Salin Artikel

Menunggu Dua Keajaiban Terkait Novel Baswedan dari Singapura (Bag 2)

Namun, Novel menekankan, belum akan berkomentar saat ini. Ia masih fokus pada pengobatan matanya. "Nanti saja, saya masih fokus ke pengobatan," katanya.

Satu hal yang ia tekankan: ia memang sangat menginginkan pembentukan tim gabungan pencari fakta (TGPF). Sebuah keinginan yang mungkin sulit diwujudkan untuk saat ini.  

Novel Baswedan, awalnya hanya penyidik biasa di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Atau jika ditarik lebih lama lagi, ia hanya anggota polisi pada umumnya di Bengkulu pada sekitar tahun 2000. 

Sepak terjang di KPK yang tak mengenal kompromi saat menyidik kasus korupsi telah membuat saudara sepupu Anies Baswedan ini menjadi penyidik andalan yang dimiliki KPK. Usai serangan air keras terhadap Novel, namanya makin menyatu menjadi simbol perjuangan antikorupsi sekaligus simbol upaya pemberantasan korupsi yang teraniaya.

Serangan air keras itu memang telah menciptakan penderitaan pedih yang masih tersisa di kedua mata Novel kini. Luka yang membekas seolah menjadi pesan "peringatan" kepada para penyidik KPK, yang sengaja dikirimkan oleh pihak-pihak tertentu yang terusik penyidikan kasus korupsi. 

Api keberanian Novel hingga kini belum padam, tetapi itu semua belum cukup untuk bisa mendorong mengurai kasus pelik ini. Novel hingga kini tetap berada di titik kritis, berada di puncak penderitaan yang bagi manusia biasa tiada terkira hebatnya.

Rakyat Indonesia pasti semua memiliki bayangan bagaimana kondisi matanya akibat siraman air keras, terutama mata kiri. Semua orang tak habis pikir, pelaku begitu tega menciptakan sengsara dan mengobarkan serangan balik kepada penyidik antikorupsi secara terbuka.

Tragisnya, kekejaman yang dilakukan oleh penyerang Novel hingga kini belum tersentuh. Usulannya agar segera dibentuk TGPF pun tak ditanggapi kata setuju oleh pimpinan KPK.

Novel yang saat ini masih menjalani pengobatan mata di Singapura, berharap KPK bisa mengajukan rekomendasi pembentukan TGPF ke Presiden. TGPF tersebut terkait kasus penyerangan terhadap Novel yang hingga kini belum terungkap.

Novel Baswedan yang ditemui Kompas.com di sebuah masjid di Singapura, Kamis (2/11/2017), mengatakan bahwa dirinya hanya tahu soal perkembangan TGPF ini dari membaca berita.

Novel juga mengaku membaca berita akhir-akhir ini yang mengindikasikan pimpinan KPK belum kompak untuk memberi rekomendasi pembentukan TGPF kepada Presiden.

"Sudah seharusnya TGPF itu dibentuk, itu memang sesuai permintaan saya dulu," kata Novel.

Novel ditemui saat shalat subuh berjamaah di masjid di Singapura sekitar pukul 05.30 waktu setempat. Setiap hari selama di Singapura, Novel selalu menyempatkan diri ke masjid untuk shalat berjamaah ketika sudah tiba waktunya.

Karena itu, ia berharap ada tim independen yang bisa memeriksa kasus ini. TGPF adalah solusi yang diharapkan Novel.

Novel memahami ada tarik-menarik terhadap pembentukan TGPF ini karena usulan TGPF ini sebenarnya sudah lama. Namun, ia mengaku tidak tahu apa yang menjadi ganjalan pembentukan TGPF ini. "Tidak tahu saya (apa yang sedang terjadi), saya juga hanya membaca di media," kata Novel.

Ditanya apakah lambatnya pimpinan KPK mengambil keputusan tersebut terkait dengan kemungkinan pertimbangan politik, Novel kembali mengatakan tak tahu apa yang terjadi. Pembentukan TGPF ini akan menjadi "keajaiban" pertama jika benar-benar bisa disetujui dan direalisasikan.

Tantangannya tidak mudah jika usulan pembentukan TGPF harus dari lima orang pimpinan KPK saat ini. Kali ini, ujian berat justru ada pada kepemimpinan kolegial KPK.  Biasanya, tekanan dan ujian berat itu ada di Presiden.

Kali ini situasinya lain, diduga karena terkait tudingan yang selama ini dialamatkan pada jenderal polisi yang diduga terlibat. Posisi KPK tak sesederhana yang dibayangkan banyak orang. Akhirnya, harapan terakhir ada di tangan Presiden Jokowi langsung.

Jokowi tidak menjawab apakah ia bersedia untuk membentuk tim pencari fakta tersebut. Ia hanya menegaskan akan terlebih dulu memanggil Kapolri untuk menanyakan perkembangan kasus Novel.

"Oh. Nanti-nanti lah. Kapolri saya undang, saya panggil. Prosesnya sudah sejauh mana yang jelas semua masalah harus gamblang, harus jelas, harus tuntas," kata Jokowi.

Pembentukan TGPF adalah sebuah keajaiban jika disetujui mengingat intensitas konflik kepentingan dalam kasus ini. Dugaan "orang kuat" bermain di kasus ini memang sering disampaikan Novel.

Namun, jika Presiden pada akhirnya memutuskan membentuk TGPF tanpa rekomendasi KPK, dan pada akhirnya TGPF mampu mengungkap kasus Novel ini, publik pasti makin kesulitan bagaimana memosisikan para pimpinan KPK. Akan ada banyak sangkaan, mulai dari dugaan persoalan soliditas para pimpinan KPK hingga dugaan politik di dalamnya. 

Kondisi seperti ini harus diantisipasi KPK, mengingat KPK memang tak perlu mempertimbangkan politik dalam setiap mengambil keputusan.  

TGPF memang "keajaiban" pertama yang ditunggu Novel Baswedan dari negeri jiran Singapura. Banyak kalangan berharap, "keajaiban" pertama ini akan terjadi, dengan atau tanpa rekomendasi pimpinan KPK.  

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Novel disiram air keras seusai menunaikan shalat subuh di Masjid Al-Ikhsan, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada 11 April 2017. Akibat kejadian itu, Novel harus dirujuk ke sebuah rumah sakit di Singapura hingga kini.

Saat ini Novel menjalani pengobatan matanya, terutama untuk persiapan operasi kedua pada mata kiri. Operasi kedua yang harusnya dilakukan pada Oktober tidak bisa dijalankan oleh dokter karena selaput mata belum tumbuh seperti yang diharapkan.

"Untuk bisa dioperasi kedua, harus tumbuh dulu selaputnya. Memang selaputnya tumbuh, tapi lambat," kata Novel.

Pada operasi pertama, 17 Agustus 2017, dokter telah menumbuhkan jaringan baru di mata kiri yang diambil dari jaringan gusi Novel.

"Gusi dikerok, kemudian jaringannya dipindahkan ke mata kiri saya," kata Novel. Belum diketahui pasti kapan operasi kedua untuk mata kiri akan dilakukan. "Kalau dua pekan ke depan, sepertinya belum. Tapi kalau tiga pekan ke depan, mungkin saja bisa. Wallahu alam, hanya Allah yang tahu," katanya.

Selain menumbuhkan jaringan di mata kiri yang diambil dari jaringan gusi, dokter juga mencopot salah satu gigi Novel. Gigi tersebut ditanam di bawah kelopak mata sebelah kanan. Fungsinya, jika jaringan gigi tumbuh maka akan dipakai untuk jaringan selaput mata sebelah kiri.

Novel masih terheran-heran dengan metode pengobatan dokter. Bagaimana bisa jaringan gigi yang ditanam di dalam pipi nantinya akan dijadikan pengganti selaput mata kiri?

Jika operasi mata kiri tahap kedua sukses, inilah "keajaiban" kedua yang benar-benar ditunggu. Tak hanya oleh Novel Baswedan, tapi oleh semua orang yang masih punya sisi kemanusiaan. 

Untuk mata kanan, dokter menyatakan sudah tak perlu melakukan operasi. "Mata kanan masih perlu dipasang hard-lens, lensa plain bukan negatif bukan positif, biar bisa untuk melihat, soalnya kan selaputnya tipis," kata Novel.

Selain diberi hard-lens untuk mata kanan, Novel juga melengkapi diri dengan kacamata untuk membantu penglihatan mata kanan. "Kalau enggak pakai kacamata ini, saya tidak begitu jelas melihat orang, ini seperti kaca pembesar," katanya.

Dalam rentang sebulan ke depan, kita berharap selaput mata kiri Novel segera cukup bertumbuh sehingga operasi kedua untuk mata kiri bisa dilaksanakan. Teknologi kedokteran diharapkan mampu mengembalikan penglihatan sang penyidik yang sempat terenggut para penjahat ulung di negeri ini.

Satu gigi Novel telah dicabut dokter dan kini ditumbuhkan di bawah pipi kanan Novel. Dalam sebulan ke depan, jaringan gigi itulah yang akan dipakai dokter untuk mengganti jaringan selaput mata Novel. 

Novel Baswesan sendiri mengatakan, metode dokter memang ajaib dan tak masuk akal. Bahkan, dokter di Indonesia yang diajak bicara Novel juga tak mengerti sepenuhnya metode ini.

Sekali lagi, rakyat Indonesia berharap, atas izin Allah SWT, "keajaiban" dunia kedokteran ini bisa terwujud untuk mata kiri Novel Baswedan. 

Di mata kiri dan kanan Novel, kita titipkan harapan akan keberlanjutan pemberantasan korupsi di Indonesia. Semoga pula, laju pemberantasan korupsi ikut tersembuhkan bersamaan dengan pulihnya penglihatan sang penyidik. 

https://nasional.kompas.com/read/2017/11/04/09050081/menunggu-dua-keajaiban-terkait-novel-baswedan-dari-singapura-bag-2

Terkini Lainnya

Wapres: Kalau Keluarga Baik, Bangsa Indonesia Akan Baik

Wapres: Kalau Keluarga Baik, Bangsa Indonesia Akan Baik

Nasional
Kekuatan Oposisi Masih Tetap Dibutuhkan...

Kekuatan Oposisi Masih Tetap Dibutuhkan...

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, PKB Pastikan Tak Bakal Rusak Soliditas Koalisi Indonesia Maju

Dukung Prabowo-Gibran, PKB Pastikan Tak Bakal Rusak Soliditas Koalisi Indonesia Maju

Nasional
Senada dengan Nasdem, PKB Anggap Hak Angket Kecurangan Pemilu Kian Sulit Diwujudkan

Senada dengan Nasdem, PKB Anggap Hak Angket Kecurangan Pemilu Kian Sulit Diwujudkan

Nasional
Usai Dukung Prabowo-Gibran, Nasdem dan PKB Bilang Timnas Amin ‘Bubar’

Usai Dukung Prabowo-Gibran, Nasdem dan PKB Bilang Timnas Amin ‘Bubar’

Nasional
MK Sidangkan Sengketa Pileg 2024 Mulai 29 April, Sehari Puluhan Perkara

MK Sidangkan Sengketa Pileg 2024 Mulai 29 April, Sehari Puluhan Perkara

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, PKS: Pak Surya Paling Cantik Bermain Politik

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, PKS: Pak Surya Paling Cantik Bermain Politik

Nasional
Penghormatan Terakhir PDI-P untuk Tumbu Saraswati...

Penghormatan Terakhir PDI-P untuk Tumbu Saraswati...

Nasional
Idrus Sebut Ada Posisi Strategis yang Ditawarkan jika Jokowi Masuk Golkar; Ketua Umum hingga Ketua Dewan Pembina

Idrus Sebut Ada Posisi Strategis yang Ditawarkan jika Jokowi Masuk Golkar; Ketua Umum hingga Ketua Dewan Pembina

Nasional
CSIS: Jumlah Caleg Perempuan Terpilih di DPR Naik, tapi Sebagian Terkait Dinasti Politik

CSIS: Jumlah Caleg Perempuan Terpilih di DPR Naik, tapi Sebagian Terkait Dinasti Politik

Nasional
Cak Imin Titip 8 Agenda Perubahan ke Prabowo, Eks Sekjen PKB: Belum 'Move On'

Cak Imin Titip 8 Agenda Perubahan ke Prabowo, Eks Sekjen PKB: Belum "Move On"

Nasional
CSIS: Caleg Perempuan Terpilih di Pemilu 2024 Terbanyak Sepanjang Sejarah sejak Reformasi

CSIS: Caleg Perempuan Terpilih di Pemilu 2024 Terbanyak Sepanjang Sejarah sejak Reformasi

Nasional
Prabowo-Gibran Disarankan Terima Masukkan Masyarakat saat Memilih Menteri, daripada 'Stabilo KPK'

Prabowo-Gibran Disarankan Terima Masukkan Masyarakat saat Memilih Menteri, daripada "Stabilo KPK"

Nasional
CSIS: Caleg Terpilih yang Terindikasi Dinasti Politik Terbanyak dari Nasdem, Disusul PDI-P

CSIS: Caleg Terpilih yang Terindikasi Dinasti Politik Terbanyak dari Nasdem, Disusul PDI-P

Nasional
MK Registrasi 297 Sengketa Pileg 2024

MK Registrasi 297 Sengketa Pileg 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke