Salin Artikel

Isu Penyerangan Pemuka Agama Jadi Liar, Adakah yang Menunggangi?

Beberapa pelakunya dianggap memiliki gangguan kejiwaan. Hal ini menimbulkan kecurigaan.

Sejumlah pihak curiga bahwa rentetan kejadian itu merupakan skenario pihak yang kontra dengan Islam. Sebab, hampir semua korbannya merupakan ustaz, ulama, hingga santri.

Isu ini kemudian berkembang semakin liar. Bahkan, ada yang mengembuskan bahwa peristiwa ini didalangi Partai Komunis Indonesia (PKI). Padahal, PKI sudah lama mati di negara ini.

Kepala Bareskrim Polri Komjen Ari Dono menganggap isu tersebut sengaja "digoreng" orang-orang yang ingin memecah belah Indonesia.

Mereka menyebarkan kabar hoaks dan ujaran kebencian sehingga masyarakat terprovokasi.

"Agenda setting dari sutradara isu ini agar seolah-olah Indonesia sedang dalam kondisi berbahaya,” kata Ari.

Ari mengatakan, sejak Desember 2017, ada 21 kasus yang dilaporkan yang berkaitan dengan serangan pemuka agama.

Sebagian besar di antaranya, yakni 13 kasus, terjadi di Jawa Barat. Namun, setelah didalami, penyerangan terhadap pemuka agama yang benar-benar terjadi hanya dua kasus.

Sementara itu, ada empat peristiwa kekerasan dengan korban orang biasa, tetapi diviralkan seolah korbannya adalah ulama.

Ada pula dua peristiwa yang direkayasa segelintir orang seolah-olah menangkap orang dengan gangguan jiwa yang baru menyerang pemuka agama.

Sementara lima kasus lainnya merupakan hoaks, di mana sama sekali tidak ada peristiwa pidana.

Berita bohong itu disebar melalui berbagai jejaring sosial, mulai dari bentuk artikel di Facebook, Google+, Youtube, hingga pemberitaan di media massa.

Ari memastikan, Polri akan membidik akun-akun media sosial yang menyebarkan berita bohong soal itu.

“Adapun akun-akun yang membahas hal tersebut dimotori beberapa akun yang sudah dikantongi Polri. Jadi, siap-siap saja jika masih terus menyebarkan hoaks seperti itu,” kata Ari.

Polri mengelompokkan para penggoreng isu teror terhadap pemuka agama menjadi dua bagian.

Pertama, ada yang mencuatkan hoaks penculikan ulama, guru mengaji, dan muazin. Kedua, melakukan penghinaan terhadap tokoh agama.

Menurut Ari, di media sosial ada puluhan ribu artikel yang berkorelasi dengan permasalahan penyerangan pemuka agama. Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa pemberitaan tersebut merupakan berita hoaks.

Tujuannya menggiring opini bahwa negara ini sedang berada dalam situasi yang bahaya.

“Kemudian para aktor itu mengaitkannya dengan isu kebangkitan PKI dan lainnya. Tujuannya jelas, membuat kegaduhan dan kekacauan dengan hoaks,” kata Ari.

"Di titik ini, masyarakat sebenarnya justru terjebak dalam skenario dari sutradara hoaks itu,” lanjutnya.

Ari mengingatkan agar masyarakat jangan mau diprovokasi. Sebaliknya, masyarakat juga jangan ikut-ikutan memprovokasi dengan menyebarkan kabar hoaks.

Polri memastikan akan menindak tegas pihak yang menggoreng isu tersebut berlebihan. Hal tersebut ditunjukkan dengan penangkapan lima orang di Jawa Barat yang menyebarkan berita hoaks soal pembacokan terhadap ulama oleh orang dengan gangguan jiwa.

Setelah ditelusuri, yang dibacok adalah petani, pelakunya adalah tetangganya.

Contoh lainnya, di Facebook, beredar video yang menayangkan Kapolrestabes Semarang Kombes Abiyoso Seno Aji sedang berbicara di depan media.

Berdasarkan suara dari video itu, Abiyoso seolah mengecam PKI yang menyerang ulama dan mempersilakan masyarakat menghakimi secara massal.

Namun, gerakan mulut Abiyoso berbeda dengan suaranya. Setelah didalami, video tersebut sebenarnya diambil saat Abiyoso konferensi pers soal begal motor.

Data kasus penyerangan

Selain di Jawa Barat, penyerangan terhadap pemuka agama, baik nyata maupun hoaks, juga dijumpai di daerah lain, seperti Aceh, Jawa Timur, Banten, Yogyakarta, hingga Jakarta.

Di Aceh, beredar di media sosial sebuah foto diduga orang dengan gangguan jiwa diamankan di masjid oleh beberapa orang.

Orang dengan gangguan jiwa itu dicurigai tengah memburu ulama. Padahal, setelah didalami, ada kesalahpahaman pengurus masjid terhadap orang tersebut.

Orang tak dikenal itu datang ke masjid dan tiba-tiba mengumandangkan iqomah saat jemaah tengah melaksanakan shalat sunah. Orang itu kemudian ditegur dan keluar ke halaman masjid. Ditegaskan bahwa tak ada penganiayaan.

Di Banten, terjadi kesalahpahaman yang berujung penolakan warga Legok terkait keberadaan seorang biksu bernama Mulyanto Nurhalim. Mulyanto dianggap menyalahgunakan fungsi tempat tinggal menjadi tempat ibadah.

Penyerangan terhadap pemuka agama juga terjadi di Palmerah, Jakarta Barat. Ustaz Absul Basit dikeroyok sekelompok orang yang tidak terima diusir ketika sedang nongkrong di depan ruko.

Di Yogyakarta, terjadi penyerangan dengan senjata di Gereja Santa Lidwina, Sleman. Perbuatan pelaku melukai Pastor Karl-Edmund Prier dan sejumlah jemaah. Saat ini, kasus tersebut ditangani Densus 88 Antiteror Polri.

Terakhir, di Jawa Timur, setidaknya ada empat kasus penyerangan yang mencuat.

Pertama, pembunuhan guru mengaji di Sampang pada 27 Desember 2017. Motif pelaku adalah kemarahan pelaku kepada korban yang dianggap dukun santet yang menyantet salah satu pelaku. Polisi mengamankan satu orang, sementara dua lainnya masih buron.

Kedua, pimpinan pondok pesantren di Lamongan mengalami luka akibat terjatuh dikejar seseorang yang diduga orang dengan gangguan jiwa. Sebelumnya, viral bahwa pimpinan pondok pesantren itu dianiaya orang gangguan jiwa. Namun, Polri sudah meluruskan pemberitaan tersebut.

Kasus selanjutnya adalah perusakan patung Duara Pala di Pura Mandara Giri, Kabupaten Lumajang. Meski tak ada korban jiwa dalam kasus ini, polisi tetap mengusut kasus tersebut.

Keempat, perusakan pintu kaca Masjid Baiturrahim, Tuban, oleh seseorang yang diduga orang dengan gangguan jiwa. Ada pula bukti surat RSUD Doktor Moewardi, Surakarta, dan Kepala UPT puskesmas bahwa pelaku merupakan pasien rawat jalan karena depresi.

https://nasional.kompas.com/read/2018/02/23/08173391/isu-penyerangan-pemuka-agama-jadi-liar-adakah-yang-menunggangi

Terkini Lainnya

Menparekraf Ikut Kaji Pemlokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemlokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi May Day, Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi May Day, Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Nasional
Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Nasional
Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Nasional
Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: 'Skincare' Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: "Skincare" Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Nasional
Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke