Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota Komisi I Minta MOU Trilateral Ditindaklanjuti agar Penyanderaan Tidak Terulang Lagi

Kompas.com - 27/06/2016, 12:29 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi I DPR Supiadin, mendesak pemerintah agar mendorong tindaklanjut nota kesepahaman (MOU) antara Indonesia, Malaysia dan Filipina yang sudah dibahas beberapa waktu lalu.

MoU diharapkan bisa mengantisipasi terulangnya penyanderaan oleh kelompok bersenjata di perairan Sulu, Filipina Selatan. "Saran saya segera MOU ditindaklanjuti," ujar Supiadin di kompleks DPR MPR RI, Jakarta Selatan, Senin (27/6/2016).

Adapun hal-hal yang dibahas dalam MOU tersebut, kata dia, yakni seputar konsep strategis, operasional dan teknis.

(Baca: TNI AL Gali Informasi Penyanderaan WNI dari Enam ABK yang Dibebaskan)

"Operasional bikin pernyataan kerja sama pengamanan laut. Bentuknya, apakah setiap kapal niaga berangkat ke Filipina ditake over oleh cost guard Filipina, begitu juga sebaliknya," kata dia.

Maka dari itu, lanjut Supiadin, ketiga negara harus segera melakukan pertemuan menindaklanjuti MOU yang sudah disepakati sebelumnya.

"Nanti panglima kumpul, diatur apakah patroli bersama atau diatur sedemikian rupa," kata dia Selain itu, pemerintah harus segera memastikan kondisi para sandera. "Dalam jangka pendek gimana meyakinkan pemerintah filpina agar sandera harus aman," tuturnya.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI Retno L.P. Marsudi membenarkan terjadi penyanderaan terhadap 7 warga negara Indonesia (WNI) oleh kelompok bersenjata asal Filipina. Tujuh WNI tersebut merupakan anak buah kapal (ABK) TB Charles 001 dan kapal tongkang Robi 152.

Dalam tiga bulan terakhir, terjadi tiga kali penyanderaan terhadap pelaut Indonesia di perairan pertabatsan Filipina, Malaysia dan Indonesia. Pertama terjadi pada April, kedua Mei, dan penyanderaan kali ini adalah yang ketiga.

Pelaku pada dua panyenderaan pertama adalah sempalan kelompok militan Abu Sayyaf yang berbasis di Filipina. Beruntung, tak ada korban jiwa dalam penyanderaan yang lalu. Sebanyak 14 WNI dibebaskan penyandera.

Dari pendalaman TNI AL, penangkapan kali terjadi pada 20 Juni, atau saat mereka hendak meninggalkan Filipina dari Cagayan De Oro Port menuju Samarinda.

Ketika sampai di perairan Laut Jolo, terjadi pembajakan pertama oleh empat sampai lima orang yang menggunakan dua perahu.

Dalam peristiwa itu, tiga ABK ditangkap, dan semua alat komunikasi dirampas. Setelah peristiwa tersebut, sepuluh ABK lainnya dilepas.

Namun, 1,5 jam kemudian, kapal itu kembali dibajak oleh kelompok lain yang menggunakan tiga perahu beranggotakan 8-10 orang.

(Baca: Upaya Pembebasan Sandera Diminta Libatkan Pihak Perusahaan ABK)

Dari hasil pendalaman, tiga orang yang disandera pada peristiwa penculikan pertama itu adalah Kapten Fery Arifin (nakhoda), Muhammad Mahbrur Dahri (KKM), dan Edy Suryono (masinis II).

Sementara itu, empat ABK lain pada penyanderaan kedua adalah Ismail (mualim I), Robin Piter (juru mudi), Muhammad Nasir (masinis III), dan Muhammad Sofyan (oilman).

Usai melakukan penyanderaan, menurut dia, para penyandera itu melepaskan enam ABK lainnya, yakni Andi Wahyu (mualim II), Syahril (masinis IV), Albertus Temu Slamet (juru mudi), Reidgar Frederik Lahiwu (juru mudi), Rudi Kurniawan (juru mudi), dan Agung E Saputra (juru masak).

Kompas TV 6 dari 13 ABK yang Disandera Tiba Selamat

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Nasional
'Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo'

"Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo"

Nasional
Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Jokowi Makan Mie Gacoan di NTB, Pesan Mi Level 0

Jokowi Makan Mie Gacoan di NTB, Pesan Mi Level 0

Nasional
Kaum Intelektual Dinilai Tak Punya Keberanian, Justru Jadi Penyokong Kekuasaan Tirani

Kaum Intelektual Dinilai Tak Punya Keberanian, Justru Jadi Penyokong Kekuasaan Tirani

Nasional
[POPULER NASIONAL] Para Sesepuh Kopassus Bertemu | Prabowo Ingin Libatkan Megawati Susun Kabinet

[POPULER NASIONAL] Para Sesepuh Kopassus Bertemu | Prabowo Ingin Libatkan Megawati Susun Kabinet

Nasional
Rute Transjakarta 9F Rusun Tambora - Pluit

Rute Transjakarta 9F Rusun Tambora - Pluit

Nasional
Tanggal 4 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 4 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Nasional
Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

BrandzView
Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Nasional
Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com