Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Pos Menteri Menurut KPK yang Sebaiknya Tak Diisi Orang Parpol

Kompas.com - 29/08/2014, 05:19 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasangan presiden dan wakil presiden terpilih, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, disarankan tak menempatkan kader partai politik apapun di posisi menteri, terutama untuk kementerian strategis.

"Misalnya (untuk Menteri) ESDM (energi dan sumber daya mineral), BUMN (badan usaha milik negara). BPN (badan pertanahan nasional) itu juga vital. Sebaiknya jangan orang parpol," sebut Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Busyro Muqoddas, Kamis (28/8/2014).

Busyro menambahkan, "Kementerian seperti pertanian, ini juga vital karena menyangkut hajat rakyat banyak." Dia mengaku khawatir orang-orang berlatar partai politik akan memanfaatkan posisi di kementerian-kementerian strategis tersebut untuk kepentingan tertentu.

Menurut Busyro, boleh saja partai koalisi mengajukan kadernya masuk ke kabinet. Namun, ujar dia, porsi kader partai koalisi tersebut di dalam kabinet haruslah proporsional. "Menghindari (kader) parpol sama sekali kan impossible," ujar dia.

Busyro menegaskan, kalaupun ada kader partai politik masuk ke kabinet, maka harus dengan syarat yang harus terpenuhi. "Jadi mesti ada representasi orang parpol sekian persen, tapi tidak di pos yang vital," kata dia.

Meski membahas masalah kabinet, Busyro menyinggung pula tentang keberadaan orang-orang berperkara pidana yang lolos terpilih menjadi anggota parlemen. Dia berpendapat partai politik seharusnya menjadikan temuan Indonesian Corruption Watch tersebut sebagai agenda serius, untuk diambil tindakan tegas.

"Kalau sudah diterima di DPR pusat dan daerah ya harus di-review (oleh partai politiknya), Karena itu nanti kalau dibiarin saja akan menimbulkan persoalan. Bukan hanya potensi korupsi, tapi juga mendelegitimasi DPR," papar Busyro.

Temuan soal anggota parlemen terpilih tetapi terkena perkara pidana tersebut, lanjut Busyro, juga mesti menjadi dasar bagi Jokowi-JK untuk mempelajari betul soal rekam jejak calon pengisi kabinetnya.

Jangan sampai, kata Busyro, Jokowi-JK menghadapi kesulitan karena ada menteri tersandung perkara hukum, ketika pemerintahannya telah berjalan nanti. "Jokowi harus mempunyai kekuatan andal yang imparsial, yang independen untuk men-trace track record orang ini. Dan harus mengabaikan kepentingan politik pendukungnya," tegas Busyro.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

21 Persen Jemaah Haji Indonesia Berusia 65 Tahun ke Atas, Kemenag Siapkan Pendamping Khusus

21 Persen Jemaah Haji Indonesia Berusia 65 Tahun ke Atas, Kemenag Siapkan Pendamping Khusus

Nasional
Jokowi Sebut Impor Beras Tak Sampai 5 Persen dari Kebutuhan

Jokowi Sebut Impor Beras Tak Sampai 5 Persen dari Kebutuhan

Nasional
Megawati Cermati 'Presidential Club' yang Digagas Prabowo

Megawati Cermati "Presidential Club" yang Digagas Prabowo

Nasional
Anwar Usman Dilaporkan ke MKMK, Diduga Sewa Pengacara Sengketa Pileg untuk Lawan MK di PTUN

Anwar Usman Dilaporkan ke MKMK, Diduga Sewa Pengacara Sengketa Pileg untuk Lawan MK di PTUN

Nasional
Pascaerupsi Gunung Ruang, BPPSDM KP Lakukan “Trauma Healing” bagi Warga Terdampak

Pascaerupsi Gunung Ruang, BPPSDM KP Lakukan “Trauma Healing” bagi Warga Terdampak

Nasional
Momen Jokowi Bersimpuh Sambil Makan Pisang Saat Kunjungi Pasar di Sultra

Momen Jokowi Bersimpuh Sambil Makan Pisang Saat Kunjungi Pasar di Sultra

Nasional
Jokowi Jelaskan Alasan RI Masih Impor Beras dari Sejumlah Negara

Jokowi Jelaskan Alasan RI Masih Impor Beras dari Sejumlah Negara

Nasional
Kecelakaan Bus di Subang, Kompolnas Sebut PO Bus Bisa Kena Sanksi jika Terbukti Lakukan Kesalahan

Kecelakaan Bus di Subang, Kompolnas Sebut PO Bus Bisa Kena Sanksi jika Terbukti Lakukan Kesalahan

Nasional
Jokowi Klaim Kenaikan Harga Beras RI Lebih Rendah dari Negara Lain

Jokowi Klaim Kenaikan Harga Beras RI Lebih Rendah dari Negara Lain

Nasional
Layani Jemaah Haji, KKHI Madinah Siapkan UGD dan 10 Ambulans

Layani Jemaah Haji, KKHI Madinah Siapkan UGD dan 10 Ambulans

Nasional
Saksi Sebut Kumpulkan Uang Rp 600 juta dari Sisa Anggaran Rapat untuk SYL Kunjungan ke Brasil

Saksi Sebut Kumpulkan Uang Rp 600 juta dari Sisa Anggaran Rapat untuk SYL Kunjungan ke Brasil

Nasional
Soal Posisi Jampidum Baru, Kejagung: Sudah Ditunjuk Pelaksana Tugas

Soal Posisi Jampidum Baru, Kejagung: Sudah Ditunjuk Pelaksana Tugas

Nasional
KPK Diusulkan Tidak Rekrut Penyidik dari Instansi Lain, Kejagung Tak Masalah

KPK Diusulkan Tidak Rekrut Penyidik dari Instansi Lain, Kejagung Tak Masalah

Nasional
Jokowi Tekankan Pentingnya Alat Kesehatan Modern di RS dan Puskesmas

Jokowi Tekankan Pentingnya Alat Kesehatan Modern di RS dan Puskesmas

Nasional
100.000-an Jemaah Umrah Belum Kembali, Beberapa Diduga Akan Berhaji Tanpa Visa Resmi

100.000-an Jemaah Umrah Belum Kembali, Beberapa Diduga Akan Berhaji Tanpa Visa Resmi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com