Prabowo-Sandiaga.

Pada masa akhir perjuangan Pilpres ini, Sodik mengatakan, BPN Prabowo-Sandiaga semakin percaya diri.

Dia mengklaim, pasangan nomor urut 02 itu semakin mendapat dukungan dari masyarakat banyak. Kondisi ini, menurut dia, sesuai dengan hasil survei internal mereka.

"Lihat kalau Prabowo dan Sandiaga ke lapangan. Rakyat melimpah berjubel dan histeris. Jadi lengkap pendukung kami, ini semua sesuai dengan survey kami," kata dia.

Survei eksternal yang dipercaya

Kondisi survei internal yang begitu positif untuk Prabowo-Sandiaga ini membuat mereka tak percaya hasil survei lembaga lain.

Khususnya yang menyebut pasangan Prabowo-Sandiaga masih terpaut jauh dari Jokowi-Ma'ruf.

Bahkan, Sandiaga pernah sesumbar bahwa dia tidak pernah memercayai survei eksternal.

"Kami tidak pernah percaya dengan survei yang diumumkan. Kami selalu berpaut dan selalu mengacu pada survei internal kami," ujar Sandi, Kamis (20/3/2019).

Meskipun pada kenyataannya, ada hasil survei eksternal yang mencuri kepercayaan BPN Prabowo-Sandiaga.

Misalnya, survei Litbang Kompas yang menempatkan Jokowi-Ma'ruf pada posisi 49,2 persen dan Prabowo-Sandiaga sebesar 37,4 persen.

Meski Jokowi-Ma'ruf masih unggul, tetapi survei ini menyebut selisih elektabilitas kedua paslon semakin tipis.

Fadli Zon bahkan menanggapi survei Litbang Kompas memiliki nilai lebih dibanding survei lain.

"Kalau menurut dalam survei kami sih selisihnya malah kami sudah melampaui ya walaupun masih tipis ya. Tentu metodologi-metodologi survei ini, apalagi yang tidak men-declare, kalau Kompas saya kira independen, tapi yang lain itu tidak men-declare, itu bisa membuat satu perkiraan yang salah," kata Fadli.

Declare yang dimaksud Fadli adalah tentang keterkaitan lembaga survei dengan salah satu pasangan calon.

Menurut dia, banyak lembaga survei yang tidak memastikan bahwa mereka tidak terkait dengan paslon tertentu.

Meski sempat mengaku tak percaya hasil survei yang diumumkan, Sandiaga kini menyambut positif hasil survei Kompas yang diumumkan pada Rabu kemarin.

Menurut Sandiaga, kian menipisnya jarak keterpilihan dengan Jokowi-Ma'ruf berarti masyarakat sudah semakin paham bahwa ekonomi bangsa perlu diperbaiki.

Khususnya, masyarakat yang berada di golongan menengah ke bawah yang membutuhkan kemandirian ekonomi.

"Alhamdulilah sepertinya masyarakat sudah menangkap apa visi misi kami. Kaum pelajar juga bisa menangkap dengan cepat, tapi banyak sekali yang belum ditangkap media," ungkapnya kemudian.

"Hasil survei kompas mengafirmasi bahwa konsep kita bisa diterima masyarakat. Tapi kita masih harus bekerja keras, saya ingatkan kepada relawan bahwa tinggal 25 hari lagi dan di 21 hari terakhir akan kita sprint," tambah dia.

Jika mengacu pada hasil survei Kompas, elektabilitas Prabowo maupun Jokowi mengalami penurunan dibanding perolehan suara pada Pilpres 2014.

Hasil Pilpres 2014, pasangan Prabowo-Hatta Rajasa memperoleh 46,85 persen atau 62.576.444 suara.

Sementara pasangan Jokowi-Jusuf Kalla memperoleh 53,15 persen atau 70.997.851 suara. Selisih suara keduanya adalah 6,3 persen atau 8.421.407.

https://nasional.kompas.com/read/2019/03/21/11073141/jadi-prabowo-sandiaga-unggul-atau-tidak-versi-survei-internal-bpn

Terkini Lainnya

Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Nasional
PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR Meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR Meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

Nasional
Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Nasional
Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 MiliarĀ 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 MiliarĀ 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke