JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak berharap masyarakat menggunakan momentum Hari Raya Idul Fitri untuk memaknai kembali fitrah Islam sebagai agama yang memanusiakan manusia, mengedepankan nilai-nilai sosial dan berbagi terhadap sesama.
Salah satu caranya, kata Dahnil, melalui semangat silahturahim yang dimaknai secara luas.
"Momentum Idul Fitri harus digunakan untuk memaknai kembali fitrah Islam sebagai agama yang memanusiakan manusia, mengedepankan nilai-nilai sosial dan berbagi terhadap sesama. Salah satunya tentu melalui silahturahim," ujar Dahil saat dihubungi Kompas.com, Senin (4/7/2016).
Bagi Dahnil, semangat silahturahim harus dimaknai sebagai sarana untuk mempererat hubungan sosial sesama umat beragama, tidak hanya sesama umat Islam, tetapi juga seluruh warga dengan latar belakang agama yang berbeda.
"Semangat silahturahim harus kita maknai lebih luas. Sebagai pemaknaan merawat kohesi sosial sesama umat beragama. Tidak hanya umat Islam, tetapi sesama warga negara dan manusia beradab," kata dia.
Dahnil mengatakan, semangat silahturahim dan dialog pulalah yang diajarkan tokoh-tokoh Islam seperti Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo.
Semangat tersebut terlihat saat kedua tokoh Islam itu menerima dengan terbuka permintaan saudara-saudara dari Indonesia Timur yang menolak rumusan Piagam Jakarta.
Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo kemudian menyepakati perubahan ketentuan yang saat ini tercantum dalam sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha ESA.
"Kebesaran hati tokoh-tokoh Islam untuk merawat persatuan didasari oleh semangat silahturahmi dan dialog itulah yang harus terus kita jaga. Momentum Idul Fitri adalah momentum tepat untuk menguatkan terus nilai-nilai silahturahim dan dialog sebagai salah satu fitrah Muslim Indonesia," kata Dahnil.
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal 1437 H jatuh pada Rabu, 6 Juli 2016. (baca: Ini Dasar Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal 1437 H pada 6 Juli 2016)
Keputusan penetapan 1 Syawal ini dituangkan melalui maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2016. Keputusan ini ditinjau berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal, ijtimak jelang Syawal 1437 H terjadi pada hari ini, Senin (4/7/2016), pukul 18:03:20 WIB.
Tinggi bulan pada saat terbenam matahari di Yogyakarta (0= -0,7° 48’ dan n\=110° 21’ BT) =-0,1 19’ 13’’ (hilal belum wujud) dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat terbenam matahari, bulan berada di bawah ufuk.