Selama rentang 1 Januari 2013 sampai 9 Desember 2013 petang, pemberitaan di media massa tentang kasus korupsi pun melejit dibandingkan pada 2012. Pemberitaan topik ini, antara lain dipantau oleh Indonesia Indicator.
"Sepanjang 2013, pemberitaan setiap bulan tak pernah sepi dari kasus korupsi, rata-rata ada 12.656 berita per bulan," kata Direktur Komunikasi Indonesia Indicator, Rustika Herlambang, dalam laporan hasil surveinya, Selasa (10/12/2013).
Pemonitoran yang dilakukan lembaga ini terhadap semua media massa di Indonesia mendapatkan pada 1 Januari 2013 sampai 9 Desember 2013 terdapat 8,14 persen dari 1.872.234 berita terkait kasus korupsi.
Jumlah berita terkait korupsi pada 2013 tercatat 152.346 pemberitaan. Angka ini jauh melampaui pemberitaan korupsi sepanjang 2012, yang mencatatkan 107.936 berita dengan rata-rata berita per bulan 8.995 berita.
Pengumpulan berita oleh Indonesia Indicator, kata Rustika, memanfaatkan tekonologi informasi yang secara real time dan otomatis melacak semua pemberitaan yang diunggah melalui internet, termasuk media sosial dan media cetak yang memiliki versi koran elektronik, dengan pengecualian berita infotainment.
Anas dan Akil
Sepuluh nama yang menempati peringkat kemunculan tertinggi di pemberitaan terkait korupsi pada 2013 adalah Anas Urbaningrum, Johan Budi, Luthfi Hasan Ishaaq, Susilo Bambang Yudhoyono, Abraham Samad, Ahmad Fathanah, Akil Mochtar, Djoko Susilo, Priharsa Nugraha, dan Rudi Rubiandini.
Masuknya nama Akil, kata Rustika, menarik dicermati. Sebelum KPK menangkap tangan Akil terkait dugaan suap dalam penanganan sengketa pemilu kepala daerah, nama Akil nyaris tak pernah muncul dalam berita bertopik korupsi. "Hanya dalam waktu satu bulan, nama Akil langsung masuk 10 besar," ujar dia.
Dari sepuluh nama di atas, Indonesia Indicator menempatkan Juru Bicara KPK Johan Budi, Ketua KPK Abraham Samad, dan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto sebagai tiga besar pemberi pengaruh dalam berita terkait korupsi.
Namun, sorotan lebih tajam diarahkan kepada Anas dan M Nazaruddin yang ternyata berada pada peringkat keempat dan kelima yang dinilai berpengaruh terhadap pemberitaan.
Anas dan Nazaruddin bahkan melampaui pegiat antikorupsi seperti Emerson Yuntho dan Abdullah Dahlan dari Indonesia Corruption Watch. Sepanjang 2013, Anas tercatat dikutip dalam 10.613 berita, dan Nazaruddin dalam 5.663 pernyataan sekalipun sudah berada di balik jeruji.
Sementara itu, Emerson tercatat dikutip dalam 1.346 berita dan Dahlan di 1.139 berita. "Elemen masyarakat sipil belum cukup kuat mewarnai ruang publik dalam memberikan tekanan atau membangun opini terkait topik korupsi," ujar Rustika.
Hambalang, kuota impor sapi, dan suap sengketa pilkada