Dana itu seharusnya digunakan untuk menunjang kegiatan yang berkaitan dengan tugasnya sebagai menteri.
Hal itu terungkap dalam persidangan kasus dugaan korupsi yang menjeratnya. Jero juga diketahui meminta DOM tambahan dari dana hasil imbal jasa rekanan dalam kegiatan Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM.
Sejumlah saksi yang merupakan mantan anak buahnya menuturkan, anggaran DOM itu digunakan untuk membiayai acara ulang tahun, pencitraan, hingga membeli tiket konser.
1. Acara ulang tahun Jero dan istrinya
Anggota Staf Bagian Financial Controller Hotel Dharmawangsa Jakarta, Hendra Setiawan, mengaku pernah ada tagihan ke Kementerian ESDM untuk acara ulang tahun Triesna Wacik, istri Jero Wacik, yang diselenggarakan di hotel tersebut.
Menurut Hendra, yang membayar biaya acara tersebut adalah Kementerian ESDM dengan nilai sebesar Rp 600 juta.
"Laporan tahun 2012, ada acara ultah yang dibayarkan oleh Kementerian ESDM. Saya tidak tahu siapa yang bayar, yang pasti ESDM," ujar Hendra.
Dalam sidang tersebut, anggota staf bagian penagihan invoice bernama Suharto juga dihadirkan.
Ia yang menagih langsung invoice ke Agung Pribadi yang saat itu merupakan Kabag Rumah Tangga Biro Umum untuk membicarakan pembayarannya.
Beberapa hari kemudian, Pribadi mendatangi Hotel Dharmawangsa dan membawa tas berisi uang untuk melunasi sisa pembayaran secara tunai.
Pesta ulang tahun Triesna sekaligus peluncuran buku Adikriya Sulam Indonesia diadakan pada 10 April 2012 dengan biaya sebesar Rp 619.026.583. Pembayaran acara itu sepenuhnya ditangani oleh Kementerian ESDM melalui Agung.
Kemudian, pada 24 April 2012, giliran Jero yang menggunakan uang negara untuk merayakan ulang tahunnya. Biaya acara tersebut sejumlah Rp 379.065.174.
Selain itu, Jero juga menggunakan uang DOM untuk membiayai berbagai acara pribadinya, antara lain acara makan malam di Hotel Dharmawangsa dan peluncuran buku berjudul Jero Wacik di Mata 100 Tokoh.
2. Ngaben di Bali
Mantan Kepala Bagian Tata Usaha Pimpinan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Luh Ayu Rusminingsih mengaku pernah diminta Jero Wacik membeli tiket untuk keluarganya pergi ke Bali demi kepentingan pribadi.
"Tahun 2008, almarhum bapaknya Pak Jero meninggal, ada ngaben. Keluarga besar beliau datang ke Bali untuk lihat pengabenan," ujar Ayu.
Menurut Ayu, biaya keberangkatan Jero dan keluarganya tersebut bukan perjalanan dinas sehingga tidak bisa ditutupi oleh DOM.
Namun, Jero tetap menggunakan DOM untuk kepergian tersebut.
Akhirnya, Ayu dan bawahannya berinisiatif menutupinya dengan laporan pertanggungjawaban fiktif.
"Akhirnya diambil inisiatif atas seizin Kepala Biro Keuangan, dibuatkan fiktif perjalanan dinas pegawai dan pejabatnya untuk mem-back up. Saya dipakai namanya juga, staf-staf juga," kata dia.