Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jubir Istana Bantah Pemberitaan Ani Yudhoyono Pengaruhi Presiden

Kompas.com - 15/12/2013, 10:51 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha menampik kabar dari media Australia yang menyebutkan ibu negara, Kristiani Herawati alias Ani Yudhoyono, sebagai sosok "penasihat" utama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Di dalam pemberitaan itu, Ani Yudhoyono disebut menanamkan pengaruh pada pemerintahan SBY dan mampu memberikan masukan kepada Presiden dalam mengangkat para kerabat serta menyingkirkan lawan politik.

"Isu tersebut menurut kami tidak mendasar. Isu ini tidak berdasarkan sesuatu yang sifatnya formal atau secara hukum bisa dipertanggungjawabkan," ujar Julian di Bandara Halim Perdanakusuma, Minggu (15/12/2013).

Julian menganggap pemberitaan yang menuturkan Ani Yudhoyono yang tengah mempersiapkan anak sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono, sebagai calon presiden adalah sebuah opini yang dibentuk. Selain itu, Julian juga mengatakan bahwa informasi itu bukan informasi yang berasal dari sumber utama.

"Itu pembenaran yang terlalu ngawur. Kalau Anda sendiri disadap, kan pasti enggak enak," ucap Julian.

Dia menegaskan, Pemerintah Indonesia tidak membenarkan aksi penyadapan yang ilegal tersebut. Julian pun meminta agar para intelijen asing ini membaca undang-undang agar bisa menghormati hak asasi manusia (HAM).

"Menyadap seseorang tidak pantas," ucap Julian.

Indonesia belum terima informasi

Meski membantah informasi yang diberitakan media Australia, Julian mengaku hingga kini Pemerintah Indonesia masih belum mendapat informasi apa pun tentang bahan penyadapan intelijen Australia terhadap pejabat negara.

"Belum, kami justru tahu dari pemberitaan saja," ucap Julian.

Dia menuturkan, hingga kini, Pemerintah Indonesia masih membekukan kerja sama di bidang pertukaran informasi intelijen dan militer. Pembekuan ini akan dilakukan hingga hubungan kedua negara kondusif.

Julian menuturkan, Pemerintah Indonesia, melalui Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, sudah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop. Pertemuan itu, sebutnya, akan menjadi pertimbangan Indonesia untuk menindaklanjuti hubungan bilateral kedua negara.

"Kalau menjadi kontraproduktif, harus kami lihat lagi," kata Julian.

Media Australia, The Australian, membeberkan alasan intelijen di Negeri Kanguru itu menyadap telepon Ani Yudhoyono pada 2009 silam, atau ketika SBY hendak memasuki periode kedua masa kepresidenannya. Rencana, penyadapan terhadap Ani Yudhoyono pada 2009 itu sudah disiapkan dua tahun sebelumnya, yakni pada 2007.

The Australian yang mendapat bocoran dari Wikileaks, pada 17 Oktober 2007, sebuah kawat diplomatik dikirim dari Kedutaan Australia di Jakarta kepada diplomat Amerika Serikat di Canberra dan CIA. Wikileaks mendapat salinan kawat diplomatik yang berjudul "A Cabinet of One -- Indonesia's First Lady Expands Her Influence". Di dalamnya, berisi peranan Ani Yudhoyono yang sudah tiga tahun menjadi first lady.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

Nasional
Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

Nasional
Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com