Menurut Gatot, ISIS hanyalah alat yang digunakan untuk menguasai sumber-sumber energi.
Ia berpendapat bahwa secara umum konflik yang muncul dan menghancurkan negara-negara di dunia menyoal perebutan energi, khususnya minyak.
Ia menyebutkan negara-negara yang terlibat konflik, seperti Libya, Mesir, Irak, Kuwait, Yaman, Kongo, dan Suriah, yang merupakan penghasil minyak.
"Bahkan terakhir, Presiden Barack Obama (ketika menjabat) mengatakan, apabila Rusia bela Ukraina maka Amerika akan berperang dengan Rusia. Ternyata, Ukraina penghasil 10 juta barrel minyak per hari," kata Gatot pada acara Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) II Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Jakarta, Kamis (20/7/2017).
Untuk menguji pendapatnya tersebut, Gatot mengunjungi 54 universitas dan berdisuksi dengan guru-guru besar di sana.
Kesimpulannya, akar masalah munculnya konflik adalah perebutan energi, termasuk terkait kemunculan kelompok ISIS.
Menurut Gatot, ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengunjungi markas CIA, Trump pernah berucap bahwa salah satu kesalahan AS saat menginvasi Irak adalah tidak menguasai semua sumber-sumber energi. Hal itulah yang kemudian membuat ISIS lahir.
"Jadi ISIS bukan masalah agama, tapi alat untuk mendapatkan energi," kata Gatot.
Ia memaparkan bahwa saat ini yang umum sekarang dikembangkan bioenergi atau sumber energi dari tumbuh-tumbuhan.
Untuk itu, ia mengingatkan bahwa Indonesia sebagai salah satu negara dengan kekayaan alam besar harus mewaspadai ancaman luar yang ingin menguasai kekayaan itu.
"Tumbuh-tumbuhan banyak di wilayah ekuator atau khatulistiwa karena bisa tumbuh sepanjang tahun. Kita harus waspada," ujarnya.
https://nasional.kompas.com/read/2017/07/20/23260231/panglima-tni--isis-bukan-masalah-agama-tapi-alat-untuk-dapatkan-energi