Polri mengedepankan upaya pencegahan agar isu-isu provokatif bisa diredam. Salah satu upaya preventif dilakukan melalui media sosial.
"Ada memang mobilisasi massa tapi saya kira tidak akan terjadi besar-besaran. Yang lebih efektif melalui media sosial," ujar Tito di Markas Komando Brimob Polri, Kelapa Dua, Depok, Kamis (15/2/2018).
Menurut Tito, arus informasi di media sosial sulit dibendung, sehingga banyak ditemukan konten-konten negatif dan berpotensi perpecahan. Oleh karena itu, Polri akan memperkuat patroli siber untuk menindak pelanggaran hukum di dunia maya.
Tito mengatakan, jangan sampai isu hoaks dan konten provokatif muncul dan mempengaruhi sistem demokrasi di Indonesia.
Di samping itu, Tito meminta tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat untuk memberi pesan damai selama Pilkada. Pesan-pesannya harus mendingankan suasana yang mengajak untuk berpolitik sehat.
"Jadi upaya pencegahan jauh lebih penting, di samping Polri melakukan pengamanan terbuka maupun upaya represif dan kontijensi kalau ada peristiwa di luar dugaan kita," kata Tito.
Tito telah meminta jajaran Polda dan Polres untuk memetakan kerawanan keamanan di daerahnya masing-masing. Hasil pemetaan itu akan menjadi basis pola pengamanan yang disiapkan untuk daerah tersebut.
Ia menganggap biasanya daerah yang lawannya head to head dianggap rawan. Sementara calon tunggal dianggap tidak rawan karena tidak ada perpecahan suara di masyarakat.
"Konsep utamanya adalah preventif atau pencegahan dan menciptakan situasi agar black campaign atau negative campaign, membangun isu-isu yang mendinginkan," kata Tito.
https://nasional.kompas.com/read/2018/02/15/12571841/kapolri-sebut-dinginkan-iklim-politik-lebih-efektif-lewat-media-sosial