Secara teknis, kata dia, permasalahan tersebut dipengaruhi beberapa faktor antara lain, faktor manusia, faktor kendaraan, infrastruktur, faktor alam, dan permasalahan sosial.
"Permasalahan ini akan bisa berkembang sehingga kita bisa memikirkan pola pengalihan atau alternatifnya," ujar Chryshnanda di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa (30/1/2018).
Hal pertama yang menjadi perhatian adalah jalur-jalur darat yang dilewati saat mudik.
Menurut dia, perlu ada penghitungan tingkat kepadatan arus dan tingkat kapasitas jalan yang diperbolehkan. Begitu mendekati kapasitas maksimal, maka segera harus diihkan jalurnya.
Di samping kepadatan arus, jalan tol dalam kondisi lengang juga menjadi area rawan kecelakaan. Sebab, ada kecenderungan pengemudi mengebut dan melanggar kecepatan maksimal.
"Ini mohon bantuan Kemenhub, Kementerian PU, atau pihak terkait untuk memantau atau buat pemantauan kecepatan," kata Chryshnanda.
Chryshnanda mengatakan, polisi akan menggelar beberapa posko di jalur mudik.
Untuk masalah lalu lintas akan disiapkan tim dari Korlantas dan TMC Polri. Nantinya akan dipantau secara virtual dan faktual kondisi lalu lintas selama 24 jam.
Selain itu, Chryshnanda meminta agar jalur keluar tol juga diperhatikan. Sebab, di beberapa titik, Brebes Exit misalnya, jalur keluarnya menyempit. Belum lagi ada persimpangan lampu merah tak jauh dari pintu keluar tol.
"Ini suatu permasalahan yang cukup kompleks. Pintu keluar tol kalau bisa tidak ada perlambatan lagi, dibuat rekayasa sehingga cukup lancar," kata dia.
Masalah lainnya yaitu parkir kendaraan di sisi jalan yang menghambat arus.
Menumpuknya kendaraan di sisi jalan juga bisa menyebabkan kemacetan karena jalur kendaraan diambil sebagian. Oleh karena itu, kata Chryshnanda, perlu ada pengaturan soal lahan parkir.
Pembenahan lainnya juga harus dilakukan di rest area.
Tempat peristirahatan itu selalu dipadati kendaraan di saat mudik. Penuhnya kendaraan di rest area berdampak ke jalur tol di sekitarnya.
SPBU dan kendaraan logistik
Selain itu, Chryshnanda melihat ada permasalahan sosial yang ditemui selama mudik. Misalnya, masalah bahan bakar dan bengkel untuk kendaraan.
Untuk meminimalisir kendaraan mogok di tengah jalan, maka ketersediaan bengkel, SPBU maupun posko pengisian bahan bakar sepanjang jalur mudik harus layak.
"Itu perlu kita siapkan sehingga aman, nyaman, dan selamat sampai tujuan," kata Chryshnanda.
Masalah angkutan logistik juga disinggung Chryshnanda. Menurut dia, harus dilakukan pengaturan dimensi kendaraan yang memuat barang agar tidak memenuhi ruas jalan.
Selain itu, pengendara kendaraan logistik juga perlu dibekali pengetahuan soal keamanan berkendara di jalur padat aktivitas.
Selain itu, contra flow juga dari tahun ke tahun menjadi salah satu alternatif mengurai kemacetan.
Ia meminta bantuan Jasa Marga agar Korlantas bisa menyiapkan pola pengamanan yang tepat.
Yang terpenting, kata Chryshnanda, perlu adanya kesadaran stakeholder untuk bersinergi dalam rangka mengatasi masalah-masalah tersebut.
Jika pihak pengambil keputusan peduli, maka persoalan di lapangan bisa teratasi dengan cepat.
"Memang kepekaan dan kepedulian pada level pimpinan atau pengambil keputusan sangat penting," kata Chryshnanda.
https://nasional.kompas.com/read/2018/01/30/20393691/jelang-mudik-lebaran-2018-hal-ini-yang-jadi-perhatian-polri