Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usung Jusuf Kalla, PKB Bisa Jadi Alternatif

Kompas.com - 04/11/2013, 10:52 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
— Rencana Partai Kebangkitan Bangsa mengusung mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dinilai sebagai upaya untuk membangun poros alternatif. Ketokohan Kalla bisa mengerek elektabilitas PKB sekaligus posisi tawar dalam berkoalisi.

"Itu (pengusungan Kalla) strategi elektoral PKB. Mereka tidak punya figur internal, jadi harus mencari magnet elektoral dengan membuka diri ke tokoh- tokoh populer yang sulit dicalonkan partainya," kata pengajar politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, AA Gn Ari Dwipayana, saat dihubungi, Minggu (3/11/2013).

Ary berpandangan, Kalla adalah tokoh yang bisa mengangkat elektabilitas partai sekaligus memantapkan posisi tawar dalam berkoalisi sehingga mampu menarik partai-partai lain berkoalisi.

"PKB ingin memiliki panggung dan figur yang kuat membuka jalan ke sana," ujarnya.

Beberapa hari terakhir ini, rencana PKB mengusung Kalla sebagai calon presiden santer terdengar. Dengan demikian, setidaknya ada tiga nama yang muncul dari PKB dalam bursa pencapresan, yaitu Kalla, Mahfud MD, dan Rhoma Irama.

Menurut Ary, ketokohan Kalla masih berada di atas kedua calon lain dengan mengacu pada hasil survei. Jajak pendapat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Mei 2013, misalnya, merilis elektabilitas Kalla pada posisi teratas dengan 4,2 persen, Rhoma Irama 3,5 persen, dan Mahfud MD 1,9 persen.

Selain itu, Kalla juga masih memiliki banyak loyalis yang siap mendukungnya. Dari sisi figur, rencana pengusungan itu dinilai Ary cukup prospektif.

Bagaimanapun, menurut Ary, JK tetap mempunyai perhitungan politik soal elektabilitas PKB. Dampak yang juga perlu diperhitungkan adalah elektabilitas Partai Golkar dan capres Golkar Aburizal Bakrie.

Harapan Golkar

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono mengharapkan Kalla mempertimbangkan rencana tersebut dengan bijaksana.

"Sebagai orang yang sudah senior di Golkar (mantan ketua umum), pasti Pak JK tahu apa yang harus dilakukan. Apakah menerima atau menolak, itu dikembalikan kepada beliau," ujarnya di sela-sela acara penutupan Musyawarah Besar Kosgoro 1957 III, di Jakarta, Sabtu.

Ia melihat rencana PKB tidak lebih sebagai wacana yang dilontarkan pengurus-pengurus daerah semata. Agung mengakui posisi Kalla di Golkar masih sangat kuat. Kalla punya pengikut banyak yang sering dipersepsikan mewakili Indonesia timur.

Dihubungi secara terpisah, politisi PKB, Abdul Malik Haramain, menuturkan, partainya masih menjaring tokoh-tokoh yang berpeluang diusung, termasuk JK. Tokoh-tokoh itu akan diuji secara publik untuk memastikan akseptabilitasnya. Komunikasi dengan parpol lain tentang tokoh-tokoh tersebut juga dilakukan, mengingat mustahil mengajukan capres pada Pilpres 2014 tanpa berkoalisi.

Anggota Komisi III DPR tersebut juga menegaskan bahwa DPW Jatim PKB memang menginginkan PKB agar mengusung JK.

Sekretaris Jenderal PKB Imam Nahrawi menyatakan, siapa pun yang ingin maju dalam pilpres melalui PKB harus mengikuti semua mekanisme partai, termasuk persyaratan menjadi kader. (VDL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus BTS 4G, Eks Anggota BPK Achsanul Qosasi Dituntut 5 Tahun Penjara dan Denda Rp 500 Juta

Kasus BTS 4G, Eks Anggota BPK Achsanul Qosasi Dituntut 5 Tahun Penjara dan Denda Rp 500 Juta

Nasional
Kemensos Gelar Baksos di Sumba Timur, Sasar ODGJ, Penyandag Kusta dan Katarak, hingga Disabilitas

Kemensos Gelar Baksos di Sumba Timur, Sasar ODGJ, Penyandag Kusta dan Katarak, hingga Disabilitas

Nasional
Nadiem Tegaskan Kenaikan UKT Hanya Berlaku Bagi Mahasiswa Baru

Nadiem Tegaskan Kenaikan UKT Hanya Berlaku Bagi Mahasiswa Baru

Nasional
Eks Penyidik Sebut Nurul Ghufron Seharusnya Malu dan Mengundurkan Diri

Eks Penyidik Sebut Nurul Ghufron Seharusnya Malu dan Mengundurkan Diri

Nasional
Jokowi dan Iriana Bagikan Makan Siang untuk Anak-anak Pengungsi Korban Banjir Bandang Sumbar

Jokowi dan Iriana Bagikan Makan Siang untuk Anak-anak Pengungsi Korban Banjir Bandang Sumbar

Nasional
Prabowo Beri Atensi Sektor Industri untuk Generasi Z yang Sulit Cari Kerja

Prabowo Beri Atensi Sektor Industri untuk Generasi Z yang Sulit Cari Kerja

Nasional
Komisi X Rapat Bareng Nadiem Makarim, Minta Kenaikan UKT Dibatalkan

Komisi X Rapat Bareng Nadiem Makarim, Minta Kenaikan UKT Dibatalkan

Nasional
Menaker Ida Paparkan 3 Tujuan Evaluasi Pelaksanaan Program Desmigratif

Menaker Ida Paparkan 3 Tujuan Evaluasi Pelaksanaan Program Desmigratif

Nasional
ICW Dorong Dewas KPK Jatuhkan Sanksi Berat, Perintahkan Nurul Ghufron Mundur dari Wakil Ketua KPK

ICW Dorong Dewas KPK Jatuhkan Sanksi Berat, Perintahkan Nurul Ghufron Mundur dari Wakil Ketua KPK

Nasional
Prabowo Disebut Punya Tim Khusus untuk Telusuri Rekam Jejak Calon Menteri

Prabowo Disebut Punya Tim Khusus untuk Telusuri Rekam Jejak Calon Menteri

Nasional
Reformasi yang Semakin Setengah Hati

Reformasi yang Semakin Setengah Hati

Nasional
Lemhannas Dorong Reaktualisasi Ketahanan Nasional Lewat 'Geo Crybernetic'

Lemhannas Dorong Reaktualisasi Ketahanan Nasional Lewat "Geo Crybernetic"

Nasional
Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Nasional
Sukseskan WWF 2024, Pertamina Group Paparkan Aksi Dukung Keberlanjutan Air Bersih

Sukseskan WWF 2024, Pertamina Group Paparkan Aksi Dukung Keberlanjutan Air Bersih

Nasional
ICW Dorong Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Kasus Nurul Ghufron, Sebut Putusan Sela PTUN Bermasalah

ICW Dorong Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Kasus Nurul Ghufron, Sebut Putusan Sela PTUN Bermasalah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com