"Reshuffle ini bisa memutus keragu-raguan yang berkembang sejak lama. Kita masih tunggu keputusan politik Presiden terkait perlambatan ekonomi, ketidakpatuhan para menteri, menteri-menteri yang suka buat statement kontroversial," ujar Nico.
Dia menjelaskan, masyarakat sangat menantikan gerakan yang dilakukan Presiden selanjutnya. Menurut dia, Jokowi harus mengambil keputusan secepatnya. Momentum yang dianggap paling tepat melakukan perombakan kabinet adalah setelah atau sebelum nota keuangan dibacakan sehingga anggaran berikutnya bisa dijalankan para menteri yang baru.
Nico melanjutkan, saat ini yang menjadi sorotan publik adalah kinerja para menteri di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2015 yang hanya sebesar 4,67 persen dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terus melemah adalah beberapa indikator lesunya perekonomian Tanah Air belakangan ini.
"Kalau kita lihat dari survei, tingkat kepuasan publik pada kinerja kabinet jauh di bawah tingkat kepuasan Presiden. Memang kabinet sekarang dirasa kurang bisa optimal bantu Presiden. Ini harus direspons dengan reshuffle," ujar Nico.
Dia menduga lamanya Presiden memutuskan soal reshuffle lebih disebabkan kesulitan Jokowi mencari oramg-orang yang tepat mengisi pos menteri. "Yang sulit sekarang memang mencari siapa penggantinya, terutama menteri ekonomi karena mengganti menteri ekonomi selama ini sama saja mengganti tim-tim di bawahnya apakah mau pakai UI, UGM, atau mana," ucap Nico.
Namun, dia menginginkan Presiden untuk segera bersikap lantaran semua masukan sudah diterima Presiden dari para pembisiknya di Istana, partai politik, hingga akademisi.