Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurang Sosialisasi dan Persyaratan Berat, Faktor Sepinya Bursa Calon Hakim MK

Kompas.com - 01/03/2017, 14:31 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Konstitusi dan Demokrasi (Kode) Inisiatif Veri Junaidi menilai wajar jika pendaftaran calon hakim MK sepi peminat. Hal ini karena untuk menjadi hakim MK tidaklah mudah.

Menurut Veri, masyarakat yang ingin mendaftarkan diri akan berpikir berkali-kali sebelum mendaftar.

"Memang syarat menjadi hakim MK ini kan cukup berat, minimal 47 tahun, doktor hukum dan negarawan. Sehingga sangat mungkin memang tidak banyak," kata Veri saat dihubungi Rabu (1/3/2017).

(Baca: Enam Hari Dibuka, Pendaftar Calon Hakim MK Baru Tiga Orang)

Selain karena kualifikasinya yang cukup berat, menurut Veri, kurangnya publikasi juga menjadi faktor pendukung sepinya masyarakat yang mendaftar. Menurut Veri, pihak penyelenggara sedianya gencar menginformasikan rekrutmen Hakim Konstitusi.

"Perlu juga menjadi masukan buat pansel, bahwa sosialisasi yang sekarang ini belum begitu masif. Mestinya pansel lebih gencar lagi membangun komunikasi publik untuk menggemakan proses seleksi ini yang kurang mendapatkan ruang," kata dia.

Sejak dibuka pada 22 Februari 2017 hingga kemarin, Selasa (28/2/2017), tercatat baru tiga orang yang mendaftarkan diri.

(Baca: Pansel Calon Hakim MK Minta KPK Ikut Telusuri Rekam Jejak Kandidat)

Menurut Veri, biasanya, jelang waktu penutupan pendaftaran akan banyak orang yang mendaftar. Pendaftaran calon hakim MK akan ditutup pada 3 Maret 2017.

"Sejauh yang kami pantau, kecenderungannya memang pendaftaran ramai setelah di akhir akhir penutupan pendaftaran," kata Veri.

Proses seleksi dilakukan untuk mengganti hakim Patrialis Akbar yang tersangkut kasus dugaan korupsi. Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) merekomendasikan pemberhentian secara tidak hormat terhadap Patrialis.

Dalam pertimbangannya, MKMK menilai Patrialis melanggar etik berat lantaran membocorkan putusan perkara yang sifatnya rahasia.

Kompas TV Setelah di sambut oleh Presiden Joko Widodo di bandara Halim Perdanakusuma, Raja Salman beserta rombongan bertolak menuju istana Bogor. Warga begitu antusias menyambut kedatangan Raja Salman dan rombongan dan rela menunggu di pintu gerbang keluar bandara meski tidak bisa melihat dari dekat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Puncak Perayaan Hari Lansia Nasional 2024 Bakal Digelar di Aceh Utara

Puncak Perayaan Hari Lansia Nasional 2024 Bakal Digelar di Aceh Utara

Nasional
Sindir Impor Beras, Megawati: Dibuat Sedemikian Rupa, sepertinya Kekurangan Terus

Sindir Impor Beras, Megawati: Dibuat Sedemikian Rupa, sepertinya Kekurangan Terus

Nasional
17 Sikap PDI-P Hasil Rakernas, Mandatkan Kembali Megawati Jadi Ketua Umum

17 Sikap PDI-P Hasil Rakernas, Mandatkan Kembali Megawati Jadi Ketua Umum

Nasional
Sindir Puan dan Risma, Megawati: Penggede Partai Lama-lama Tambah Cengeng

Sindir Puan dan Risma, Megawati: Penggede Partai Lama-lama Tambah Cengeng

Nasional
Anggota DPR Komisi III: Kapolri dan Jaksa Agung Perlu Duduk Bersama Telusuri Isu Penguntitan Jampidsus oleh Densus 88

Anggota DPR Komisi III: Kapolri dan Jaksa Agung Perlu Duduk Bersama Telusuri Isu Penguntitan Jampidsus oleh Densus 88

Nasional
Penutupan Rakernas PDI-P, Megawati Sebut Sudah Beri Tugas untuk Ahok

Penutupan Rakernas PDI-P, Megawati Sebut Sudah Beri Tugas untuk Ahok

Nasional
PDI-P Putuskan Hanya Jalin Kerja Sama Politik dengan Pihak yang Tingkatkan Kualitas Demokrasi

PDI-P Putuskan Hanya Jalin Kerja Sama Politik dengan Pihak yang Tingkatkan Kualitas Demokrasi

Nasional
Megawati Cerita Kerap Kunjungi Ahok di Tahanan

Megawati Cerita Kerap Kunjungi Ahok di Tahanan

Nasional
PDI-P Serahkan Mandat ke Megawati Tentukan Sikap Partai ke Pemerintah

PDI-P Serahkan Mandat ke Megawati Tentukan Sikap Partai ke Pemerintah

Nasional
Air Mata Puan dalam Pembacaan Sikap Politik PDI-P...

Air Mata Puan dalam Pembacaan Sikap Politik PDI-P...

Nasional
Sambil Menangis, Puan Minta Maaf Ada Kader PDI-P Tak Beretika dan Langgar Konstitusi

Sambil Menangis, Puan Minta Maaf Ada Kader PDI-P Tak Beretika dan Langgar Konstitusi

Nasional
Sikap Politik PDI-P: Pemilu 2024 Terburuk dalam Sejarah, Minta Evaluasi Sistem Pemilu

Sikap Politik PDI-P: Pemilu 2024 Terburuk dalam Sejarah, Minta Evaluasi Sistem Pemilu

Nasional
Soal Isu Jampidsus Dibuntuti Densus 88, Presiden Diminta Lakukan Evaluasi Kepolisian dan Kejaksaan

Soal Isu Jampidsus Dibuntuti Densus 88, Presiden Diminta Lakukan Evaluasi Kepolisian dan Kejaksaan

Nasional
KPK Sebut Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Punya Banyak Aset atas Nama Orang Lain

KPK Sebut Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Punya Banyak Aset atas Nama Orang Lain

Nasional
Komisi III Akan Tanyakan Dugaan Jampidsus Dibuntuti Densus ke Polri dan Kejagung

Komisi III Akan Tanyakan Dugaan Jampidsus Dibuntuti Densus ke Polri dan Kejagung

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com