Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ifdhal Kasim Nilai "Sweeping" oleh Ormas akibat Aparat Kurang Optimal

Kompas.com - 21/12/2016, 20:04 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi sweeping dan main hakim sendiri yang dilakukan oleh organisasi masyarakat di Indonesia menciptakan rasa tidak aman bagi masyarakat.

Hal ini dikatakan Staf Ahli Deputi V Kantor Staf Presiden Bidang Kajian Politik dan Pengelolaan Isu-isu Hukum, Pertahanan, Keamanan dan Hak Asasi Manusia, Ifdhal Kasim.

"Aksi sweeping seperti yang kemarin terjadi itu menjadi cerminan begitu rendahnya hak atas rasa aman," ujar Ifhdal saat ditemui di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Rabu (21/12/2016).

Sayangnya, menurut Ifdhal, aparat penegak hukum seakan tidak berdaya dalam menangani persoalan itu.

"Aparat keamanan tidak menjalankan fungsinya secara maksimal, akhirnya terjadi seperti pembiaran," kata dia.

Meski demikian, Ifhdal mengatakan, Presiden Joko Widodo sangat mengerti kondisi itu. Pemerintah ingin mendorong agar aparat penegak hukum menjalankan fungsinya melindungi dan mengayomi masyarakat.

Diketahui, Presiden Jokowi telah memanggil Kapolri Jenderal Tito Karnavian membahas hal itu. Presiden juga memanggil sejumlah perwira tinggi.

(Baca: Polisi Jadikan Fatwa MUI Dasar Bertindak, Presiden Panggil Kapolri)

Presiden mengarahkan agar polisi tegas dalam melaksanakan penindakan. Jangan sampai polisi kalah dengan aksi ormas.

"Polisi harus berani mengambil tindakan hukum meskipun dia menghadapi kelompok besar. Sebagai aparat hukum, polisi harus berani, jangan malah memfasilitasi terjadinya tindakan main hakim sendiri," ujar mantan ketua Komnas HAM itu.

MUI sebelumnya mengeluarkan fatwa tanggal 14 Desember 2016. Fatwa itu mengatur bahwa atribut non-Muslim perlu dihormati bersama. Selain itu, instansi dan perusahaan di Indonesia diminta menyosialisasikan fatwa itu.

Pengelola hotel, mal, usaha hiburan, restoran dan sebagainya juga diminta untuk tidak memaksakan karyawannya untuk mengenakan atribut non-Muslim.

Berdasarkan surat itu, sebuah ormas keagamaan mendatangi mal dan pusat perbelanjaan di Surabaya, Minggu (18/12/2016). Massa melakukan sosialisasi fatwa MUI di depan mal dan pusat perbelanjaan.

Sejumlah lokasi yang didatangi yakni Pasar Atum, Tong Market Jalan Jaksa Agung Suprapto, Grand City, Delta, WTC, Galaxy Mall, Excelso Tunjungan Plaza, dan Ciputra World Jalan Mayjen Sungkono.

Kapolrestabes Surabaya Kombes M Iqbal ikut mengawal aksi itu. Iqbal menegaskan, aksi yang dilakukan ormas bukanlah sweeping.

(Baca juga: MUI Sebut Sosialisasi Fatwa Hanya Boleh Dilakukan oleh Pemerintah)

Massa menggelar pawai guna menyosialisasikan Fatwa MUI Nomor 56/2016 tentang Hukum Penggunaan Atribut Keagamaan Non-Muslim di mal-mal dan pusat perbelanjaan, terutama atribut Natal.

Aksi itu mendapat pengawalan ketat dari polisi. Sedikitnya 200 polisi dari Satbara, Dalmas, dan Brimob Polda Jatim diterjunkan mengawal aksi tersebut.

Kompas TV Menag: Jangan Lakukan "Sweeping" dan Kekerasan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com