Kolaborasi ini merupakan upaya Kompas.com untuk memberi tafsir baru tagline "Jernih Melihat Dunia" dari pihak lain dalam hal ini perupa Eko Nugroho. Bagi Kompas.com, tagline "Jernih Melihat Dunia" merupakan panduan untuk karya-karya jurnalistik.
Di dalam tagline "Jernih Melihat Dunia", Kompas.com ingin mengajak pembaca melalui karya-karya jurnalistiknya untuk melihat harapan, menghargai perbedaan dan menjernihkan pandangan.
Eko Nugroho, yang lahir di Yogyakarta pada 4 Juli 1977, menuturkan, dua wajah di balik topeng dalam karya seninya menjadi kekuatan utama yang ingin disampaikan.
“Dalam miniatur berbentuk menyerupai manusia ini terdapat dua wajah. Arti dua wajah itu dengan dua pasang mata itu adalah memberikan kelegaan, keluasan untuk melihat dunia secara lebih jernih,” ujar Eko.
Tangan kiri yang berbentuk capit melambangkan ketegasan dalam mengambil keputusan. Sedangkan tangan kanan yang berbentuk "Gada Rujakpala" merupakan simbol kekuatan. Gada Rujakpala merupakan senjata sakti tokoh Pandawa, Bima.
Membuka ruang baru
Bagi Eko, kolaborasi dengan Kompas.com ini sekaligus membuka ruang baru atau ide-ide segar karena pengabungan dua elemen untuk menjadi kesatuan. Makna baru dan menyegarkan bisa tercipta karena kolaborasi ini.
“Kolaborasi ini menghadirkan karya baru, segar dan mengejutkan. Kalimat 'Jernih Melihat Dunia' yang menjadi tagline Kompas.com memberikan dan menghadirkan makna yang luas bagi karya saya sendiri,” imbuh Eko.
Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho mengatakan, kolaborasi dengan perupa merupakan upaya Kompas.com membuka diri dan memungkinkan hadirnya tafsir baru atas rutinitas dalam banyak hal.
"Tafsir baru itu didapat setelah tagline 'Jernih Melihat Dunia' direspons Eko Nugroho. Kolaborasi ini sekaligus bentuk apresiasi Kompas.com atas kiprah Eko Nugroho sebagai perupa yang sejak tahun 2000 yang menerbitkan komik Daging Tumbuh untuk memuat karya komikus muda dan digandakan dengan foto kopi," ujar Wisnu.
Lewat karya-karyanya yang tersebar di banyak medium, Eko Nugroho selalu kritis melihat fenomena di sekitarnya. Kekritisannya itu membantu para penikmat karyanya berpikir ulang dalam melihat dunia di sekitarnya dan bersikap.
“Upaya membantu pembaca lebih kritis yang dilakukan Kompas.com sejalan dengan upaya Eko Nugroho melihat fenomena dan menuangkannya dalam karya. Karena alasan ini, kolaborasi ini dilakukan," ujar Wisnu.
Dengan kolaborasi ini, kerja sama dan kemitraan makin meluas untuk menghadapi tantangan baru di era yang terus berubah. Hadirnya banyak pihak yang kritis dalam melihat fenomena yang terjadi akan membantu dunia terlihat lebih jernih.
Terkait kejernihan itu, sejarawan paling banyak dibicarakan saat ini, Yuval Noah Harari dalam buku berjudul 21 Lessons for the 21st Century (2018) mengatakan, "Di dunia yang dibanjiri informasi tidak relevan, kejernihan adalah kekuatan."
"Untuk menghadirkan kekuatan dari kejernihan itu, kolaborasi diperlukan dan perlu diluaskan," ujar Wisnu.
https://nasional.kompas.com/read/2019/01/14/05435231/jernih-melihat-dunia-bersama-eko-nugroho