Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Din Dorong Busyro Pilih Muhammadiyah ketimbang KPK

Kompas.com - 06/08/2015, 18:57 WIB
Dani Prabowo

Penulis

MAKASSAR, KOMPAS.com - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsudin mendorong agar Busyro Muqoddas lebih aktif di Muhammadiyah ketimbang Komisi Pemberantasan Korupsi. Sebab, hingga kini belum jelas apakah nantinya Busyro akan kembali terpilih menjadi pimpinan KPK atau tidak.

"Khusus Pak Busyro saya pribadi mendorong agar beliau menjadi pimpinan Muhammadiyah. Di samping karena KPK ini belum jelas," kata Din di Universitas Muhammadiyah Makassar, Kamis (6/8/2015).

Busyro merupakan satu dari 13 nama yang lolos sebagai kandidat ketua umum PP Muhammadiyah. Dalam AD/ART Muhammadiyah disebut bahwa pimpinan Muhammadiyah tidak boleh memiliki jabatan di organisasi politik maupun organisasi lain yang memiliki amal usaha seperti Muhammadiyah.

"Tapi, saya tidak tahu persis ya apakah rangkap jabatan untuk lembaga extraordinary constitutional itu boleh atau tidak. Tapi, ide dasarnya yaitu beri kesempatan kepada setiap orang agar bersungguh-sungguh dalam bekerja," ujarnya.

Busyro dan Robby Arya Brata telah menjalani uji kelayakan dan kepatutan oleh Pansel KPK maupun Komisi III pada Desember 2014 lalu. Mereka mengikuti seleksi untuk mengisi jabatan Busyro yang pensiun. Namun, DPR memutuskan untuk menunda pemilihan capim KPK saat itu.

Anggota Komisi III Arsul Sani mengatakan, Komisi III memutuskan menunda pemilihan tersebut karena menunggu delapan nama calon pimpinan KPK yang nantinya akan diserahkan Pansel KPK. Mereka akan menjalani uji kelayakan dan kepatutan seperti yang sudah dijalani Busyro dan Robby. Setelah itu, DPR memilih lima dari 10 nama yang akan menjadi pimpinan KPK hingga 5 tahun ke depan.

"Nanti Robby dan Busyro bisa salah satu yang terpilih, dua-duanya terpilih, atau tidak ada sama sekali yang terpilih. Tergantung hasil tes delapan capim KPK yang lain," ujar Arsul, Kamis (21/5/2015) lalu.

Politisi Partai Persatuan Pembangunan ini menambahkan, keputusan untuk menyatukan pemilihan Robby dan Busyro dengan hasil pansel yang baru ini sudah diputuskan dalam rapat paripurna pada Januari 2015 lalu. Ketika itu Komisi III menunda pemilihan antara Busyro dan Robby, dan telah ditetapkan bahwa pemilihan salah satu dari mereka akan dilakukan bersama-sama dengan pemilihan empat orang pimpinan KPK lainnya.

Keputusan Komisi III ini juga sudah disampaikan kepada pemerintah. "Jadi kita kira nanti pemerintah akan menyampaikan kepada pansel bahwa mereka hanya memilih 8 calon," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mahfud Pesimistis dengan Pemberantasan Korupsi di Era Prabowo-Gibran

Mahfud Pesimistis dengan Pemberantasan Korupsi di Era Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Akui Langkah Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Polisi Gerus Reputasi Lembaga

KPK Akui Langkah Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Polisi Gerus Reputasi Lembaga

Nasional
Kasus Covid-19 Melonjak di Singapura, Anggota DPR: Kita Antisipasi

Kasus Covid-19 Melonjak di Singapura, Anggota DPR: Kita Antisipasi

Nasional
Mahfud Ungkap Hubungannya dengan Prabowo Selalu Baik, Sebelum atau Setelah Pilpres

Mahfud Ungkap Hubungannya dengan Prabowo Selalu Baik, Sebelum atau Setelah Pilpres

Nasional
Pesimistis KRIS BPJS Terlaksana karena Desain Anggaran Belum Jelas, Anggota DPR: Ini PR Besar Pemerintah

Pesimistis KRIS BPJS Terlaksana karena Desain Anggaran Belum Jelas, Anggota DPR: Ini PR Besar Pemerintah

Nasional
Soal RUU Kementerian Negara, Mahfud: Momentumnya Pancing Kecurigaan Hanya untuk Bagi-bagi Kue Politik

Soal RUU Kementerian Negara, Mahfud: Momentumnya Pancing Kecurigaan Hanya untuk Bagi-bagi Kue Politik

Nasional
Dampak Korupsi Tol MBZ Terungkap dalam Sidang, Kekuatan Jalan Layang Berkurang hingga 6 Persen

Dampak Korupsi Tol MBZ Terungkap dalam Sidang, Kekuatan Jalan Layang Berkurang hingga 6 Persen

Nasional
Mahfud MD Ungkap Kecemasannya soal Masa Depan Hukum di Indonesia

Mahfud MD Ungkap Kecemasannya soal Masa Depan Hukum di Indonesia

Nasional
Jalan Berliku Anies Maju pada Pilkada Jakarta, Sejumlah Parpol Kini Prioritaskan Kader

Jalan Berliku Anies Maju pada Pilkada Jakarta, Sejumlah Parpol Kini Prioritaskan Kader

Nasional
Kunker di Mamuju, Wapres Olahraga dan Tanam Pohon Sukun di Pangkalan TNI AL

Kunker di Mamuju, Wapres Olahraga dan Tanam Pohon Sukun di Pangkalan TNI AL

Nasional
Sebut Demokrasi dan Hukum Mundur 6 Bulan Terakhir, Mahfud MD: Bukan karena Saya Kalah

Sebut Demokrasi dan Hukum Mundur 6 Bulan Terakhir, Mahfud MD: Bukan karena Saya Kalah

Nasional
Bobby Resmi Masuk Gerindra, Jokowi Segera Merapat ke Golkar?

Bobby Resmi Masuk Gerindra, Jokowi Segera Merapat ke Golkar?

Nasional
[POPULER NASIONAL] Korps Marinir Tak Jujur demi Jaga Marwah Keluarga Lettu Eko | Nadiem Sebut Kenaikan UKT untuk Mahasiswa Baru

[POPULER NASIONAL] Korps Marinir Tak Jujur demi Jaga Marwah Keluarga Lettu Eko | Nadiem Sebut Kenaikan UKT untuk Mahasiswa Baru

Nasional
Poin-poin Klarifikasi Mendikbud Nadiem di DPR soal Kenaikan UKT

Poin-poin Klarifikasi Mendikbud Nadiem di DPR soal Kenaikan UKT

Nasional
Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Menkes: Pasti Akan Masuk ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Menkes: Pasti Akan Masuk ke Indonesia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com