"Saya ingin menegaskan bahwa tabloid ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan tim kampanye atau tim sukses Prabowo-Hatta dan bidang media yang berada di bawah tim kampanye ini. Sama sekali tidak pernah memproduksi model-model kampanye sebagaimana yang telah disampaikan oleh Pak Setyardi (Pemred Obor Rakyat) dan juga para penggiat lain di dunia maya," ujar Romy seusai diskusi di Jakarta, Sabtu (14/6/2014).
Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini mengungkapkan, konten tulisan di Obor Rakyat banyak pula dijumpai di dunia maya. Dia bahkan mengatakan, istilah-istilah yang digunakan Obor Rakyat sebenarnya juga sudah tercetak dalam majalah-majalah yang oplahnya tidak terlalu besar.
Dia menyadari, dengan hanya adanya dua pasang calon presiden dan wakil presiden, persaingan di antara dua kubu ini semakin sengit. Fanatisme terhadap salah satu calon, kata Romy, sudah terasa sejak awal.
"Hari ini, Pak Jokowi-JK, dari sejak bulan November, tengah di ambang penurunan yang belum pulih kembali. Sementara itu, Pak Prabowo-Hatta terus meningkat dan hampir melampui. Di dalam situasi seperti itu, logis dan wajar kalau para pendukung membangun fanatismenya sendiri," kata Romy.
Terkait dengan keberadaan Obor Rakyat, Romy meminta masyarakat untuk membedakan antara black campaign dengan negative campaign. Menurut dia, black campaign berbasis fitnah, sementara negative campaign berbasis fakta, tetapi tabu untuk diungkapkan, misalnya terkait SARA.
"Sebetulnya yang terjadi dalam pendistribusian Obor Rakyat ini adalah masifnya jumlah. Bunyi yang tercantum di dalam judul atau halaman cover sudah tercantum dalam majalah yang oplahnya sangat sedikit. Hanya tidak terdistribusi dengan baik dan dibaca," imbuh Romy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.