Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Jilbab Polwan, Hasyim Ingatkan Kapolri Berhati-hati

Kompas.com - 08/12/2013, 08:07 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Hasyim Muzadi mengingatkan kepada Kapolri Jenderal Pol Sutarman agar berhati-hati dalam menyikapi polemik penggunaan jilbab bagi polisi wanita (polwan). Dikhawatirkan, masyarakat khususnya mereka yang beragama Islam, justru akan menarik simpatinya kepada Polri.

Saat ditemui di Sekretariat International Conference Islamic Scholarship (ICIS), Jakarta, Hasyim mengungkapkan, Kapolri seharusnya mengembalikan persoalan penggunaan jilbab ini kepada para polwan. Pasalnya, penggunaan jilbab merupakan masalah hak azasi manusia yang tidak dapat dipaksakan.

“Kembalikan saja (kepada polwan). Masing-masing punya hak azasi. Yang mau pakai silakan, yang tidak mau, ya tidak disalahkan,” kata Hasyim kepada wartawan, Sabtu (7/12/2013).

Seperti diketahui, Mabes Polri telah mengeluarkan Surat Telegram yang berisi penundaan (moratorium) penggunaan jilbab bagi polwan, Kamis (28/11/2013) lalu. Hasyim berharap, agar persoalan moratorium ini dapat segera diselesaikan dan justru tidak berujung pada dilarangnya penggunaan jilbab bagi polwan.

“Sebab jika nanti keputusannya tidak boleh menggunakan jilbab, itu secara sosiopolitis akan mengurangi simpati atau dukungan kaum muslimin terhadap Polri. Sementara Polri punya urusan yang memerlukan dukungan itu,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia sependapat dengan rencana Polri yang ingin menyeragamkan penggunaan jilbab bagi polwan. Menurutnya, Polri merupakan bagian dari instansi pemerintah dimana setiap tindakan yang dilakukannya selalu memiliki dasar hukum yang jelas.

“Buat orang yang ingin menggunakan jilbab ada standarnya. Jadi bukan keharusan, tapi diberikan satu standar. Bentuk dan standarnya kan harus diatur, mas. Karena ini masih dalam satu korps kepolisian,” tegasnya.

Sementara itu, menanggapi sempat adanya perbedaan pendapat antara Kapolri Jenderal Pol Sutarman dengan Wakapolri Komjen Pol Oegroseno dalam persoalan ini, ia menilai, seharusnya persoalan tersebut tidak sampai ke ranah publik.

Seperti diketahui, beberapa waktu lalu sempat terjadi perbedaan pendapat antara Sutarman dengan Oegroseno. Sutarman telah memberikan lampu hijau kepada para polwan untuk menggunakan jilbab. Sementara Oegroseno menyatakan jika penggunaan jilbab harus ditunda dengan dalih tak memiliki landasan aturan yang jelas.

“Itu urusannya Wakapolri dengan Kapolri. Tidak usah diumumkan kepada rakyat. Kalau Kapolri sudah mengatakan A, maka Wakapolri harus menyediakan. Begitu kan ya aturan pelaksanaannya,” tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com