"Cegah itu potensi konflik dan emosi yang sifatnya elite dari pendukung dua pasangan ini. Tahan diri agar tidak terprovokasi," ujar pengamat politik dari Universitas Gajah Mada, Ari Sudjito, saat dihubungi, Senin (16/6/2014).
Ari mengatakan, kondisi seperti ini terjadi karena hanya ada dua kandidat capres-cawapres yang bertarung dalam pilpres, sehingga kubu dari kedua pendukung seakan-akan saling berhadap-hadapan. Hal inilah yang membuat kondisi pilpres kali ini terasa panas dan "saling serang".
Ari memberikan beberapa saran kepada kedua pendukung untuk melakukan kampanye sehat. Pertama, para elite politik dari masing-masing kubu harus bisa menahan diri dalam merespon beredarnya kampanye hitam maupun kampanye negatif. Para elite juga diminta agar tidak mengedepankan nafsu dalam mencari kekuasaan. Kedua, masing-masing pendukung juga diminta agar berdebat dengan mengedepankan substansi dan visi misi terkait menyelesaikan permasalahan bangsa.
Para pendukung jangan selalu menyebarkan kejelekan dan kekurangan masing-masing kandidat. "Harus dijaga etika politiknya," ujar Ari.
Terakhir, Ari meminta agar masyarakat kritis agar tidak salah dalam menentukan pilihan. Masyarakat memiliki tanggung jawab dalam menentukan nasib bangsa Indonesia ke depan. Kampanye damai yang dideklarasikan para capres-cawapres beberapa waktu lalu, harus dijaga agar tetap konsisten. Mereka dan para pendukungnya, tambah Ari, harus betul-betul menjaga kualitas pemilu agar berjalan damai, beretika dan tidak terjadi gesekan apa pun nantinya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.