Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bantah DPR, Komnas Pengendalian Tembakau Mengaku Tak Pernah Dukung Asuransi bagi Perokok

Kompas.com - 21/07/2016, 18:39 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Media Relation and Communication Komnas Pengendalian Tembakau Nina Samidi mengatakan Komnas Pengendalian Tembakau tidak pernah menyatakan dukungan terhadap asuransi kesehatan khusus perokok.

"Komnas tidak pernah menyatakan setuju atau mendukung bahwa harus ada asuransi khusus perokok. Memang waktu ada pertemuan dengan Ade Komarudin kemarin, firman dan kawan-kawan itu mengungkapkan hal itu, ada usulan tentang ini itu. Tapi dia hanya menyatakan bukan meminta persetujuan atau meminta dukungan. Dan kami tidak bilang kami mendukung hal Itu," kata Nina saat dihubungi Kompas.com, Kamis (21/7/2016).

(Baca: KPK Diminta Awasi Pembahasan RUU Tembakau di DPR)

Pernyataan Nina ini sebagai bantahan dari klaim yang disampaikan Ketua Panitia Kerja RUU Pertembakauan Firman Soebagyo, pagi tadi di Kompleks Parlemen.

Firman mengatakan masukan dari Komnas Pengendalian Tembakau telah diterima mengenai pasal kesehatan.

(Baca: RUU Pertembakauan Dibawa ke Paripurna Pekan Depan)

Menurut Firman, pasal tersebut memuat aturan bahwa pemerintah diharuskan memberi jaminan asuransi kesehatan bagi perokok yang mengonsumsinya secara berlebihan. Jaminan tersebut, kata Firman, menggunakan hasil cukai rokok.

Nina menyebutkan Komnas Pengendalian Tembakau sama sekali tidak setuju dengan semua yang tertulis di RUU Pertembakauan. Alasannya, RUU Pertembakauan saling terkait dan merugikan bagi masyarakat.

(Baca: Beralasan Banyak Anggota Kelelahan, Baleg DPR Bahas RUU Tembakau di Hotel)

Nina menilai urgensi asuransi khusus perokok merupakan sesuatu yang salah, baik dari segi perokok maupun non perokok. Dengan adanya asuransi tersebut, kata dia, perokok akan tetap merokok karena merasa mendapat jaminan kesehatan dari pemerintah.

"Bahkan untuk orang yang tidak merokok malah akan berpikir ada asuransi, kalau gitu saya boleh merokok dong. Karena ada asuransi yang menjamin kesehatan. Ini salah berpikir besar," tutur Nina.

Kompas TV Yuk Jadi Keren Tanpa Rokok (Bag 2)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Nasional
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com